Cerpen
Disukai
0
Dilihat
5,189
SEVGILI ÇOCUĞUM
Slice of Life

Kandungan Seruni telah memasuki bulan ke sembilan. Pagi ini, ia dan suami berencana ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter. Tiba-tiba Mr. Gunes berkata bahwa ia tak bisa mengantarkan Seruni karena ada acara mendadak dengan klien.


Mereka menikmati sarapan berdua, sesekali Mr Gunes melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Terdengar bunyi ponsel dari saku pria berperawakan tinggi kekar ini. Seketika pria berjas kelabu ini mengangkat panggilan telepon.


Ia tampak serius berbicara dalam bahasa Turki. Beberapa saat kemudian ia mengakhiri pembicaraan dan memasukkan ponsel ke dalam saku kembali.


_*•▪•*_*•▪•*_


Seruni sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, saat ponselnya berbunyi. Wanita ini pun mengambil benda pipih dari dalam tas. Tertera nama Mr Gunes di layar.


Wanita ayu ini segera menjawab panggilan lalu mendengarkan penjelasan Mr. Gunes yang menyuruhnya pergi ke klinik milik teman. Sang suami akan menunggu di sana. Seruni menutup hubungan telepon lalu meminta sopir untuk balik arah menuju klinik yang dimaksud. 


Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, sampailah mobil di depan sebuah klinik. Tampak dua orang berperawakan tinggi besar layaknya bodyguard datang menghampirinya.


“Benar, Anda Ibu Seruni?” tanya salah satu dari bodyguard itu.


Untuk sesaat lamanya Seruni terkejut karena bodyguard tersebut mengetahui namanya. 


"Iya betul, saya Seruni.”


Wanita ini tak berani beranjak dari mobil karena khawatir bodyguard tersebut mempunyai maksud tak baik. Bodyguard seakan-akan tahu jalan pikiran Seruni lalu berkata dengan ramah. 


“Mari kami antar masuk! Barusan Mr Gunes menelepon, menyuruh kami untuk menemani Ibu sampai beliau datang.”


Seruni turun dengan ragu-ragu lalu mengikuti langkah kedua bodyguard tersebut untuk memasuki klinik. Situasi dalam gedung yang didominasi warna putih sangat lengang, hanya terlihat beberapa tenaga medis duduk santai.


Tak ada aktivitas pengobatan maupun antrian pasien. Perasaan Seruni sudah tak enak. Wanita berambut lebat sepinggang tersebut menjadi curiga, ada sesuatu tak wajar di sini. 


Mr.Gunes tak kunjung datang. Seruni berusaha menelepon suaminya, tetapi ponsel tak aktif. Dengan rasa panik, ia lalu mengirim pesan lewat aplikasi hijau dan berharap sang suami segera membalas.


Sampailah mereka pada ruang pengobatan. Kedua pria kekar tersebut mempersilakan Seruni untuk masuk terlebih dulu. Wanita cantik alami khas Jawa tersebut lalu tersenyum kepada seseorang yang ada di dalam, bisa jadi dokter, terlihat dari seragam yang dikenakannya. 


“Silakan masuk, Bu Seruni,” sapa pria berjas putih tersebut dengan ramah.


Seruni pun melangkah mendekat ke arah pria tersebut lalu duduk berhadapan. Sedangkan kedua bodyguard segera pamit meninggalkan mereka.


Tak lama kemudian muncul seorang perawat membawa segelas teh di atas nampan. Wanita berseragam putih itu lalu meletakkan gelas tepat di depan Seruni dan mempersilakan untuk meminumnya.


“Silakan diminum, Bu! Kita tunggu kedatangan Mr. Gunes, “ kata Pak Dokter ramah.


“Terima kasih, Dok. Saya tadi telah mencoba menelepon, tapi enggak aktif. Pesan pun belum dibaca.”


“Tenang, Bu, tak perlu cemas! Barusan Mr. Gunes sudah menghubungi saya dengan nomor kantor, memberitahu bahwa ponsel beliau sedang bermasalah. Oleh karena itu kita tunggu saja.”


“Silakan dihabiskan minumannya, Bu,” kata Pak Dokter tetap dengan senyum ramahnya.


****


“Auch, di mana ini?” 


Kepala Seruni berasa berat, kedua mata berkunang-kunang. Tampak olehnya sebuah ruangan serba putih layaknya ruangan rumah sakit. Dalam ruangan ini hanya ada tempat tidur yang ia pakai rebahan sekarang.


Wanita ini merasakan sakit yang sangat di area sekitar perut. Seketika teringat sesuatu, wanita ini pun segera meraba perutnya, terasa perih. Ada bekas jahitan di sana dan ia mulai tersadar ada yang hilang.


“Anakku manaaaa?” 


Wanita ini langsung pingsan begitu mendapati kenyataan, janin dalam perutnya sudah tak ada dan ia sendirian tanpa suami. Beberapa saat setelah wanita ini pingsan, masuklah beberapa orang berpakaian putih dan salah seorang memakai jas warna kelabu. Pria berjas ini mendekati ranjang wanita yang pingsan tersebut.


“Maafkan aku!”


Pria ini tak sanggup lagi berkata-kata. Setelah itu, ia segera keluar dari ruangan tersebut. Kini hanya tertinggal tiga orang berpakaian putih.


“Dok, apa perlu kita beri obat tambahan?” tanya salah seorang di antaranya pada pria yang sedang mengecek denyut nadi dan detak jantung wanita yang pingsan tersebut.


“Beri saja jika emosinya tak terkendali. Bisa jadi ia akan histeris tak kuat menghadapi kenyataan.”


Di luar bangsal, pria berjas kelabu sedang melakukan pembicaraan telepon lalu tampak merah padam raut wajahnya. Beberapa kali ia mengumpat dan menendang tembok di dekatnya. Pria tersebut, Mr.Gunes dan tentu saja wanita di dalam yang sedang pingsan adalah Seruni.


_*•▪•*_*•▪•*_


Mr. Gunes semakin merasa bersalah setiap sang istri menjerit ketakutan tiap kali terbangun karena mimpi buruk. Oleh karena kecerobohannya, janin dalam rahim Seruni hilang.


Ia lengah hingga bisa diperdaya oleh seorang klien. Mr. Gunes tak menyangka sama sekali, klien yang telah bertahun-tahun bekerja sama, telah bersekongkol mengambil paksa janin.


Kenapa kasus sekejam ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang dikenalnya secara baik? Mr. Gunes semakin geram mengingat hal tersebut.


Pria asal Turki itu kemudian mendekati sang istri, mengelus rambut lalu mengusap pipinya lembut. Air mata tak terbendung mengalir dari kedua sudut mata.


“Istriku, sungguh hatiku tidak tega melihat hatimu yang hancur. Aku sudah membayar orang-orang pilihan untuk membawa kembali anak kita. Aku berjanji padamu.”


Seruni bangun lalu mendongak ke arah wajah suaminya yang sedang berurai air mata. Tangan wanita itu mengusap lembut buliran air yang mengalir dari kedua pipi Mr. Gunes.


“Hayatim, tak usah menangis. Insyaallah aku sudah ikhlas dan pasrah pada Allah.”


“Insyaallah. Ikhlas karena Allah, semoga dapat kebaikan,” ucap Mr. Gunes yang kemudian mencium kening Seruni.


Berdua saling menguatkan dan percaya bahwa kasus ini merupakan ujian bagi kesabaran mereka. Seruni memberi senyuman termanis untuk suaminya agar bisa mengurangi kerisauan hati pria berparas rupawan itu.


Dering ponsel dari saku Mr. Gunes membuat pembicaraan mereka terjeda. Pria berhidung mancung itu segera menjawab panggilan masuk.


Tampak ekspresi serius di wajah Mr. Gunes saat mendengarkan pembicaraan dari sang penelepon. Sesekali pria berambut ikal tersebut menjawab. Beberapa saat kemudian, pembicaraan telepon berakhir.


“Elhamdulillah, Meleğim. Polisi sudah mulai tahu pelakunya. Aku pergi ke kantor mereka dulu. Jaga diri, ya,” ucap Mr. Gunes kepada Seruni.


“Ya, Hayatim. Semoga cepat terungkap. Hati-hati di jalan.”


Mr. Gunes menunduk untuk mencium kening Seruni setelah mengelus rambut sang istri, ia beranjak ke luar ruangan. Sepeninggal pria itu, seorang cleaning service masuk ditemani polisi penjaga.


“Ibu Seruni, maaf. Saya ditugaskan memberitahu Anda. Ada yang menyamar sebagai tim medis. Mohon kerja samanya agar Ibu bisa mengalihkan perhatiannya selama kami berkoordinasi dengan yang lain.”


“Suami saya, sudah tahu?”


“Sudah tahu. Mungkin sebentar lagi menghubungi Ibu. Mr. Gunes akan datang bersama polisi juga. Oh ya, perkenalkan ini seorang petugas yang menyamar." 


“Okey. Insyaallah, saya lakukan. Terima kasih."


“Terima kasih kembali.”


Polisi itu lalu kembali bersiap berjaga di depan kamar Seruni. Tak lama, Mr. Gunes menelepon sang istri untuk bersiap-siap menerima kunjungan tenaga kesehatan gadungan dan meminta Seruni untuk bersikap tenang. 


Mr. Gunes dalam perjalanan menuju rumah sakit bersama beberapa anggota polisi. Seruni akhirnya mengerti harus bersikap bagaimana. Wanita berparas ayu ini tersenyum kepada petugas cleaning service.


Setengah jam kemudian datanglah seorang dokter dan dua orang perawat. Seruni mengenali wajah dokter dan salah satu perawat itu. Otak Seruni masih mengingat dengan baik saat ia bertemu mereka di klinik neraka kemarin.


Tampak di balik kaca jendela petugas polisi tadi memberi kode dengan jempol. Dokter mendekati ranjang Seruni diikuti dua perawat. Ketiganya melempar senyum ke arahnya. Seruni pun membalas dengan senyuman.


“Selamat pagi, Bu Seruni. Bagaimana keadaan Ibu hari ini?”


“Selamat pagi, Dok. Alhamdulillah baik. Terima kasih.”


“Pagi ini, saya akan memeriksa kesehatan Ibu."


Dokter tersebut kemudian bergeser memberi kesempatan dua perawat melakukan tugasnya. Setelah selesai pemeriksaan, dokter melihat hasil pemeriksaan dari kedua perawat.


“Ibu bersiap disuntik vitamin, ya.”


“Maaf, Dok. Saya punya alergi dengan segala suntikan. Kemarin sudah dibahas dengan dokter yang menangani saya.” 


Di saat bersamaan datanglah seorang wanita berseragam layaknya pembantu di rumah. Seruni sudah tahu maksud kedatangannya. Wanita berkuncir satu ini mendekat ke arah Seruni.


“Maaf, telat, Bu. Jalanan macet. Ini saya bawakan pesanan Ibu. Permisi, “ ucap pembantu itu sembari memberikan sebuah tas. Seruni memeriksa isinya lalu mengangguk. 


“Maaf, saya permisi ke toilet dulu, mau ganti pembalut," ucap Seruni kepada tim medis.


Seruni mulai beringsut akan turun dari ranjang, tetapi dua perawat yang memeriksa tadi mendadak memegang kedua tangan dan membekap mulutnya.


Petugas cleaning service dan wanita berseragam pembantu tiba-tiba menyerang perawat-perawat itu dengan gerakan bela diri. Akhirnya kedua perawat terjungkal. Seruni yang merasa terancam segera berlari keluar. 


Langkah wanita itu terhenti tepat pada saat Mr. Gunes datang. Pria tersebut segera membopong tubuh istrinya menjauh dari ruangan tersebut.


Pria Turki itu berlari ke arah pintu keluar lobby. Mobil sengaja diparkir di sana untuk persiapan penyelamatan Seruni. Mr. Gunes membuka pintu lalu menaruh tubuh istrinya di kursi depan.


Ia pun segera naik dan mengemudikan ke arah jalan raya. Tak lama dua mobil polisi mengikuti mobil Mr. Gunes.


“Hayatim, mereka hebat,” ujar Seruni setelah mobil berjalan dengan kecepatan rata-rata.


Mr. Gunes tersenyum mendengar ucapan sang istri yang menceritakan bagaimana petugas cleaning service dan pembantu baru berhasil melumpuhkan kedua perawat gadungan. 


“Mereka adalah polisi wanita yang menyamar untuk menjagamu, istriku. Kamu juga hebat bisa mengikuti semua alur dalam pesan.”


“Hah? Jadi ... sudah terencana?” tanya Seruni semakin penasaran.


“Sejak kamu masuk rumah sakit, polisi sudah mengatur strategi. Aku tadi hanya menunggu agak jauh dari rumah sakit. Para tim medis gadungan pasti mengira aku sudah pulang."


Akhirnya, Mr. Gunes bercerita bahwa polisi sudah sejak lama memburu komplotan penjualan bayi internasional. Secara kebetulan mereka menjadi korban lalu polisi segera mengatur strategi.


Klien dan dokter kenalan baik Mr. Gunes ternyata merupakan anggota komplotan tersebut. Mereka sengaja menyasar pada anak-anak hasil hubungan kawin kontrak yang secara hukum lemah. 


Sehingga gerakan mereka sulit terlacak karena para korban yang kebanyakan istri kontrak merahasiakan kehamilan hingga kelahiran anak mereka. Mereka telah sadar menyalahi perjanjian kawin kontrak yang tak memperbolehkan sang wanita hamil dalam masa kontrak.


Sehingga saat para wanita itu jadi korban pencurian janin bahkan bayi, mereka enggan melapor karena takut terungkap jati diri mereka ke publik.


Seketika Seruni memekik mendengar penjelasan suaminya. Ia pun akhirnya ingat sesuatu.


“Hayatim, anak kita?”


“Kita bahas nanti di rumah. Fokus pada kesehatan kamu,” ucap Mr. Gunes dan tanpa diketahui Seruni, ada sesak dalam dada pria berjambang lebat itu. 


     ▪▪▪▪¤▪°▪¤▪▪▪▪


Note:


Sevgili çocuğum: Anakku sayang


Hayatım: Hidupku


Meleğim: Malaikatku


    _*•▪•*_*•▪•*_


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)