Cerpen
Disukai
2
Dilihat
12,103
ANTARA KAU DAN DIA
Romantis

Dada Saskia berdebar hangat, kala jemari Andrew menjabat tangannya erat. Pria berperawakan atletis tersebut adalah manager baru di perusahaan, tempat Saskia bekerja. Pria tersebut telah tiga bulan ini menjadi trending topic perbincangan para karyawati. Pria berparas mirip Jeon Jung Kook dengan postur tubuh setinggi Kim Nam Joon, adalah perpaduan sempurna untuk menjadi idola baru. Sejam yang lalu, Dania--teman satu divisi--histeris oleh ketampanan pria di depannya.


"Kiaaa ... liat di pintu lobby!" seru lirih Dania sambil mencubit lengan Saskia.


"Apaan, sih! Rombongan pria berjas doang. Apa anehnya?" tanya Saskia sambil mencebik.


"Yang jalan ke arah lift," ucap Dania dengan ekspresi gemas.


"Ada Pak Kevin dan dua pria," balas Saskia datar.


"Sebelahnya Pak Kevin, Kia."


"Gak keliatan wajahnya," balas Saskia cuek segera beranjak ke ruangannya. 


Dania segera menyusul langkah sahabat karibnya tersebut. Saskia duduk dan mulai menghidupkan laptop. Dia harus segera menyelesaikan berkas untuk meeting. Setelah jam makan siang, sesuai rencana, dia akan mendampingi Pak Kevin bertemu klien.


"Ganteng banget, kan?" tanya Dania sambil duduk persis di depan Saskia.


"Ganteng? Pak Kevin? Ngaco, lu! Orang udah punya bini juga. Mau jadi pelakor?"


"Oh, My God! Saskia Wilhelmina! Gue merasa terkena kutukan, tauk! Punya temen macam lu, yang kudet gini."


"Emang ngaruh dengan kerjaan kita?"


Belum juga Dania sempat menjawab pertanyaan Saskia, tiba-tiba Pak Kevin sudah ada di ambang pintu.


"Saski, entar jam sepuluh, kamu ikut Pak Andrew bertemu klien. Siapkan proposal yang kemarin!" perintah pria berkaca mata tersebut. Saskia seketika mendongak.


"Baik, Pak," balas Saskia sambil mengangguk.


Dania segera menoleh lalu tersenyum salah tingkah ke arah kepala divisi di depannya.


"Silakan duduk, Pak. Saya hanya antar berkas saja," ucap kikuk Dania sambil bangkit lalu memberi ruang untuk Kevin. Pria berusia 40 tahunan tersebut tertawa kecil sambil mendekat ke meja Saskia.


"Saya denger pembicaraan kalian. Pesona Pak Andrew berhasil menggeser kedudukan saya," ucap Kevin yang direspon tawa kecil oleh dua wanita di dekatnya.


"Nah, lo! Pak Kevin aja, paham pesona Pak Andrew. Saskia payah, Pak. Kaga tau, cowok limited edition," sahut Dania yang merasa mendapat angin segar. Saskia hanya tersenyum tipis mendapat ledekan dari teman karibnya.


"Kalo gak jadi sama Bapak. Berarti mengubah proposal, dong. Dalam berkas terlanjur saya cantumkan nama Bapak," ucap Saskia dengan kedua mata mengamati hasil ketikan dalam layar laptop.


"Ubah saja. Pak Andrew sedang mempelajari cara kerja tiap divisi. Masih ada waktu dua jam lagi. Bisa, kan?" tanya Kevin dengan senyum ramahnya.


Pria ini yakin, Saskia bisa diandalkan untuk jadi calon sekretaris Andrew. Dari sekian karyawati semua divisi, hanya Saskia yang selalu punya ide briliant dalam berinovasi. Hal tersebut yang diutarakan Andrew, saat memintanya memilihkan calon sekretaris.


"Saya kerjakan segera, Pak," balas Saskia kemudian.


"Saya yakin kamu selalu bisa diandalkan. Silakan kerjakan tugas hari ini. Selamat pagi," tegas Kevin lalu beranjak meninggalkan ruangan.


"Selamat pagi, Pak," balas kedua wanita.


Selepas Kevin pergi, Dania pun ikut keluar ruangan. Kini, Saskia mulai sibuk mempersiapkan proposal yang baru. Dalam waktu kurang dari satu jam, semua berkas yang diperlukan untuk meeting dengan klien telah siap. Waktunya Saskia bersantai sebentar. Wanita muda ini lalu mengambil ponsel dan mulai membuka aplikasi berlogo biru. Kedua mata wanita muda tersebut terbelalak membaca pesan dari aplikasi.


[Selamat pagi, Saskia. Jam 10 kita jalan.] 


Jantung Saskia seakan-akan berhenti berdetak. Dia mengamati nama akun dan foto profil si pengirim pesan.


Andrew Shailendra?


Dia, manager baru?


Kedua mata Saskia tak berkedip menatap layar ponselnya. Kemudian, dia mulai mencari tahu data lengkap akun tersebut. Tak ada data lain selain nama dan alamat email. Foto-foto yang tersimpan pun hanya mengenai keindahan alam dan perjalanan bersama kaum sukarelawan. Saskia mengenal pemilik akun dari setahun lalu. Mereka adalah sama-sama penyuka dunia literasi. Dari sebuah event menulis cerita, akhirnya terjalin pertemanan akrab di antara mereka.


[Saskia? Bengong, ya?]


Saskia tersenyum tipis lalu membalas. [Maaf, Pak. Saya gak tau, kalo Bapak itu menager baru di sini.]


[Panggil Bang kayak biasanya. Kalo aku manager baru, apa masalahnya?]


[Saya merasa gak enak hati, Pak.]


[Bang! Panggil Bang.]


Saskia yang salah tingkah tak membalas lagi. Wanita ini sibuk menata hatinya yang mulai tak karuan. Getaran dalam darahnya tak bisa berkhianat bahwa dirinya telah memendam rasa suka lebih dari seorang teman.


Namun, rasa tersebut sengaja dia singkirkan. Saskia merasa tak pantas bersanding dengan Andrew, seorang pria mapan berstatus bujangan. Sedangkan dirinya adalah single parent dengan satu orang anak. Saskia diam terpaku memandang layar ponsel yang berisi beberapa kiriman pesan dari Andrew. Tiba-tiba telepon paralel di meja Saskia berdering. Pak Kevin sedang menghubunginya. Wanita berambut sebahu tersebut segera mengangkat telepon.


"Halo, Pak."


"Kamu udah selesai bikin proposal baru?"


"Tinggal dikit lagi, Pak. Meeting jam 10, kan?"


"Pak Andrew barusan telepon saya. Ingin berdiskusi dulu sebelum berangkat meeting."


"Saya selesaikan dulu, Pak," balas Saskia terpaksa berbohong. Dia sedang menenangkan hati agar tak grogi berhadapan dengan Andrew nanti.


"Saya harap jam 9, proposal sudah selesai dan kamu langsung menemui Pak Andrew."


"Baik, Pak," jawab Saskia dengan bibir bergetar.


Wanita berparas ayu perpaduan Jawa dan Bali ini bimbang. Dia takut rasa yang dipendam selama ini tak mampu ditutupinya lagi. Keduanya telah sering menelepon, tetapi Saskia selalu menolak saat Andrew mengajak untuk video call. Ketika itu, Saskia tak mau ekspresi wajahnya terlihat oleh Andrew. Dia belum siap untuk jatuh cinta bila telah berhadapan muka.


Kini, mereka telah berhadapan dalam satu ruangan hanya terhalang meja kerja Andrew.


"Pasti terpesona denganku?" tanya Andrew usil sambil meremas tangan Saskia.


"Eng-gak! Aku harus gimana?" Saskia segera menarik tangannya lalu duduk.


"Maunya gimana? Udah dari lama aku pengen liat muka kamu langsung. Akhirnya, Tuhan memberi restu," jawab Andrew enteng sambil duduk lalu mengamati wajah Saskia.


"Pak, jangan gitu. Ini tempat kerja."


"Panggil Bang, saat sedang berdua. Emang gak boleh, kalo mengagumi calon sekretaris?" 


"Apaan, sih? Aku gak tau, kalo kita telah saling kenal," balas Saskia gugup dan itu terbaca oleh sang pria. Andrew bangkit dari kursi lalu melangkah ke mini kulkas yang ada di pojok ruangan. Dia membukanya lalu mengambil sebotol minuman dari dalam. Andrew berjalan menghampiri Saskia lalu menyodorkan minuman tersebut.


"Biar fresh pikiran kamu. Sampe grogi gitu," kata Andrew lalu tersenyum.


"Terima kasih, Bang."


Andrew pun tersenyum lebar mendengar jawaban Saskia barusan. Setelah berdiskusi sebentar, keduanya berangkat ke tempat meeting dengan mempergunakan mobil Andrew. Seharian mereka menghabiskan waktu berdua dalam mengerjakan pekerjaan.


Hari tersebut adalah awal cinta mereka semakin bersemi di dunia nyata. Setelah selama setahun memendam rasa dan tak berani berterus terang karena takut terjebak cinta maya. Mereka telah saling mengikrarkan janji akan menjalani kisah cinta ke arah serius.


Pada suatu hari, setelah mereka menjalani masa pacaran selama dua bulan. Saskia berniat mengajak Andrew menjenguk kakak sepupunya yang baru saja melahirkan. Kebetulan orang tua Saskia dan anak semata wayangnya telah sedari pagi sudah di sana.


"Bang, bisa kan? Besok juga hari libur,"ucap Saskia merajuk.


"Sayang, maaf banget. Abang ada urusan penting nanti. Gimana kalo lain waktu? Sekalian, Abang ajak ortu ke rumah kamu," kata Andrew penuh penyesalan sambil mengecup punggung tangan Saskia.


"Ya, deh. Serius? Abang mau ajakin ortu ke rumah aku?"


"Serius, dong. Emang Abang udah rencanakan itu. Gak apa-apa, kan, kamu jalan sendiri nanti?" Seketika Saskia mengangguk dan akhirnya, mobil berhenti tepat di depan rumah Saskia. Andrew mengecup pipi Saskia sekilas, sebelum wanita tersebut turun. Hati Saskia berbunga-bunga mengingat ucapan sang kekasih. Dia tak ragu lagi untuk melangkah ke pelaminan, seandainya telah dapat restu orang tua nanti.

☘️☘️☘️

Pukul 7 malam


Saskia dalam perjalanan menuju rumah Renata. Dia menempuh perjalanan selama dua puluh menit dengan menggunakan taksi online. Kini, dia telah sampai dan segera turun dari taksi. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti saat mengenali sebuah mobil yang terparkir di halaman. Mobil seperti itu banyak yang punya, batin Saskia.


"Selamat malam," sapanya ceria sesaat setelah tapak kaki menginjak keramik ruang tamu yang luas. Dalam ruangan tersebut telah berkumpul sebagian anggota keluarga besarnya, termasuk ibunya.


"Wah, Saskia ketinggalan, nih. Ayo masuk!" ajak Bude Mariam yang merupakan ibu Renata. Wanita tersebut adalah kakak dari ibu Saskia.


"Acaranya udah selesai, ya? Maaf, tadi ketiduran," ucap Saskia penuh penyesalan.


"Udah ditungguin Renata. Ibu bilang ke dia tadi, mungkin kamu lembur. Gak sempat kasih kabar. Habisnya ponsel kamu mati," ucap ibu Saskia sambil menggandeng tangan putrinya. Mereka berjalan beriringan menuju kamar Renata.


"Rayyan ke mana, Bu?" tanya Saskia celingukan. Dia mencari keberadaan sang anak.


"Ada di halaman belakang. Diajak main suami Renata. Oh, ya. Kamu belum ketemu dia. Mereka nikah siri dan kamu saat itu tugas luar kota."


"Kenapa nikah siri? Dia bapak bayi, kan?"


"Bukan! Bapak bayi minggat. Yang ini adiknya. Baik banget, ya. Mau bertanggung jawab atas kesalahan kakaknya. Moga aja, jodohmu pria seperti dia, Nak," ucap ibu Saskia sambil menepuk bahu putrinya.


"Aamiin. Nanti juga Ibu akan tau," balas Saskia sambil tersenyum.


"Wah, kamu udah ada calon rupanya," balas sang ibu dengan muka semringah.


"Tadi maunya ajakin dia. Gak taunya masih sibuk. Katanya, sih, dalam waktu dekat akan ajakin orang tuanya ke rumah."


"Kamu sejak kapan kenal dia? Bisa terima anak kamu gak? Ingat! Kamu menikah demi anak kamu juga."


"Dia udah aku kasih tau soal Rayyan. Dia bisa menerima dengan senang hati. Kami kenal online, udah setahun lebih. Gak taunya, dia manager aku yang baru."


"Mudah-mudahan jadi jodoh kamu, Nak."


"Aamiin," jawab Saskia dengan ekspresi bahagia. Dia yakin, setelah sang ibu bertemu dengan Andrew, restu akan didapatnya.


"Hai, Kia. Lembur, ya?" tanya Renata yang tiba-tiba sudah di samping Saskia.


"Enggak, kok. Tadi aku lagi chas hp," balas Saskia sembari memandang ke arah dalam kamar. Tampak seorang bayi sedang tidur dalam box.


"Barusan tidur dia. Tadi sore, barusan suntik imunisasi. Agak rewel," jelas Renata sambil mengajak ibu dan anak tersebut masuk kamar.


"Maaf, Kak, Aku gak sempat hadir waktu nikahan."


"Gak apa. Kami nikah siri. Maunya akan nikah resmi setelah ini," ungkap Renata sembari membuka tirai box. Di dalam, tampak bayi gemuk dan cantik sedang tertidur pulas.


"Kamu benaran suka sama suamimu ini?" tanya ibu Saskia dengan suara lirih. Khawatir mengganggu si bayi.


"Iya, Bik. Suamiku ini baik banget. Aku nyesel banget, kenapa ketemu duluan dengan abangnya? Coba ketemu dengan dia duluan. Bisa langsung nikah resmi."


"Jangan lupa, karena abangnya yang gak bener, akhirnya kamu bisa menikah dengan dia," ucap ibu Saskia mengingatkan.


"Kak, aku cari Rayyan dulu. Seharian gak ketemu dia. Kangen," pamit Saskia sambil menutup tirai box. 


"Oh, ya. Rayyan ada di belakang," balas Renata sambil melangkah ke ranjang lalu duduk ditemani ibu Saskia.


"Baik. Aku ke sana dulu," kata Saskia yang bergegas melangkahkan kaki ke halaman belakang.


Dengan bantuan penerangan lampu taman, wanita berambut sebahu tersebut bisa mengenali sang putra. Anaknya sedang duduk sambil memegang sebuah serok. Tampak ada sebuah ember kecil berisi air di samping kanan.


"Mamaaa!" panggil Rayyan setelah mendongak mendengar langkah kaki Saskia.


"Katanya sama Om. Mana?" tanya Saskia sambil mengelus rambut sang anak.


"Ini pasti mamanya Rayyan," tegur seorang pria dari arah belakang. Saskia segera menoleh.


"Bang Andrew! Ka-kamu?" Saskia sangat syok lalu jatuh tak sadarkan diri dalam pelukan Andrew.


            TAMAT



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)