Cerpen
Disukai
2
Dilihat
5,553
SAATNYA KEMBALI
Slice of Life

Tampak Anita beberapa kali mengubah posisi duduk. Dari bibirnya yang berlipsik merah maron terdengar desis kesakitan. Raut wajahnya pucat pasi. Tak lama kemudian, pintu ruang praktek dokter spesialis kulit dan kelamin terbuka. Seorang perawat dengan berkas data pasien di tangan memanggil, "Nona Anita Trihapsari!"


"Ya, saya Anita," sahut wanita bermini dress motif bunga kenanga sambil berdiri lalu menghampiri perawat tersebut.


"Silakan masuk, Nona," ujar sang perawat seraya mengiringi langkah kaki jenjang Anita. Sementara itu, wanita cantik tersebut dengan menahan rasa perih di pangkal paha berjalan sedikit terseok-seok. Dokter telah memeriksa secara lengkap keadaan Anita dan tinggal menunggu hasil dari laboratorium. Pria setengah umur berjas putih tersebut tersenyum miris ke arah wanita muda yang berada di hadapannya.


"Kira-kira, saya bisa berobat di sini, Dok?" tanya Anita yang entah, sudah berapa kali mengubah posisi duduk dan berdiri.


"Kalo memang hasil laboratorium sesuai dengan diagnosis saya, sebaiknya Nona kembali ke dokter yang menangani hal ini."


"Maksud dokter, saya harus pergi ke Thailand?"


"Itu jalan satu-satunya, paling aman buat semua pihak. Kami di sini tak berani ambil risiko. Karena memang ada kesalahan prosedur dari pihak sana. Ada infeksi yang harus ditangani segera dalam organ intim Nona Anita."


Seorang tenaga medis mengetuk pintu lalu masuk setelah dipersilakan oleh dokter. Wanita berseragam putih tersebut menyerahkan sebuah berkas lalu berpamitan. Setelah tenaga medis tersebut menghilang di balik pintu, dokter mulai memeriksa berkas barusan. Pria setengah umur tersebut lalu mendongak menatap Anita. 


"Mohon maaf. Nona harus segera melakukan rekonstruksi bedah di dokter bersangkutan," ucap dokter tersebut sambil memandang Anita dengan terenyuh. Pria ini sedari awal saat mereka bertemu pertama kali di Singapura, telah melarang keras Anita untuk melakukan bedah plastik beberapa tahun silam. Namun pasiennya tersebut bersikeras untuk melakukannya. Dokter tersebut masih mengingat dengan jelas ucapan Anita.


"Saya ingin seperti wanita seutuhnya, Dok. Berapa kali saya berobat ke Dokter? Saya sudah tak menginginkan lagi dan ingin menggantinya."


"Alangkah baiknya, Nona menjalani hidup sesuai kodrat. Itu pasti lebih aman selama tak beraktivitas menyimpang. Saya hanya bisa menyarankan," saran dokter saat itu. Namun, nasihatnya tak dihiraukan oleh Anita. Terbukti sekarang, saat mereka bertemu kembali di Indonesia, pasien langganannya kini datang dengan keluhan karena bedah plastik yang telah dijalani.


Dokter memegang tangan Anita lalu berucap,"Kembalilah, Pras! Selagi masih ada kesempatan."


Anita seketika menunduk lalu menangis tersedu-sedu. Dia mengingat kembali segala perjuangannya untuk bisa menjadi wanita sempurna. Dia sempat menjalani terapi hormon wanita hingga minum pil KB. Bagaimana dirinya menabung untuk membuat bentuk fisiknya menjadi cantik dan luwes, bahkan bisa dibilang nyaris sempurna sebagai seorang wanita.


Bahkan dia berani nekat potong kelamin demi menyempurnakan aktivitas intim dengan pasangan. Namun, sekarang dari organ intim buatan dokter bedah Thailand tersebut mengeluarkan bau tak sedap. Bahkan telah beberapa hari, dari lubang tersebut telah keluar sejenis makhluk kecil yang membuat gatal dan perih.


"Dok-ter ... tolong saya!" pinta Anita lirih dengan berurai air mata memandang pria di depannya.


"Saya tak bisa menolong, selain Non ...,"


"Panggil Pras," sahut Anita alias Prasetio dengan mantap.


"Okey. Saya akan menghubungi teman agar bisa ditangani segera," balas Dokter Daniel dengan tersenyum tipis. Sementara itu, pria berwujud wanita cantik dan seksi tersebut sudah tak tahan dengan sakitnya lalu jatuh pingsan.


☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Anita terbangun di bawah dua pasang mata yang tersenyum padanya.


"Akhirnya, kita bisa bertemu juga sekarang," ujar dr. Adnan Sp.BP yang berdiri di samping dr. Daniel Sp.KK. 


"Dokter, bantu saya! Sakit ini menyiksa sekali. Saya ingin tobat," ucap Anita 


"Baiklah! Tapi harus benar-benar tobat setelah ini," ucap Dokter Adnan kemudian. Anita pun mengganggukkan kepala.


Pria tersebut adalah teman kuliah Dokter Daniel. Atas rekomen dari Dokter Daniel pula, Anita sempat berkonsultasi lewat telepon dengan Dokter Adnan. Semenjak Anita merasa ada keganjilan di organ intim, dia sering menelepon Dokter Adnan. Namun sayang, Anita mengabaikan saran Dokter Adnan untuk bertatap muka langsung. Kala itu, Dokter Adnan dan Dokter Daniel merasa senang, seandainya Anita bisa bertobat setelah diajak ngobrol bertiga.


Anita masih terlena dengan kehidupan malam yang menjanjikan kesenangan sorgawi bagi kaum sesat. Anita yang kaya raya telah lalai. Dia merasa semua sanggup dibeli dengan uang. Sampai pada akhirnya, ada salah satu mantan pelanggan bule mati karena virus HIV AIDS. Wanita cantik hasil rekayasa tehnologi tersebut merasa harus segera berkonsultasi dengan Dokter Daniel. Anita yang bimbang, seringkali menunda periksa kesehatan karena panggilan tugas bernilai dolar.


Hingga rasa sakitnya semakin tak tertahan lagi. Dia pergi ke tempat praktek Dokter Daniel dengan memakai jasa taksi online karena sudah tak mampu untuk menyetir mobil sendiri. Organ intimnya telah membengkak dan beraroma busuk. Anita menangis tersedu-sedu mengingat segala yang telah terjadi. Rasa sakit membuatnya takut akan kematian.


"Dokter, tolong kembalikan ke bentuk semula. Saya ingin menjadi Prasetio kembali," ucapnya terbata-bata dengan tatap mata mengiba. Sementara cairan beraroma busuk telah membasahi area bagian bawah baju dan matras.


Dokter Adnan dan Dokter Daniel tersenyum lebar menyambut keputusan pria berwujud wanita tersebut.


"Okey! Mari kami bantu untuk mewujudkannya," balas Dokter Adnan yang diiringi senyum Dokter Daniel.


Hari itu pula, Anita menjalani prosedur bedah plastik untuk kembali ke jati diri sesuai kodratnya yaitu, Prasetio Adi. Setelah mendapat suntikan anesti, wanita cantik itu pun tak sadarkan diri. Alam bawah sadar Anita berkelana.


“Sadar, Le! Kamu itu laki-laki dan tetap seperti itu sampe ajal menjemput,” ucap Mak Ipah di sela isak tangis sesaat setelah melihat perubahan fisik anak semata wayangnya. 


Mak Ipah yang syok berlari masuk kamar dan hanya suara isak tangis wanita berusia setengah abad tersebut yang terdengar. Anita merasa kedatangannya ditolak orang tua satu-satunya lalu tanpa merasa bersalah putar arah kembali ke mobil dan pergi. Gagal sudah, rencana Anita yang akan merenovasi rumah peninggalan sang bapak.


Anita terlahir sebagai Prasetio dengan keadaan fisik sehat tubuh dan jiwa, sebagai seorang laki-laki. Dia adalah anak tunggal dari orang tua bersahaja. Orang tuanya adalah pekerja di sebuah perkebunan teh. Masa kecil Pras cukup bahagia, meski hidup dalam keterbatasan. Hidup dalam lingkungan alam pedesaan dengan dikelilingi keluarga dan tetangga yang rukun. 


Umur Pras kala itu masih dua belas tahun saat pertama kalinya diajak oleh Pak Mandor perkebunan untuk pergi ke kota sebagai hadiah atas kelulusan dengan nilai akhir tertinggi se-kabupaten. Pak Mandor telah menduda selama lima tahun dan mempunyai banyak teman bule. Mereka adalah kenalannya saat kuliah di luar negeri. Dia adalah pria paling fashionable dan juga supel di antara petinggi perkebunan.


Pak Bondan dan Mak Ipah merasa tersanjung saat pria berkulit bersih ini meminta izin untuk mengajak Pras kecil pergi membeli keperluan sekolah ke kota. Prasetio pun tak kalah antusias dengan ajakan Pak Mandor.


Setelah selesai berbelanja keperluan sekolah, Pak Fredy—nama pria tersebut—mengajak Pras untuk beristirahat di sebuah hotel melati dengan alasan capek dan ingin istirahat sebentar sebelum pulang. 


Maklum, jarak dari perkebunan ke kota lumayan jauh. Perjalanan ditempuh dengan mengendarai motor selama dua jam. Saat beristirahat di hotel tersebut, akhirnya Pak Fredy mengutarakan maksud ingin menjadikan Pras sebagai anak asuh.


“Kamu anak pintar harus bisa sekolah tinggi,” jelas Pak Fredy yang sekaligus pendorong semangat Pras kala itu.


Sejam kemudian, setelah badan bugar sehabis mandi, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. Sepanjang perjalanan, pria ini bercerita saat masa-masa kuliahnya yang banyak bergaul dengan orang-orang dari berbagai bangsa.


Sejak saat itulah, keduanya sering berkomunikasi, apalagi saat Pras menempuh sekolah lanjutan atas dan mulai indekos di kota demi kelancaran bersekolah. Hubungan mereka semakin akrab, tak seperti bapak dan anak asuh lagi. Pak Fredy yang lebih tua 12 tahun dari Pras memposisikan diri sebagai abang. Mandor tersebut sering menginap di tempat kos Pras saat ada keperluan di kota.


Dari Pak Fredy, Pras mengenal banyak pria bule. Mereka kebanyakan sudah fasih berbahasa Indonesia karena telah lama tinggal di sini, bahkan ada yang menjadi WNI karena menikah dengan wanita Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang supel, peduli sesama, berpenampilan selalu fashionable dan tentu saja dianugerahi IQ di atas rata-rata. 


Pada suatu malam, salah satu teman bule Pak Fredy mengajak Pras ke tempat hiburan malam. Ini adalah pengalaman pertama bagi Prasetio dan merupakan larangan terkeras dari Pak Fredy untuknya.


“Kamu boleh main ke mana pun, asal jangan pernah ke tempat hiburan malam, apalagi mabuk,” ucap Pak Fredy setiap kali mengunjungi Prasetio.


Ternyata kebiasaan pergi ke tempat hiburan malam membuat candu bagi Prasetio. Di sana pula, akhirnya Pras remaja 17 tahun mengenal bisnis menggiurkan karena menghasilkan banyak uang dalam waktu singkat. Dari menjadi tukang antar jemput pelayanan C.O, penyedia minuman berakohol maupun narkotika. Kegiatan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan bapak asuhnya.


Hingga suatu malam, Prasetio memergoki kekasihnya bersama seorang pria separuh baya memasuki kamar hotel dalam keadaan mabuk. Oleh karena rasa penasaran, Pras bertanya kepada salah seorang resepsionis yang tampak akrab dengan kekasihnya.


Dari resepsionis tersebut, akhirnya Pras tahu bahwa sang wanita telah dua tahun menjadi istri simpanan pengusaha. Pras hanyalah sebuah persinggahan selama Daddy Sugar tak bersama sang wanita. Seketika hati Prasetio hancur lebur. Pria muda ini merasa segala perjuangannya demi memanjakan sang kekasih tak ada gunanya.


Tak ada lagi pilihan, Prasetio memacu motor ke arah rumah Pak Fredy yang berada di luar perkebunan. Hanya kepada bapak asuh yang kini dianggap abang, dia akan berkata jujur sekaligus meminta maaf telah lalai.


“Udah gak perlu sedih. Karena hal inilah, Abang gak mau kamu masuk dunia malam. Akhirnya tau sendiri, kan?” tanya Pak Fredy lemah lembut seperti biasa dan malam ini lebih membuai. 


Entah dari mana awalnya, akhirnya Bang Fredy memeluk Prasetio dan pria muda tersebut merasa nyaman.


“Kini kamu udah dewasa dan bisa menentukan jalan hidup. Lingkungan pergaulan Abang gak baik untukmu,” ucap Pak Fredy dengan pandangan teduh.


Akhirnya malam itu adalah untuk pertama kalinya Pras merasakan sesuatu yang lain dari seorang Fredy. Sekaligus malam perpisahan mereka karena pagi harinya Pras pergi tanpa pesan. Pria muda tersebut meninggalkan tanah air demi sebuah panggilan kerja dari salah satu teman bulenya.


Berbekal pengalaman bergaul di tempat hiburan malam dan semalam bersama Pak Fredy, Prasetio pun sukses berkamuflase menjadi Anita. Pras tak ingin tersakiti lagi oleh wanita dan lebih menikmati hidup tanpa batas dengan berbagai petualangan seru.


Prasetio Adi telah menjelma menjadi Anita yang tampil cantik, energik dan tentu saja menggoda untuk para pengelana cinta. Dengan biaya sangat mahal, kini bentuk tubuhnya bisa disandingkan dengan Miss Universe.


Para pria hidung belang kaliber dunia pun, tak mampu membedakan antara Anita dengan wanita tulen. Hingga akhirnya Anita diboyong pulang oleh Sugar Daddy asli Indonesia kembali ke tanah air. Mereka berpisah setelah pasangannya lebih memilih bersama istri yang telah memberi seorang anak.


Anita yang kacau bermaksud pulang menemui Mak Ipah yang kini hidup sendiri setelah Pak Bondan meninggal dunia. Dengan harta kekayaannya, Anita ingin membuat maknya bahagia. Namun, jauh panggang dari api. Mak Ipah tak menerima kehadiran Anita.


Tiba-tiba tubuh Anita ada yang memeluk erat. Kedua matanya terbuka perlahan. "Le, kamu udah siuman? Ini Mak," ucap Mak Ipah dengan berurai air mata. Anita meraba bagian bawah tubuh, berasa ada yang mengganjal di sana.


“Mak, ampuni aku. Tolong tanyakan pada Allah, gimana caranya bisa sembuh? Aku pengen jadi Prasetio anak Mak," ucap Prasetio terbata-bata. Ada perasaan plong dalam dadanya. Kini, Mak Ipah mau memeluknya kembali.


"Alhamdulillah, Le. Kamu bisa segera tobat. Kamu tahu, gak? Dokter Daniel itu sepupu Pak Fredy. Dari Dokter Daniel pula, Mak tahu kalo kamu sedang menjalani bedah plastik," ucap Mak Ipah dengan kedua mata berbinar-binar.


"Bang Fredy ada di mana sekarang?" tanya Prasetio dengan hati berdebar-debar.


"Bang Fredy sudah meninggal beberapa bulan sebelum kedatanganmu ke Indonesia. Bang Fredy pula yang memintaku untuk membawamu kembali,"sahut Dokter Daniel dengan tersenyum. 


"Seluruh biaya prosedur tindakan bedah, saya gratiskan demi kemanusiaan," ucap Dokter Adnan sembari menatap Prasetio.

•••○☆••☆○•••

TAMAT

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)