Flash
Disukai
1
Dilihat
7,217
I CAN'T STOP LOVING YOU
Thriller

Suatu sore, sepulang Hans dari rumah sakit, ada panggilan telepon dari seseorang. Kretek yang masih terisap separuh terpaksa dimatikan. Ya, ia sekarang telah menjadi seorang perokok. Barang itu telah jadi candu baginya kini.

“Ya? Udah kamu pastikan ada organ yang sehat?”

Pria hitam manis dengan sorot mata tajam sibuk menyimak ucapan dari seberang telepon. Setelah itu ia berhegas melangkah ke dalam rumah lalu keluar lagi dengan jaket kulit. 

Hans mengendarai sebuah motor sport ke rumah sakit. Hans lebih suka beraktivitas dengan mengendarai motor. Oleh karena mobilitas yang tinggi akhir-akhir ini.

Hans telah sampai di basement rumah sakit lalu memarkir motor di sisi terluar agar memudahkan saat pulang. Ia meninggalkan tempat parkir dengan terburu-buru. Saat memasuki lobi, seorang perawat telah menunggu. Mereka beriringan menyusuri lorong panjang rumah sakit menuju suatu ruangan.

Langkah kaki keduanya terhenti tepat depan sebuah ruangan khusus dan Hans segera membuka pintunya. Sang perawat pamit sesaat sebelum pria itu masuk dan mengunci dari dalam. Dalam ruangan telah terbujur tubuh kaku ditutupi kain putih. Pasien semalam yang ia tangani, hari ini mengembuskan napas karena stroke. Faktor umur membuatnya cepat pergi.

Hans menyikap kain penutup mengamati wajah pucat membiru sesaat. Pasien kedua dalam minggu ini yang harus segera merasakan goresan pisau bedahnya. Ia segera membuka jaket dan memakai sarung tangan khusus. Senyum manis tersungging, membayangkan nominal angka yang segera memasuki saldo rekening.

Jemari tangan Hans membuat satu garis vertikal panjang dengan pisau bedah. Hanya sebuah celah untuk mengambil beberapa organ yang diinginkan underground buyer. Mata tajamnya jeli melihat seonggok daging merah segar seiring darah yang mengalir, tetapi mulai mengental. 

“Perfeks! Love you, Darling!”

Kini sarung tangan berlumuran darah merah kehitaman mulai memilah organ dalam. Dari jantung, ginjal, pankreas, paru-paru, hati, berakhir ke usus. Satu persatu organ-organ tersebut dibetot keluar dengan sedikit sayatan pada jaringan terkuat.

Sebuah tempat khusus telah siap menampung organ-organ itu. Mata Hans berbinar-binar sembari menjilat salah satu jemari yang berlumur darah hitam mengental.

“Delicious!”

Pria jangkung itu belum juga puas menjelajah tubuh di atas meja bedah. Dua kelopak mata dibuka perlahan secara bergantian lalu diamati dengan teliti. 

“Sial! Sudah katarak dan rusak syarafnya.”

Hans kembali mengusap bagian dada sampai lambung mayat yang tampak menyusut setelah beberapa organ dikeluarkan. Kedua tangan merapikan beberapa bagian yang tercecer lalu dimasukkan kembali. 

Beberapa jahitan ia buat untuk menutup bekas lubang eksekusi barusan. Selanjutnya sebuah waslap basah diusapkannya pada permukaan kulit yang penuh bercak darah hingga benar-benar bersih.

Pria itu segera memasukkan waslap itu ke dalam kantong plastik lalu membuangnya ke keranjang sampah. Petualangan hari ini telah cukup baginya. Ia benar-benar diburu waktu agar harga jual organ tetap di level tertinggi.

Hans telah berganti baju dan telah memasukkan kotak khusus berisi organ-organ ke dalam tas ransel. Langkahnya pasti setelah memutar kunci lalu membuka pintu. Tepat di depan ruangan, ia menghubungi seseorang lalu berbicara beberapa saat. Hans menutup hubungan telepon dengan senyum lebar dengan garis bibir membentuk lengkungan bagai perahu.

Saat Hans sampai di basement, sebuah mobil telah menghampirinya. Seorang pria bertampang oriental membuka pintu depan dan Hans segera masuk lalu mengeluarkan kotak khusus dari ransel. Pria bermata sipit membuka kotak, mengamati isinya dengan kaca pembesar lalu menutup rapat kembali.

“Good job, Doctor!”

Pria berparas oriental segera mengetik beberapa digit angka nominal pembayaran lalu mengirimkan ke sebuah nomor rekening. Setelah transaksi M-banking berhasil, layar ponsel ditunjukkan kepada Hans.

“Thanks you so much, Mr. Chan!”

“You’re welcome, Doctor!”

Mereka berjabat tangan lalu mengucapkan kata perpisahan untuk bertemu di transaksi berikutnya. Hans memandangi kepergian mobil pria oriental dengan perasaan bahagia.

Kini Hans memacu motor sportnya ke arah pemukiman kumuh. Seperti biasa setiap selesai transaksi, ia akan berbagi kegembiraan dengan mereka. Ia membeli beberapa paket sembako di aplikasi belanja online.

Saat sampai di pemukiman tersebut, Hans menuju kediaman ketua RW untuk menyerahkan paket yang telah dipesan untuk dibagikan secara merata. Tepat saat ia sampai pintu rumah yang dimaksud, pick up pengantar sembako datang.

Hans dikenal sebagai seorang dermawan dalam setahun terakhir sering datang untuk menyalurkan sumbangan. Senyum pria hitam manis itu semakin semringah, saat tahu ada salah satu warga yang hamil tua. Ia pulang dengan satu harapan baru, ada sebuah harta karun yang bisa digali lagi.

Ibu hamil tersebut adalah target kedua transaksi dagangnya dalam bulan ini. Ia akan menukar bayi mereka dengan uang seharga sebidang tanah di kampung. Hans tahu betul kehidupan calon targetnya. Dengan sedikit omongan manis ala dokter, mereka pasti luluh seperti korban sebelumnya. 

Dalam perjalanan pulang, Hans mampir ke sebuah butik ternama. Semua karya desainer dunia ada di situ. Pria jangkung itu melangkah masuk butik. Ia telah menjadi pelanggan tetap, sejak transaksi pasar gelap pertama. Beberapa gaun dan aksesoris telah dibelinya dan kini, ia melangkah pulang.

Perjalanan ke rumah memerlukan waktu tiga puluh menit. Saat Hans sampai, seorang penjaga telah siap membuka pintu gerbang. Pria itu menyapa ramah lalu mengulurkan sebuah kantong makanan berlabel gerai siap saji. Kemudian ia meluncur ke halaman rumah dan memarkir motor di dalam garasi.

Hans berlari ke teras rumah mewahnya. Ia mengeluarkan kunci lalu membuka kenop pintu. Kemudian ia buru-buru menuju sebuah ruangan di lantai atas.

Ia membuka pintu dengan sebuah kunci emas. Sebuah kamar yang cukup mewah tersaji di dalam. Hans mendekat ke sebuah etalase kaca besar. Ia tersenyum lebar lalu mulai membuka pintu etalase.

“Sayang, Abang membawa lagi barang-barang impianmu. Gaun indah, sepatu high heels dan tas,” ucap Hans dengan berurai air mata. 

Pria itu memeluk tubuh kaku sang istri dengan sesengukan. Ia teringat kembali, kisah setahun silam. Sang istri telah bermain hati dengan seorang pengusaha yang mampu memanjakan dengan berbagai kemewahan.

Ia tak mampu membencinya, meski rasa nyeri menusuk dalam dada. Hans terlampau mencintai hingga tak mampu berpikir waras. Ia bunuh istrinya dengan mencampur racun dalam minuman.

Tak ada yang boleh memiliki istrinya. Ia abadikan tubuh wanita kesayangannya dengan formalin dan menghias secantik mungkin dengan barang-barang bermerk yang semasa sang istri hidup, tak mampu diberikannya.

TAMAT

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)