Cerpen
Disukai
0
Dilihat
484
Cemburu Yang Menggantung di Sudut Jendela
Slice of Life
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

CERBURU Yang Menggantung di Sudut JENDELA

_____________________________________________________________________________

(Nama Pena: Puteri Bulan Mei)

***

Buk Nar, begitu para tetangga memanggilnya—perlahan beringsut dari tempat tidurnya ketika suaminya mulai mengorok. Dia memastikan suaminya, Hamsat, telah tertidur pulas. Malam ini dia akan menuntaskan pelunasan hutang dosa yang selama ini telah dilakukan Hamsat tanpa sepengetahuannya.

 

Sore tadi, seutas tali disembunyikannya dalam keranjang belanjanya. Sebilah pisau diasahnya hingga menyayat induk jarinya. Namun tak sedikitpun dirasakannya perih pada luka tangannya. Hatinya lebih terluka sekaligus terbakar setelah mendengar cerita Wika 3 hari lalu.

 

Maka malam ini, Buk Nar harus menyelesaikan persoalan pelik ini. Hatinya diburu cemburu, dendam, sekaligus perasaan jijik melihat pria yang selama 20 tahun telah menjadi suaminya itu. Pria yang selama ini telah sepenuhnya ia percaya, tapi ternyata bermain api di belakangnya. Tentu saja Buk Nar tidak terima perbuatan bejat Hamsat kali ini.

 

Buk Nar, menatap tajam wajah suaminya dengan dada bagai terbakar lahar panas. Suami yang selama ini dipercayainya sebagai pria baik dan setia, ternyata mengkhianatinya. Semua pengakuan Wika membuatnya hampir gila beberapa hari ini.

 

Wika meluapkan semua itu di depan Buk Nar dengan perasaan sangat tertekan dan tersiksa. Airmata Wika dan sebuah celana dalam kusut dengan bercak darah telah mengering, ditunjukkan Wika kepada Buk Nar menjadi bukti kebenaran dosa-dosa yang berusaha disembunyikan Hamsat darinya selama ini.

 

“Sudah 6 bulan ini, Buk… Dan sepertinya, Wika hamil!” Wika menangis sesenggukan hingga seluruh tubuhnya bergetar hebat saat mengungkapkan penderitaan yang selama ini disembunyikannya karena takut ancaman Hamsat akan menganiayanya jika sampai memberitahu Buk Nar tentang perbuatannya itu.

 

**

Lolongan anjing dari kejauhan. Buk Nar menarik nafas dalam-dalam, meyakinkan diri untuk keputusan yang telah dibuatnya. Perlahan dia mengangkat kepala Hamsat, dari bawah bantal dimasukkannya tali tambang yang telah disimpulnya, melingkar di kepala Hamsat dengan sempurna. Dia menariknya sangat hati-hati, namun dengan tenaga penuh. Dia menindih tubuh cungkring pria berusia 43 tahun itu.

 

Hamsat menggelepar, merasakan sesuatu mencekik lehernya secara tiba-tiba, sekilas ia merasa kalau ia sedang bermimpi. Namun ternyata itu buka sekadar mimpi. Hamsat berusaha hendak melepas cekikan itu, namun Buk Nar sangat kuat sehingga Hamsat tak berdaya melepaskannya. Tubuh cungkring Hamsat ditimpa tubuh gempal Buk Nar, dan sebuah bantal dibekapkan ke wajah Hamsat, sampai benar-benar berhenti bernafas.

 

Buk Nar puas melampiaskan cemburu-dendamnya pada pria jahanam itu. Pria yang telah menggauli Wika, puteri pertama mereka yang baru saja masuk kelas 1 SMA.

 

Buk Nar menyeret tubuh cungkring suaminya, dan menggantungnya pada sebuah tali yang telah diikatkan di sudut jendela. Sesaat panas hati Buk Nar puas, cemburu dan dendam yang membara di dalam dadanya kini terlampiaskan. Dengan dada yang masih bergemuruh, Buk Nar memandangi tubuh cungkring Hamsat, suaminya, yang kini tergantung pada seutas tali di sudut jendela rumah mereka.

 

Saat suara ayam mulai berkokok pagi subuh itu, Buk Nar terbangun dari kantuknya dan menyadari yang telah dia lakukan tengah malam tadi bukanlah sekadar mimpi. Buk Nar histeris, berteriak dan menangis, meraung-raung menyaksikan tubuh Hamsat, suaminya, yang telah terbujur kaku di hadapannya. Teriakan histeris Buk Nar membangunkan para tetangganya.

**

TAMAT !


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)