Cerpen
Disukai
16
Dilihat
4,547
Bintang-Bintang Jatuh di Pangkuan
Misteri

Sejak dipecat dari pabrik tekstil karena diduga mencuri kain dari gudang, Mahmud bekerja sebagai tukang aduk pocokan di proyek bangunan. Terkadang ia berangkat seminggu, libur sebulan. Tekadang dapat menafkahi keluarganya sebulan, namun sering memaksanya perihatin tiga bulan.

Melihat Mahmud sering tampak linglung di teras rumah, tetangga kiri-kanannya merasa iba. Terlebih saat Surti mencaci-makinya sesudah dua minggu tidak memberikan uang belanja. SPP bulanan anaknya yang selalu nunggak. Listrik di rumahnya yang disegel PLN, karena telat melunasi iuran bulanan.

Menanggung beban hidup yang semkin berat, Mahmud sering berpikir buruk. Berniat bunuh diri. Namun, pikiran buruknya itu ditepis jauh-jauh, berkat petuah Kyai Naswan seusai salat tarwih di surau. “Jangan suka berpikir buruk! Kamu akan tersesat di jalan iblis. Berpikirlah positif! Karena kamu akan mendapat cahaya Tuhan. Sekarang, pulanglah! Banyaklah mendarus Qur’an!”

Mahmud keluar dari surau. Pulang ke rumah yang diterangi lampu minyak. Duduk di kursi bambu untuk merenungkan petuah Kyai Naswan. Tanpa menjenguk istrinya yang telah mendengkur, ia melangkah ke senthong. Seusai mendarus Qur’an, Ia serasa bertemu dengan Tuhan-nya yang sekian lama tersingsal di bilik hati.

Malam senyap. Mahmud mensujudkan tubuhnya serupa huruf ya’. Menadahkan kedua tangannya sebentuk bunga teratai. Memohon petunjuk pada Tuhan. Di antara jaga dan tidur, ia menyaksikan bebintang yang mengambang di langit berjatuhan di pangkuannya.

***

 

Menjelang adzan subuh berkumandang dari surau, Mahmud terbangun. Seusai salat, ia kembali tidur. Belum sejam memejamkan mata, Surti membangunkan. “Dicari Pak Darsuni, Kang.”

Mahmud bangkit dari ranjang kayu. Tanpa membasuh muka di sumur yang bersebalahan dengan dapur, ia menuju ruang tamu. “Ada apa, Pak Dar?

“Apakah hari ini kamu tak ada kerjaan?”

“Bukankah Bapak tahu, kalau aku lama menganggur?”

“Bukan itu, maksudku. Kalau kamu sedang nganggur, aku menawarkan pekerjaan. Merehap teras rumah Pak Nasri.”

“Sungguh, Pak? Apapun pekerjaannya, aku siap melaksanakan.”

“Kalau begitu, mandilah! Kita berangkat sekarang.”

Mahmud meninggalkan ruang tamu. Memasuki kamar mandi. Membasuh tubuh. Berganti pakaian. Sesudah memasukkan pakaian kerja di dalam ransel, ia keluar rumah. Membonceng motor Darsuni. Menuju rumah Pak Nasri. Anggota DPRD yang tersohor karena pelitnya.

***

Sabtu sore. Langit di mata Mahmud tampak cerah. Hatinya berbunga-bunga, saat menerima upah enam hari sebagai tukang aduk. Dengan girang, ia memasukkan amplop putih berisi tiga lembaran uang ratusan ribu ke dalam saku celana kerjanya. Karena mengejar waktu buka, ia berpamitan pada Pak Nasri. Pulang ke rumah.

Setiba di halaman rumah, Mahmud merasa seperti pahlawan yang pulang membawa kemenangan. Disambut ceria di depan pintu oleh Surti yang tengah menunggu buka. Waktu untuk menikmati hidangan yang dibeli di warung dengan uang pinjaman dari Kyai Naswan.

Bergegas Mahmud ke kamar mandi untuk membasuh tubuh yang berlepotan bekas adukan semen, pasir, kapur, dan remukan bata merah. Mengenakan sarung, baju, dan peci. Berkumpul dengan Surti dan anaknya di ruang tamu yang sering dijadikan sebagai ruang makan. “Berapa hutang kita pada Kyai Naswan?”

“Seratus duapuluh lima ribu.”

Mahmud beranjak dari kursi. Kembali ke kamar mandi. Di mana celana kerjanya menggantung di cantelan. Wajahnya pasi. Pandangannya berkunang-kunang. Sesudah ia mengetahui kalau amplop gajiannya raib di dalam kantong celana kerjanya yang bolong. Sebelum kembali ke ruang tamu, ia terjatuh pingsan.

Melihat Mahmud pingsan, Surti berteriak meminta tolong. Tetangga kiri-kanan berdatangan. Mereka saling pandang, saat seorang lelaki asing yang baru turun dari mobil menggotong Mahmud untuk dibaringkan di ranjang. Mengusap-usapkan minyak kayu putih ke leher dan kaki Mahmud yang basah keringat dingin.

Tetangga kiri-kanan masih bertanya-tanya tentang siapa lelaki yang memberi pertolongan pada Mahmud. Sebagian mereka menduga, kalau ia adalah juru selamat. Sebagian lainnya mengatakan, kalau ia adalah malaikat yang diturunkan Allah di bumi manusia pada setiap bulan Ramadhan.

Tengah malam, Mahmud siuman. Surti yang semula mencemaskan keadaan suaminya itu tampak senang. Melihat wajah istrinya yang menyerupai purnama di ufuk timur, ia heran. “Kenapa kamu tampak senang, Surti? Padahal kalau tahu kabar yang akan aku sampaikan, kamu pasti marah. Amplop gajianku jatuh di jalan.”

“Lupakan, Kang! Itu bukan rezeki kita.” Surti memberikan dua amplop besar pada Mahmud dengan tangan bergetar. “Itu pemberian Pak Achmad yang menolong kamu sewaktu pingsan.”

“Pak Achmad? Siapa?”

“Pimpinan pabrik tekstil, di mana kamu pernah bekerja.”

Bergegas Mahmud membuka amplop pertama. Mengetahui uang THR lima juta di amplop itu, ia serasa terlempar ke negeri mimpi. Ia semakin berbunga seusai membuka amplop kedua. Amplop berisi surat resmi yang menyatakan ia dipanggil kembali sebagai karyawan, karena tidak terbukti mencuri kain dari gudang. Dalam rasa syukur paling puncak, ia teringat kembali tentang bebintang di langit yang berjatuhan di pangkuannya.

 

Tentang Penulis

 

SRI WINTALA ACHMAD, pernah kuliah di Fak. Filsafat UGM Yogyakarta. Menulis dalam tiga bahasa (Inggris, Indonesia, dan Jawa). Karya-karyanya dipublikasikan: Kompas, Republika, Suara Karya, Suara Pembaruan, Lampung Pos, Fajar Sumatra, Trans Sumatra, Solo Pos, Surabaya Pos, Bangka Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Merapi, Bernas, Masa Kini, Yogja Pos, Gong, Artista, Suara Muhammadiyah, Adiluhung, Bakti, Jayabaya, Penyebar Semangat, Mekarsari, Jaka Lodhang, dll.

Buku-buku antologi kolektifnya yang telah terbit: Antologi Puisi Pelangi (Karta Pustaka/Rasialima, 1988); Antologi Puisi Nirmana (Wirofens Group, 1990); Antologi Puisi Alif-Lam-Mim (Teater Eska/SAS, 1990); Antologi Puisi Zamrud Katulistiwa (Balai Bahasa Yogyakarta/Taman Budaya Yogyakarta, 1997); Antologi Puisi Sastra Kepulauan (Dewan Kesenian Sulawesi Selatan, 1999); Antologi Puisi Pasar Kembang (Komunitas Sastra Indonesia, 2000); Antologi Puisi Yogyakarta dan Singapura Embun Tajali (FKY 2000); Antologi Puisi dan Geguritan Lirik Lereng Merapi (Dewan Kesenian Sleman, 2000); Antologi Naskah Lakon Bilah Belati di Depan Cermin (Dewan Kesenian Sleman, 2002); Antologi Puisi dan Geguritan Di Batas Jogja (FKY, 2002); Antologi Geguritan, Macapat, dan Cerkak Code (FKY, 2005); Antologi Esai Musik Puisi Nasional (LKiS, 2006); Antologi Puisi Malioboro (Balai Bahasa Yogyakarta, 2008); Antologi Cerpen Perempuan Bermulut Api (Balai Bahasa Yogyakarta, 2010); Antologi Cerpen Tiga Peluru (Kumpulan Cerpen Pilihan Mingguan Minggu Pagi Yogyakarta, 2010); Antologi Geguritan dan Cerkak Kongres Sastra Jawa III - Bojonegoro Pasewakan (2011), Antologi Puisi Kembali Jogja Membaca Sastra (Rumah Budaya Tembi, 2011); Antologi Puisi Suluk Mataram (Great Publisher, 2011); Antologi Puisi Jejak Sajak (Jambi, 2012); Antologi Puisi 127 Penyair Dari Sragen Memandang Indonesia (Dewan Kesenian Sragen, 2012); Antologi Puisi PPN VI: Pertemuan Penyair Indonesia dan beberapa Negara Asia Tenggara di Jambi - Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi, 2012); Antologi puisi: Indonesia di Titik 13 (Dewan Kesenian Pekalongan, 2013); Antologi Puisi dwi-bahasa 63 penyair Indonesia, Malaysia, Singapura, Hongkong, Pakistan, India, Libia, Arizona, dan Serbia: Spring Fiesta [Pesta Musim Semi] (Indonesian & English Poetry Grup & Araska Publisher, 2013); Antologi Puisi: Tifa Nusantara (Temu Penyair Nusantara – Dewan Kesenian Tangerang, 2013); Antologi Geguritan 33 Penggurit Yogyakarta dan Jawa Tengah: Sesotya Prabangkara ing Langit Ngayogya (Yogyakarta, 2014); Antologi Puisi Dari Negeri Poci V Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil Jakarta, 2014); Antologi Puisi Parangtritis: 55 Penyair Membaca Bantul (Bantul, 2014); Antologi Puisi Anti Terorisme Pengantin Langit (KSI, 2014); Antologi Puisi Lumbung Puisi Jilid 2 (2014); Antologi Esai – Cerpen – Puisi Mengenang Slamet Sukirmanto Jaket Kuning (KSI, 2014); Antologi Puisi Esai Rantau Cinta Rantau Sejarah (Jurnal Sajak, 2014); Antologi Puisi 5 Negara: Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand Lentera Susastra II (Sembilan Mutiara Publishing & Lentera Internasional, 2014); Antologi Puisi Tifa Nusantara II (Dewan Kesenian Tangerang, 2015); Antologi Puisi Pesta Rakyat Sleman (Lingkar Budaya Sleman dan Digna Pustaka, 2015); Antologi Puisi Jalan Remang Kesaksian (LPSK/Rumah Budaya Tembi, 2015); Antologi Puisi Jejak Tak Berpasar (Komunitas Sastra Indonesia/Yayasan Laksita, 2015); dan Antologi Puisi Memandang Bekasi (Dewan Kesenian Bekasi/Dinas Parbudpora Kabupaten Bekasi, 2015).

Novel yang telah terbit: Centhini: Malam Ketika Hujan (Diva Press Yogyakarta, 2011); Dharma Cinta (Laksana, 2011); Zaman Gemblung (Diva Press Yogyakarta, 2011); Sabdapalon (Araska, 2011); Dharma Gandul: Sabda Pamungkas dari Guru Sabdajati (Araska, 2012); Ratu Kalinyamat: Tapa Wuda Asinjang Rikma (Araska, 2012); Kiamat: Petaka di Negeri Madyantara (In AzNa Books, 2012); dan Centhini: Kupu-Kupu Putih di Langit Jurang Jangkung (Araska, 2012).

Buku-buku lainnya yang telah terbit: Membuka Gerbang Dunia Anak (Annora Media, 2009); Suyudana Lengser Keprabon (In AzNa Books, 2011); Kisah Jagad Pakeliran Jawa (Araska, 2011); Wisdom Van Java (In AzNa Books, 2012); Falsafah Kepemimpinan Jawa: Soeharto, Sri Sultan HB IX & Jokowi (Araska, 2013); Sejarah Kejayaan Singhasari & Kitab Para Datu (Araska, 2013); Kitab Sakti Ajaran Ranggawarsita (Araska, 2013); Babad Tanah Jawa: Dari Nabi Adam hingga Mataram Islam (Araska, 2014); Sejarah Raja-Raja Jawa (Araska, 2014); Satriya Piningit (Araska, 2014); Geger Bumi Mataram (Araska, 2014); Geger Bumi Majapahit (Araska, 2014); Pamali dan Mitos Jawa (Araska, 2014); Ensklopedia Kearifan Jawa (Araska, 2014); Sejarah Perang di Bumi Jawa (Araska, 2014); Sejarah Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Araska, 2014); Ensklopedia Raja-Raja Nusantara (Araska, 2014); Ensklopedia Karakter Tokoh-Tokoh Wayang (Araska, 2014); Senjakala Majapahit (2015); Pesona Wanita dalam Khasanah Pewayangan (Araska, 2015); Panduan Praktis Menjadi Penulis Andal: Karya Ilmiah, Artikel, Resensi, Apresiasi & Kritik Seni, Naskah Lakon, Puisi, Cerpen, dan Novel (Araska, 2015); Buku Induk Mahir Bahasa dan Sastra Indonesia, Pedoman Praktis Menulis dalam Bahasa Indonesia (Araska, 2015); Mahir Peribahasa Indonesia (Araska, 2015); Buku Induk EYD (Araska, 2015); Politik dalam Sejarah Kerajaan Jawa (Araska, 2016); Babad Tanah Jawa: dari Watugunung yang Menikahi Ibunya hingga Geger Pecinan (Araska, 2016), dan Petuah Leluhur Jawa (Araska, 2016). Bersama Indra Tranggono, R. Toto Sugiharto, dan Elyanda Widharta menulis Buku Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #15 yang diterbitkan Taman Budaya Yogyakarta (2016). 

Nama kesastrawanannya dicatat dalam: Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, Penerbit Kompas), Tinggal di Cilacap Utara, Cilacap, Jawa Tengah. Email: gununggampingindonesia@gmail.com.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)