Cerpen
Disukai
26
Dilihat
2,271
Musthofa
Slice of Life

Betapa kegelisahan Musthofa tidak terperi malam itu. Sewaktu ia membuka lambung dompetnya, tinggal menyisakan uang sepuluh ribu. Teramat musykil untuk membeli sembako, gas, bensin, dan kuota internet. Terlebih untuk mendapat sebungkus rokok yang menjadi teman menulis. Kepalanya berputar serupa gasing.

Tanpa menghiraukan Sumi istrinya yang nerocos di dapur lantaran kehabisan uang belanja, Musthofa nekat pergi ke warung. Dengan uang sepuluh ribu, ia membeli empat batang rokok. Serasa mendapat amunisi baru, semangatnya untuk merampungkan cerpennya meraung-raung serupa motor dibleyer.

Musthofa bernapas lega. Cerpen berhasil ia tulis. Sewaktu santai sambil mengisap sigaret di ruang kerja, ia dikejutkan suara gelas yang dibanting. Beranjak ia dari kursi. Melangkah cepat menuju dapur. “Mengapa gelas kau jadikan pelampiasan kejengkelanmu, Sum? Apakah dengan cara itu, uang turun dari langit?”

“Aku sudah tidak kuat hidup dengan penulis. Seminggu makan, sebulan puasa.”

“Sabar. Sabar, Sum! Sabar!”

Tanpa melontarkan sepatah kata, Sumi meninggalkan dapur. Memasuki biliknya. Menutup pintu dari Dalam. Brak!

Sebagai suami berdada lapang, Musthofa hanya menggeleng-gelengkan kepala. Sekembali di ruang kerja, ia terdiam. Menyulut rokok terakhir. Sambil menikmati sari tembakaunya, ia mencari solusi untuk mendapat uang. Pujaan semua orang yang bila diburu akan semakin kencang berlari.

Lama Musthofa mematung di kursi. Di saat otaknya tak mampu berpikir untuk mendapat solusi atas persoalannya, ia mendengar suara motor yang berhenti di depan rumahnya. Merekah hatinya ketika Toto memberi order padanya sebagai juri baca cerpen tingkat pelajar SMA di Taman Budaya. “Honornya berapa, Dik Toto?”

“Kata Mas Budi, lumayan besar.” Toto menyunggingkan senyumnya yang khas. “Kang Mus bersedia kan?”

“He…, he…. Tentu.” Musthofa tertawa renyah. “Betapa bodoh kalau aku menolak. Bukankah nyari uang dengan nulis karya sastra susahnya bukan main?”

“Betul, betul, betul! Apa lagi kalau hanya nulis puisi….”

Keduanya tertawa lepas hingga memecah senyap malam. Seusai Toto pamitan, Musthofa dihadapkan persoalan baru, “Dari mana aku dapat uang bensin ke Taman Budaya besok pagi?”

Berpikir honor juri satu jutaan, Musthofa hutang pada Maryati. Tetangganya yang berprofesi rentenir. Dengan uang pinjaman enamratus ribu, dia pergi ke minimarket dengan berjalan kaki. Membeli sembako, kopi, tiga bungkus rokok.

Uang Musthofa tersisa tigaratus ribu. Duaratus ribu diberikan pada isrinya. Seratus ribu masuk di dalam dompetnya.

Sumi girang bukan kepalang. Serupa mawar mekar di musim bunga, bibirnya tersenyum pada Musthofa. Dengan lembut dan hangat, ia memagut suaminya erat-erat. Ambang tengah malam, keduanya tertidur pulas. Tanpa mimpi dan igauan. Sewaktu fajar, mereka menyaksikan matahari tampak sangat indah.

Dengan semangat berkobar, Musthofa yang mendapat ciuman tangan dari Sumi menuntun motor ke warung. Usai dua botol bensin eceran terisi ke tangki, ia bergegas melaju motornya ke Taman Budaya. Bekerja sebagai juri bersama Toto dan Budi. Dua cerpenis tersohor di kota itu.

Menjelang adzan dhuhur, lomba baca cerpen usai. Bersama Toto dan Budi, Musthofa menuju ruangan untuk menentukan siapa siswa yang dijuarakan. Sewaktu diskusi, ia memrotes kedua juri itu yang memutuskan Joni sebagai pemenang. Mengingat anak itu belum layak menyandang juara. Penghayatan, vokal, dan penampilannya jauh dari standar kualitas.

Musthofa mencabut protesnya. Lantaran ia menerima uang suap dari Toto yang menjadi juri pesanan ayah Joni. Tanpa memedulikan komplain para peserta seusai pengumuman kejuaraan, ia pulang ke rumah tanpa beban. Membawa amplop tebal berlim dari panitia dengan berbunga-bunga.

Di depan pintu rumah, Musthofa yang serupa pahlawan pulang dengan membawa kejayaan di medan laga itu disambut hangat oleh Sumi. Di hadapan istrinya, ia membuka amplop dengan berdebar-debar. Saat menyaksikan duabelas lembar uang duapuluh ribu di dalam amplop, keringat dinginnya mengucur deras. Jantungnya berdegup kencang. Pandangannya gelap gulita. Ia terkapar di lantai.[ ]

SRI WINTALA ACHMAD, pernah belajar di Fak. Filsafat UGM Yogyakarta. Karya-karya sastranya dipublikasikan di Kompas, Republika, Suara Karya, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Lampung Pos, Trans Sumatera, Bangka Pos, Solo Pos, Surabaya Pos, Banjarmasin Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Bernas, Masa Kini, Yogya Pos, Merapi, Fajar Sumatera, Amanah (Malaysia), Aksara International Journal of Indonesian Literature (Australia), Suara Muhammadiyah, Adiluhung, Trapsila, Bakti, Praba, Gong, Artista, Mata Jendela, Jaya Baya, Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekarsari, Pagagan, Sempulur, Swaratama, Karas, dll.

Antologi sastra dan esai kolektifnya: Pelangi (Karta Pustaka/Rasialima, 1988); Nirmana (Wirofens Group, 1990); Alif-Lam-Mim (Teater Eska/SAS, 1990); Zamrud Katulistiwa (Balai Bahasa Yogyakarta/Taman Budaya Yogyakarta, 1997); Sastra Kepulauan (Dewan Kesenian Sulawesi Selatan, 1999); Pasar Kembang (Komunitas Sastra Indonesia, 2000); Embun Tajali (FKY 2000); Lirik Lereng Merapi (Dewan Kesenian Sleman, 2000); Bilah Belati di Depan Cermin (Dewan Kesenian Sleman, 2002); Di Batas Jogja (FKY, 2002); Code (FKY, 2005); Musik Puisi Nasional (LKiS, 2006); Malioboro (Balai Bahasa Yogyakarta, 2008); Perempuan Bermulut Api (Balai Bahasa Yogyakarta, 2010); Tiga Peluru (Kumpulan Cerpen Pilihan Mingguan Minggu Pagi Yogyakarta, 2010); Pasewakan (2011), Kembali Jogja Membaca Sastra (Rumah Budaya Tembi, 2011); Suluk Mataram (Great Publisher, 2011); Jejak Sajak (Jambi, 2012); Dari Sragen Memandang Indonesia (Dewan Kesenian Sragen, 2012); Sauk Seloko – Pertemuan Penyair Nusantara VI (Dewan Kesenian Jambi, 2012); Indonesia di Titik 13 (Dewan Kesenian Pekalongan, 2013); Spring Fiesta [Pesta Musim Semi] (Indonesian & English Poetry Grup & Araska Publisher, 2013); Tifa Nusantara I (Temu Penyair Nusantara – Dewan Kesenian Tangerang, 2013); Sesotya Prabangkara ing Langit Ngayogya (Yogyakarta, 2014); Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil Jakarta, 2014); Rantau Cinta, Rantau Sejarah (Jurnal Sajak, 2014); Tifa Nusantara II (Temu Penyair Nusantara – Dewan Kesenian Tangerang, 2015); Pesta Rakyat Sleman (Digna Pustaka dan Lingkar Budaya Sleman, 2015); Jalan Remang Kesaksian (LPSK/Rumah Budaya Tembi, 2015); Jejak Tak Berpasar (Komunitas Sastra Indonesia/Yayasan Laksita, 2015); Memandang Bekasi (Dewan Kesenian Bekasi/Dinas Parbudpora Kabupaten Bekasi, 2015); Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Ije Lela Tifa Nusantara 3 (Marabahan, 2016); Klungkung Tanah Tua, Tanah Cinta (Klungkung Bali, 2016); Matahari Cinta Samudra Kata (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2016); Seratus Puisi Qurani (2016); Kopi Penyair Dunia (2016); Pesan Damai untuk Seluruh Manusia (PCIUN Maroko, 2017); Kota Terbayang (Taman Budaya Yogyakarta, 2017); Puisi Tentang Bogor (2017); Puisi Tentang Masjid (2017); Dari Partai Demokrat untuk Indonesia (2017); Senja Jati Gede (2017); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018); Dari Cempuring ke Sunan Panggung (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018); Kembang Glepang (2018); Sesapa Mesra Selinting Cinta – Temu Penyair Nusantara XI (Kudus, 2019); Terus Berkarya di Usia Senja, Brengkesan 72 Tahun Ahmad Tohari (2020); Nalika Rembulan Bunder (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2020); Nunggak Semi Dunia Iman Budhi Santosa (2021), naskah lakon terjemahan Dahuru ing Negeri Semut (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2021); Sejuta Puisi untuk Jakarta (2022), dan Kembang Glepang 3 (2023).

Novel, fiksi sejarah, cerita rakyat, cerita wayang: Centhini: Malam Ketika Hujan (Diva Press Yogyakarta, 2011); Dharma Cinta (Laksana, 2011); Jaman Gemblung (Diva Press Yogyakarta, 2011); Sabdapalon (Araska, 2011); Dharma Gandul: Sabda Pamungkas dari Guru Sabdajati (Araska, 2012); Ratu Kalinyamat: Tapa Wuda Asinjang Rikma (Araska, 2012); Kiamat: Petaka di Negeri Madyantara (In AzNa Books, 2012); Centhini: Kupu-Kupu Putih di Langit Jurang Jangkung (Araska, 2012); Serial Crita Rakyat Dahuru ing Praja Wilwatikta (Majalah Djaka Lodang, 2022); Serial Crita Rakyat Pletheke Surya Wilwatikta (Majalah Jayabaya, 2022-2023); dan Serial Crita Rakyat Sigare Bumi Wilwatikta (Majalah Penyebar Semangat, 2023); dan Serial Crita Wayang Kresna Duta (Majalah Jayabaya, 2024).

Buku-buku lainnya yang sudah terbit: Membuka Gerbang Dunia Anak (Annora Media, 2009); Suyudana Lengser Keprabon (In AzNa Books, 2011); Kisah Jagad Pakeliran Jawa (Araska, 2011); Wisdom Van Java (In AzNa Books, 2012); Falsafah Kepemimpinan Jawa: Soeharto, Sri Sultan HB IX & Jokowi (Araska, 2013); Sejarah Kejayaan Singhasari & Kitab Para Datu (Araska, 2013); Babad Tanah Jawa (Araska, 2014); Sejarah Raja-Raja Jawa (Araska, 2014); Satriya Piningit (Araska, 2014); Geger Bumi Mataram (Araska, 2014); Geger Bumi Majapahit (Araska, 2014); Ensklopedia Kearifan Jawa (Araska, 2014); Sejarah Perang di Bumi Jawa (Araska, 2014); Sejarah Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Araska, 2014); Ensklopedia Raja-Raja Nusantara (Araska, 2014); Ensklopedia Karakter Tokoh-Tokoh Wayang (Araska, 2014); Wanita dalam Khasanah Pewayangan (Araska, 2015); Aja Dumeh: Buku Pintar Kearifan Orang Jawa (Araska, 2015); Panduan Praktis Menjadi Penulis Andal: Karya Ilmiah, Artikel, Resensi, Apresiasi & Kritik Seni, Naskah Lakon, Puisi, Cerpen, dan Novel (Araska, 2015); Buku Induk Bahasa dan Sastra Indonesia (Araska, 2015); Mahir Peribahasa Indonesia (Araska, 2015); Buku Induk EYD (Araska, 2015); Politik dalam Sejarah Kerajaan Jawa (Araska, 2016); Babad Tanah Jawa: dari Watugunung yang Menikahi Ibunya hingga Geger PeChinan (Araska, 2016); Petuah-Petuah Leluhur Jawa (Araska, 2016); Babad Giyanti: Palihan Nagari dan Perjanjian Salatiga (Araska, 2016); 13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa (Araska, 2016); Sejarah Kerajaan-Kerajaan Besar di Nusantara (Araska, 2016); Menulis Kreatif itu Gampang (Araska, 2016); Sejarah Pemberontakan Kerajaan di Jawa (Araska, 2017); Filsafat Jawa (Araska, 2017); Sejarah dan Asal-Usul Orang Jawa (Araska, 2017); Sejarah Raja-Raja Jawa dari Kalingga hingga Mataram Islam (Araska, 2017); Sejarah Istri-Istri Raja Jawa (Araska, 2017); Sejarah Islam di Tanah Jawa (Araska, 2017); Kisah Horror Ketemu Genderuwo (Araska, 2017); Sang Jenderal: Riwayat Hidup, Perjuangan, dan Cinta Jenderal Soedirman (Araska, 2017); Sejarah Perang Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Araska, 2017); Etika Jawa (Araska, 2018); Filsafat Kepemimpinan Jawa (Araska, 2018); Kronik Perang Saudara dalam Sejarah Kerajaan di Jawa 1292-1767 (Araska, 2018); Sejarah Runtuhnya Sriwijaya dan Majapahit (Araska, 2018); Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada (Araska, 2018); Sultan Agung: Menelusuri Jejak-Jejak Kekuasaan Mataram (Araska, 2019); Sejarah Kejayaan Singhasari Antara Mitos, Fakta, Pesona, dan Sisi Kelamnya (Araska, 2019); Untung Surapati: Pemberontakan Seorang Budak (Araska, 2019); Ratu Kalinyamat (Araska, 2019); Hitam Putih Majapahit (Araska, 2019); Gajah Mada Kisah Cinta dan Kisah Penakluk-Penaklukannya (Araska, 2019); Perang Bubat (Araska, 2020); Babad Diponegoro: Kisah Sejarah, Silsilah & Pemikiran Sufistik Pangeran Diponegoro (Araska, 2023); Etika Jawa: Prinsip Hidup dan Pedoman Hidup Orang Jawa (Araska, 2023); dan Falsafah Kepemimpinan Jawa: Menyelami Kearifan dan Filosofi Kepemimpinan dalam Budaya Jawa (Araska, 2024); Horor Tanah Jawa Tumbal Genderuwo (Araska, 2024); dan Perang Suksesi Jawa (Araska, 2024).

Bersama Indra Tranggono dan R. Toto Sugiharto, menulis buku Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #15 (Taman Budaya Yogyakarta, 2016), Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #16 (Taman Budaya Yogyakarta, 2017).

Prestasi yang diraih dalam dunia kepenulisan: Nominasi Lomba Cipta Puisi Esai tingkat nasional (2014), Juara II Lomba Cipta Cerpen Sanggar Sastra Bukit Bintang Yogyakarta (2018), Nominasi Lomba Cipta Puisi Nasinal “Sejuta Puisi untuk Jakarta” (2022), dan Juara III Lomba Cipta Puisi Multimedia “Keris,” Dinas Kebudayaan Yogyakarta (2023).

Nama kepenyairannya dicatat dalam: Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, Penerbit Kompas, 2001), dan Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Abdul Hadi WM, Ahmadun Yosi Herfanda, Hasan Aspahani, Rida K Liamsi, dan Sutardji Calzoum Bachri, Yayasan Hari Puisi, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017), Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018), dan Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #18 (Taman Budaya Yogyakarta, 2021). Selain menulis buku, sering menjadi juri lomba baca dan cipta karya sastra di lingkungan sekolah, juri lomba teater dan pantomim, serta dipercaya sebagai nara sumber dalam pelatihan cipta karya sastra untuk siswa dan guru.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)