Cerpen
Disukai
0
Dilihat
4,438
By Your Side
Slice of Life

                        

Aku melihat taman seribu lampu ; kamu. Dan aku adalah kunang - kunang yang ingin menandingi cahaya bulan

Berhenti di kamu, karena yang lain main - main!


***

   Hot! Udara malam ini begitu terasa panas sekali. Suasana toko Roti Berkisah sangat ramai dengan pembeli di akhir pekan ini. Di luar, mendung hitam mulai mengepung langit. Mungkin sebentar lagi turun hujan. 

   Di antara kerumunan pengunjung toko, terlihat sepasang muda-mudi terlibat percakapan serius di sebuah meja yang terletak di sudut ruangan toko. Mereka berdua kelihatan mencolok dari sekian pengunjung yang ada, gesture dan mimic muka mereka yang terlihat sekali serius. Kontras dengan yang lain, begitu menikmati suasana toko dengan pasangannya saling berbagi canda dan tawa.

Tria dan Dodo di depan meja kasir terlihat sibuk melayani pembeli. Nika, pemilik toko di belakang mereka sembari mengawasi lalu lalang pelanggan dalam toko yang masih memilih roti kesukaan.

“ Hotel / Losmen / Villa / Bungalow selalu dekat dengan kesementaraan. Bahwa cintaku bukan sekedar penginapan. Di samping keramah-tamahan, basa - basi yang diperjualbeliakan. Mesti cintaku tumbuh di lobi hotel, tak berarti cintaku tumbuh dengan dangkal, Rena. ” Gadis di depanku masih diam membisu, di antara pusaran ucapanku.

Hitungan hari yang terbilang, terlewati bersama di kota Bandung tanpa rencana, cukup menumbuhkan pondasi cinta yang kuat dalam hatiku. Memantapkan diriku memilih dirinya, menikahinya dengan segenap rasa yang utuh. Setelah pertemuan yang tak terduga dengannya di dalam pesawat, lalu tumbuh kesepakatan Ia mau aku jadikan sebagai guide tour selama kunjungan dinasku di kota bunga ini, selama sepekan.

   Sekian lama aku biarkan dia mendengarkanku dengan diam. Aku melihat dirinya serupa patung Nyi Roro Jonggrang, yang oleh Bandung Bondo Woso, di kutuk menjadi arca, sebab merasa di khianati pada perjanjian pembuatan seribu candi dalam satu malam, sebelum Nyi Roro Jonggrang menerima cinta Bandung Bondo Woso. Sebuah pembuktian cinta yang heroic. 

Di atas meja terdapat dua cangkir capucino yang masih mengepulkan uap panasnya, dan beberapa potong roti product andalan toko Roti Berkisah ini yang belum sempat tersentuh sama sekali.

 

   Perlahan tanganku keluar dari genggamnya, mengambil sesuatu dari saku kemejaku. Sesuatu yang telah aku siapkan semenjak senja menyapa maya pada, demi sebuah pertemuan hati yang manis malam ini. Aku berpindah duduk. Kini bersisian dengan Rena.

“ Ini sebuah liontin cinta bukti kesungguhanku, Rena. Izinkan aku memasangkanya di lehermu sebagai simbol pertunangan ragawi kita dalam cinta yang penuh, utuh, sungguh. Apakan engkau mengizinkannya ? ” Rena menjawab dengan ragu.

Tak sulit aku mengalungkan liontin di tanganku pada leher jenjangnya. Rambut panjangnya yang sedari tadi telah di kuncir kuda, semakin memudahkan aku melingkarkan liontin cinta di lehernya.

Tiba - tiba chef Cepi tergopoh-gopoh menghampiri meja kami seraya mengulurkan tangan kepadaku.

"Selamat Juna, selamat mendapatkan cinta Rena dengan bonus Nakula dan Sadewa, dua lelaki kecil yang tampan yang sangat mirip Om-nya ini."

Aku terkejut. Rena juga tampak kaget. Namun, setelahnya aku tertawa bahagia disusul tawa renyah Chef Cepi dan Rena.

Mey datang memeluk tubuh Rena seraya berbisik; "Bye, bye, single parents."

Trio, Dodo dan Nika mengacungkan jempol ke arah kami.

Sementara, di luar, hujan lebat.






          

   ***


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)