Masukan nama pengguna
Kami keluarga kecil yang bahagia yang hidup di pinggiran kota. Kami terdiri sekeluarga terdiri dari, Bapak, Ibu, aku, dan Adik. Kami hidup rukun dan saling mengasihi satu dengan yang lain. Aku dan adikku kerap kali berangkat dan pulang sekolah bareng, berboncengan naik motor. Sedangkan Bapak kerap kali pergi ke luar kota karena mempunyai usaha jual beli yang mengharuskan selalu bepergian. Ibu adalah seorang wanita yang berkarir di bidang event organizer. Dari acara skala kecil hingga skala besar bisa dikelola oleh Ibu. Oleh karena latar pendidikan Ibu berkaitan dengan hal tersebut.
Rumah kami terletak lumayan jauh dari sekolah, sebuah sekolah menengah atas yang berada di tengah kota. Orang tua kami menginginkan anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan dengan kualitas terbaik. Lingkungan di sekitar rumah kami masih sangat asri, banyak sawah serta kebun. Itu sebabnya kami sekeluarga sangat nyaman dengan rumah dan lingkungannya tanpa harus pindah ke pusat kota yang telah banyak mengalami polusi.
Seiring berjalannya waktu, kesibukan Ibu semakin bertambah. Ibu sebagai seorang pemilik event organizier yang sering keluar kota, akhirnya memutuskan mempekerjakan seorang asisten rumah tangga. ART tersebut adalah salah satu kerabat dari tetangga kami. Seorang wanita muda, berwajah manis dan sangat sopan. ART kami dua tahun lebih tua dari umurku. Ia hanya lulusan SMP karena tak ada biaya untuk melanjutkan sekoIah. Selulus sekolah ia langsung bekerja sebagai asisten rumah tangga. Latar belakang kehidupannya telah diceritakan oleh tetangga kami, sebelum kerabatnya tersebut diantarkan ke rumah. Pertama kali kami bertemu, seketika ada rasa menyukainya. Semua yang diucapkan oleh tetangga adalah benar adanya. Calon asisten rumah tangga kami adalah wanita yang benar-benar lugu.
Ia berasal dari desa yang beda kecamatan dengan kami. Bapak adalah seorang yang baik hati, sering tak tega jika asisten rumah tangga kami pulang kampung sendiri. Tiap awal bulan sehabis gajian, ia pasti pulang kampung dan selalu diantar Bapak. Hampir bisa dipastikan, Bapak akan selalu menginap semalam di sana. Oleh karena kebetulan punya toko alat-alat pertanian di daerah tersebut. Pada suatu hari asisten rumah tangga kami terlihat sakit. Wajahnya tampak pucat pasi dan sedari pagi mual dan muntah-muntah. Aku seketika kasihan melihatnya.
“Mbak, kuantar ke dokter, ya?”
“Gak usah, Neng. Terima kasih. Hanya masuk angin biasa aja, kok. Udah minum obat juga,” jawabnya saat membereskan perkakas bekas sarapan kami.
Kebetulan hari ini, Ibu akan datang dari luar kota setelah seminggu mengurusi event di sana. Hatiku jadi tenang karena ada teman si mbak di rumah. Kasihan juga jika si mbak dalam keadaan sakit begini tinggal sendirian di rumah. Kebetulan aku dan Adik ada acara gladi bersih untuk acara penyambutan seorang pejabat yang akan berkunjung ke sekolah. Hal tersebut yang mewajibkan aku dan Adik harus aktif di sekolah dari pagi sampai acara selesai.
Sore hari saat aku dan Adik pulang sekolah, hanya ada Ibu di rumah. Kami segera mencium tangan beliau dan berbincang santai di serambi rumah sambil melepaskan penat.
“Si mbak kok gak ada? Ke mana, Bu?” tanya adikku sambil melepas topinya.
Sementara aku langsung mengambil segelas air mineral kemasan yang memang selalu tersedia di meja. Beberapa saat kemudian, Adik juga ikut mengambil air kemasan. Kami segera menikmati air dengan buru-buru karena rasa haus sedari dalam perjalanan menuju rumah.
“Tadi kata Bapak, si mbak pulang kampung di jemput temannya. Cuti sementara karena sakit,”jelas Ibu sembari tersenyum melihat perilaku kami yang telah menghabiskan empat gelas kemasan air mineral.
“Bapak ke mana sekarang?” tanyaku celingukan mencari keberadaan Bapak, tetapi rumah memang sepi hanya ada Ibu di rumah.
“Bapak tadi pamit mau cari tukang buat mengecor sumur tua di belakang biar aman.”
Beberapa saat kami bercengkerama sampai Bapak datang dengan seorang tukang sambil membawa penutup sumur terbuat dari cor semen. Rupanya Bapak telah memesannya dari toko material seminggu yang lalu. Hari itu sumur peninggalan jaman Belanda ditutup selamanya. Kata Bapak, airnya kotor dan di dalam sumur telah mengeluarkan gas beracun tak mungkin bisa dikuras lagi. Kami merasa maklum dengan tindakan Bapak tersebut karena sumur tersebut memang tak pernah dipakai sejak kelahiran aku. Sejak itu, Bapak telah berlangganan air dari PDAM.
Sebulan lebih telah berlalu, si mbak tak kunjung datang. Tiba-tiba keluarganya dari kampung datang mencari si mbak ke rumah. Kami semua heran selama sebulan ini nomor ponselnya mati.
Ya, kami pikir si mbak sedang sakit, sengaja tak ingin terganggu dengan suara telepon. Bisa jadi dirinya telah berobat dan demi mempercepat proses penyembuhan, sengaja menenangkan diri. Akhirnya kami termasuk keluarga si mbak mencoba mencari keberadaannya dengan cara mendatangi teman-teman akrabnya. Kami pun mencarinya ke bekas majikan yang pernah mempekerjakan si mbak. Ibu sempat berkata bahwa barangkali si mbak ingin bekerja kembali ke majikan lama karena merasa tak nyaman dengan kami.
Namun, pencarian yang telah kami lakukan selama seharian berakhir sia-sia. Keberadaan si mbak tak diketahui. Oleh karena tak ada jalan keluar lagi, akhirnya kami segera membuat laporan ke polisi tentang kehilangan orang. Pada saat itu, Bapak merasa keberatan soal ini.
Meskipun Bapak menentang habis-habisan, Ibu tetap melanjutkan laporan karena tak ingin masalah berlarut-larut. Beliau khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada diri si mbak. Apalagi si mbak berangkat dari rumah kami masih dalam status asisten rumah tangga, otomatis Ibu merasa ikut bertanggung jawab soal keselamatannya.
Bahkan Ibu sempat berprasangka buruk bahwa si mbak telah jadi korban penipuan mafia perdagangan manusia. Masa sekarang sedang ramai-ramainya perdagangan wanita muda untuk dipekerjakan pada tempat-tempat hiburan malam, bahkan dipekerjakan secara paksa di tempat lokalisasi dalam negeri maupun luar negeri.
Seminggu kemudian datang dua orang polisi ke rumah dan mengajak kami ke kantor mereka. Di sana kami bertemu dengan seorang pemulung yang telah menemukan sebuah ponsel berlumuran darah di sebuah kebun kosong dekat sumur tua. Di dalam ponsel terdapat beberapa foto mesra si mbak dengan Bapak. Ibu seketika syok mengetahui kenyataan itu dan menyerahkan pengusutan pada polisi.
Akhirnya pada hari itu juga semua terbongkar. Mayat si mbak ditemukan dalam sumur tua dengan keadaan tangan terikat, mulut tersumpal kain dan terluka parah di bagian kepala. Menurut hasil autopsi, di dalam perut si mbak ada janin berumur lima minggu dan Bapak adalah pelaku tunggal pembunuhan atas si mbak. Rumah kami dipasang garis polisi dan untuk sementara waktu Ibu, aku dan Adik tinggal di rumah saudara sampai polisi menyelesaikan penyelidikan.
TAMAT