Masukan nama pengguna
Nyonya Fenny memandang Hellena dari kejauhan. Dia masih belum percaya diri untuk menemui gadis cantik berusia 17 tahun tersebut.
“Bu, yakin tak ingin bertatap muka langsung? Ibu berhak mengaku di hadapan Hellena,” ucap lembut pengasuh panti asuhan.
“Saya sudah cukup senang bisa melihatnya sehat tak kurang suatu apa. Maafkan saya, Bu Yasmin. Saya sangat malu terhadapnya,” balas lirih Nyonya Fenny.
Hari ini adalah momen yang ditunggu-tunggu wanita berusia 37 tahun yang tampak selalu anggun dengan kain kebaya dan sanggul. Dia adalah pemilik katering di kota tersebut.
Dia pula pemilik yayasan panti asuhan dua tahun terakhir. Di tempat ini, tujuh belas tahun yang lalu, Nyonya Fenny menyerahkan separuh hatinya.
“Ke mana bayi, lu?” tanya Mami Hesti kepada Fenny muda, sesaat melahirkan dibantu dukun beranak.
“Mami kaga usah mikirin bayi. Udah ada yang urus,” jawab Fenny sambil menghalau tukang ojek langganannya dengan tangan. Tukang ojek tersebut segera membawa bayi merah pergi ke arah panti asuhan.
“Lu tau, kan! Lu kaga bisa terima tamu selama sebulan? Biaya dukun harus dibayar pake uang. Bayi lu kaga punya bapak. Itu hak lu. Ada bos besar yang ingin anak cewek dengan harga mahal. Lu bisa kaya. Udah taonan jadi pecun masih bego. Kaga pake KB lagi.”
Mami Hesti murka karena si bayi menghilang dan Fenny tak mau ungkap keberadaan bayinya. Akhirnya, Fenny harus menandatangani perjanjian atas segala biaya yang disebabkan kehamilannya.
Setahun setelah peristiwa kelahiran berlalu, Parman—tukang ojek—mengutarakan isi hatinya. “Dek, kita nikah. Abang akan tanggung jawab ke lu dan Hellena.”
Fenny terperanjat mendengar ajakan Parman. Dia adalah pria lugu yang mencintainya dengan tulus. Selama setahun ini Parman telah mencukupi segala kebutuhan Hellena. Oleh karena wanita cantik ini tak ingin bayinya makan dari jerih payahnya yang haram.
“Abang tau, kan. Utang gua di Mami masih bejibun. Gua kaga bisa lepas sebelum tuh utang lunas,” jelas Fenny yang merasa terharu atas kesungguhan Parman padanya.
Wanita ini memeluk Parman sangat mesra dan tentu saja, ada sebuah penghargaan istimewa untuk pria baik hati tersebut. Hingga di pagi harinya, Parman terbangun dengan tubuh lunglai dan pikiran linglung.
Seharian hanya tubuh Fenny yang terbayang-bayang di mata. Semua wajah wanita yang ditemuinya adalah Fenny.
Setelah peristiwa semalam, Fenny menghilang bagai ditelan bumi. Parman menjadi frustasi. Beruntung keberadaan Hellena yang telah dianggap anak sendiri, bisa menjadi obat pelipur lara.
Dua tahun sudah, Parman tak bertemu Fenny. Hingga suatu hari, pintu rumahnya diketuk tamu, setelah suara mobil berhenti depan rumah.
Parman yang pagi itu hendak pergi mengojek sekalian mampir ke panti menjumpai Hellena, kaget. Oleh karena, dia tak merasa ada janji dengan teman maupun saudara.
“Permisi. Selamat pagi!” ucap suara wanita yang sangat familiar di telinga Parman. Pria berbadan gempal dengan perasaan ragu-ragu melangkahkan kaki menuju pintu.
“Sebentar. Tunggu!” jawab pria tersebut sambil mendekat lalu membuka pintu.
“Bang!” panggil bibir bergincu merah di hadapan Parman.
“Dek, kamu ke mana aja? Ayo, masuk!” ajak Parman sambil merangkul bahu wanita yang selalu menghiasi mimpinya tiap malam.
Mereka duduk berdampingan dengan tangan Parman memegang erat jemari Fenny. Beberapa kali, Parman mengecup pipi dan bibir Fenny. Hati pria ini berbunga-bunga.
“Bang, gua ke sini mau minta tolong. Boleh?” tanya Fenny manja seperti biasa.
“Minta Abang nikahin lu, sekarang? Boleh banget!” seru Parman dengan mata berbinar-binar.
“Gombal, ih!”sahut Fenny genit dan kedua mata Parman tak berkedip melihat pujaan hatinya yang semakin mempesona.
“Gua mau beli rumah untuk usaha katering. Tolong Abang cariin yang tempatnya strategis.”
Akhirnya, Parman harus menerima kenyataan pahit lagi. Selama dua tahun Fenny menghilang, adalah demi mengikuti kemauan pria yang menjadikannya istri kedua.
Namun, kanker rahim membuat keduanya terpaksa bercerai. Oleh karena rahim Fenny harus diangkat dan tak mungkin punya anak kandung. Padahal dia dinikah pengusaha tersebut demi mendapat anak kandung. Istri pertama sang pria tak mampu memberikan keturunan karena mengidap diabetes stadium 4.
Sejak saat itu, Fenny berniat tobat dan memulai hidup baru dengan menjalankan usaha katering. Keuletan dan keramahtamahan Fenny membuahkan hasil, usahanya semakin maju dan sukses.
Sementara Parman yang pada awalnya menjadi tenaga pemasaran untuk katering, memberanikan diri membuka layanan jasa ekspedisi. Usaha Parman pun sukses dan telah membuka cabang di beberapa tempat.
Untuk kesekian kalinya, Parman meminta kepada Fenny. “Dek, temani Abang untuk menghabiskan masa tua bersama anak kita.”
“Maaf, Bang. Gua makasih banyak atas jasa Abang. Tapi, gua kaga pantas dijadikan istri,” balas Fenny yang masih berkeras hati. Padahal Parman tahu betul, Fenny juga mencintainya.
“Kenapa, Dek?”
Fenny sesaat menunduk lalu berucap,”Pada waktunya, Abang akan tau.”
Hingga akhirnya, tepat sejam setelah perayaan ulang tahun Hellena ke-sweet seventeen, datang telepon dari rumah sakit. Hellena dan Bu Yasmin serta Parman segera berangkat ke sana.
Setiba di rumah sakit dengan didampingi dokter, mereka diajak untuk menemui Fenny. Di atas ranjang, dengan wajah pucat pasi, Fenny berucap lirih kepada Hellena. “Nak, maafin Nyonya Fenny. Selama ini telah jadi pengecut. Aku, ibu yang melahirkan kamu. Aku, ibu yang egois, tak mau kau makan dari uang haram. Aku, ibu yang tega membuangku agar tak jadi barang dagangan para mafia. Ma-ma-af.”
Nyonya Fenny menutup mata dengan tersenyum dalam pelukan putri tercinta. Dalam darahnya telah bersarang virus yang mematikan AIDS. Hellena menangis histeris. Padahal pada perayaan ulang tahunnya, Parman telah mengatakan semua tentang rahasia yang terpendam selama 17 tahun.
TAMAT
Note:
Diambil dari kisah nyata seorang wanita yang harus menjalani kerasnya kehidupan. Namun, ia harus berani ambil risiko demi sebuah kehidupan yang terlahir dari rahimnya. Meski ia hidup di dunia hitam, tetapi hati nuraninya tak ikut kelam. Wanita ini hanya menebus segala dosanya dengan menjaga buah hatinya meski tak bisa berinteraksi layaknya ibu dengan anak. Ia hanya ingin kembali kepada-Nya dengan menyematkan sedikit kebaikan yang dipunyainya.
°^°^°^°^°
“Semua impian kita bisa menjadi kenyataan, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.” – Walt Disney
"Rahasia untuk maju adalah memulai." – Mark Twain
“Kita harus menerima bahwa kita tidak akan selalu membuat keputusan yang tepat, bahwa kita kadang-kadang akan mengacaukannya – memahami bahwa kegagalan bukanlah lawan dari kesuksesan, itu adalah bagian dari kesuksesan.” – Arianna Huffington
"Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri, hidup itu membuat diri Anda sendiri.” -George Bernard Shaw.
“Hidup adalah mimpi bagi mereka yang bijaksana, permainan bagi mereka yang bodoh, komedi bagi mereka yang kaya, dan tragedi bagi mereka yang miskin.” - Sholom Aleichem.