Masukan nama pengguna
"Nek, buat apa di atas sana?" tanyaku.
"Biasa, mau mengambil kelapa? Kamu sudah pulang?"
Dengan cekatan Nenek ku itu menurunkan satu per satu kelapa, setelahnya Beliau turun dengan cepat. Aku semakin terheran-heran dengan tingkahnya. Apalagi sudah berusia senja, bisa saja salah pinjam maka akan jatuh juga kan?
Pernah ada kejadian yang membuatku semakin panik, lantaran aksi yang Nenek tunjukkan beberapa hari yang lalu.
Aku selalu mengira bahwa nenekku adalah wanita biasa yang suka berkebun, memasak opor ayam terenak di dunia, dan rajin nonton sinetron sambil mengeluh tentang alur ceritanya. Tapi, semua itu berubah di suatu malam ketika pencuri nekat masuk ke rumah kami.
Crakkk..
Brankkk..
Aku terbangun karena suara gaduh di ruang tamu. Dengan setengah mengantuk, aku mengintip dari balik pintu kamar. Seorang pria bertopeng hitam tengah mengendap-endap di dekat lemari tempat nenek menyimpan perhiasannya. Jantungku berdegup kencang. Aku hendak berteriak, tapi yang terjadi selanjutnya membuat mulutku terkunci.
Dengan kecepatan kilat, nenekku melompat dari sofa, melakukan salto di udara (ya, SALTO!), lalu mendarat dengan anggun tepat di belakang pencuri. Dengan satu gerakan cepat, ia menjentikkan jari, dan si pencuri langsung jatuh ke lantai dengan ekspresi bingung seperti baru saja dikalahkan dalam permainan Uno tanpa sempat menaruh kartu.
Aku ternganga. "Nenek?!"
Nenek hanya tersenyum, lalu mengikat pencuri dengan tali rafia yang entah dari mana ia dapatkan. Serius, dari mana nenek menyimpan semua peralatan ini? Apakah ia punya kantong ajaib seperti Doraemon?
"Kalau mau mencuri bilang? Nanti aku siapin Makanan," ujar Nenek.
Setelah pencuri tak bisa berkutik, nenek menyalakan lampu dan mengusap tangannya seperti baru saja menyelesaikan pekerjaan ringan. Lalu dengan tenang, Beliau mengambil segelas teh hangat yang entah sejak kapan ada di tangannya.
"Dulu nenek agen rahasia," katanya sambil menyeruput teh. "Kakekmu dulu jatuh cinta karena nenek menangkap tiga penjahat internasional dalam satu malam. Dan masih sempat masak rendang sebelum matahari terbit." Nenek berujar setengah tertawa, dan aku menganggap Nenek hanya membual saja.
"Nenek juga berteman dengan Intel dan--"
Mulutku menganga semakin lebar. "Nenek BERCANDA, kan?!"
"Ha ha ha ha, iyalah" jawabnya santai. "Sekarang bantu nenek panggil polisi. Setelah itu, kita makan mie rebus." imbuhnya.
Aku masih terpaku. "Jadi dari tadi Nenek cuma mengarangnya, ya ampun Nek?"
Nenek mengangkat alisnya. "Menurutmu kenapa nenek bisa menang lomba catur melawan orang-orang tua satu RT dalam waktu tiga menit?"
Aku menelan ludah. Malam itu, aku tahu satu hal jika nenekku bukan nenek biasa. Nenekku… SUPER! Dan aku harus lebih sering mendengar ceritanya. Siapa tahu besok aku menemukan nenek sedang menghentikan meteor dengan panci dapurnya.
Setelah sinpencuri ditangani oleh aparat, aku dan Nenek menikmati mie rebus sambil bercerita tentang kenangan indah masa lampau Nenek superku itu.
"Nenek masih ingat, mendiang gak bisa berenang, eh Nenek tarik saja bajunya, terus Nenek lempar ke sungai, biar belajar berenang," ujar Nenek.
Kalimat yang barusan Nenek ucapkan membuat aku terkekeh saja. Tanpa terasa sudah lima tahun kakek meninggalkan kami.
Keesokan paginya, nenek mengajakku ke pasar. Aku pikir ini hanya perjalanan biasa membeli sayur dan daging, tapi aku salah besar.
"Jangan banyak tanya," bisik nenek sambil memasukkan sesuatu ke dalam tasnya. Aku mengerutkan dahi, tapi menurut saja.
Sesampainya di pasar, nenek langsung menuju kios tahu langganannya. Namun, bukannya membeli, ia malah berbisik kepada si penjual, yang langsung mengangguk dan menarik tuas di balik etalasenya. Seketika, sebuah pintu rahasia terbuka di belakang kios tahu!
"Ayo masuk," kata nenek santai.
Aku melongo. "Nenek, ini serius?!"
"Cepat sebelum ketahuan."
Aku menelan ludah dan mengikuti nenek masuk ke lorong gelap itu. Bau rempah dan minyak goreng tercium tajam. Kami melangkah hingga sampai ke sebuah ruangan dengan layar besar dan beberapa orang berpakaian jas hitam.
"Selamat datang kembali, Bu Mawar," sapa seorang pria berjas hitam.
Aku ternganga. "Nenek, siapa mereka?!"
Nenek tersenyum tipis. "Sudah saatnya kau tahu lebih banyak tentang siapa nenek sebenarnya."
Seorang pria berotot dengan kacamata hitam berjalan mendekati kami dan memberikan sebuah tablet kepada nenek. Ia menampilkan daftar nama dan wajah-wajah yang terlihat seperti buronan.
"Bu Mawar, target baru telah terdeteksi. Seorang dalang kriminal sedang bersembunyi di kota ini. Kami butuh bantuan Anda."
Aku semakin syok. "Nenek, kau masih bekerja?!"
Nenek hanya tertawa kecil, lalu menepuk pundakku. "Sekali agen, selamanya agen, cucuku. Sekarang, kita harus beraksi."
Aku belum sempat memproses semua informasi ini, tapi satu hal yang pasti jika hari ini, hidupku akan berubah selamanya.
Setelah menerima informasi dari markas rahasia di balik kios tahu, nenek segera mengambil tasnya dan menarik tanganku keluar dari pasar. Kami menyelinap ke sebuah gang sempit, dan nenek mulai menaiki tangga menuju atap sebuah bangunan tua.
"Nenek, kita mau ke mana?"
"Musuh sedang bersembunyi di gedung seberang. Jalan tercepat adalah lewat atap," jawabnya santai.
Aku hampir tidak percaya. "Nenek serius mau lompat dari atap ke atap? Ini bukan film aksi!"
Nenek hanya mengedipkan mata. "Untukmu mungkin bukan, tapi untuk nenek, ini rutinitas."
Tanpa menunggu, nenek melompat ke gedung di seberang dengan gesit seperti kucing ninja. Aku menelan ludah, lalu mencoba melangkah maju.
"Jangan ragu! Kalau takut, lihat saja ke depan, bukan ke bawah," kata nenek.
Aku menarik napas dalam-dalam dan berlari. Dengan segenap keberanian, aku melompat… dan nyaris terpeleset di tepi gedung! Beruntung, nenek sigap menangkap tanganku.
"Hampir saja. Kamu butuh latihan lagi, Nak," katanya sambil membantuku naik.
Kami berjalan mengendap-endap ke tepi atap gedung dan melihat ke bawah. Seorang pria bertubuh besar dengan jaket kulit sedang berdiri di depan sebuah mobil hitam. Ia tampak mengawasi sekeliling, seolah sedang menunggu seseorang.
"Itu dia, target kita," bisik nenek.
Aku menelan ludah. "Dan sekarang kita ngapain?"
Nenek tersenyum licik. "Waktunya memberi kejutan."
Dengan gerakan cepat, nenek mengeluarkan sesuatu dari tasnya seperti sebuah batu kecil. Ia melemparkannya dengan presisi luar biasa tepat ke kepala si pria berbadan besar. Pria itu mengusap kepalanya dan menoleh ke sekeliling dengan bingung.
Saat itulah nenek melompat turun dari atap, mendarat di atas kap mobil dengan suara 'DENTUM!' yang membuat pria itu tersentak kaget.
"Surprise!" kata nenek sambil tersenyum.
Pria itu mencoba melawan, tapi nenek bergerak lebih cepat. Dengan satu gerakan, ia menjatuhkan pria itu ke tanah dan menguncinya dengan teknik yang mungkin hanya dia yang tahu.
Aku turun dengan lebih hati-hati dan hanya bisa melongo melihat kejadian itu. "Nenek… kamu lebih keren dari film action mana pun!"
Nenek tertawa. "Itu karena nenek masih punya banyak kejutan untukmu, Nak."
Aku tersenyum bangga.
***TAMAT