Cerpen
Disukai
1
Dilihat
1,872
Kucingku Kena Pelet
Komedi



Wiro adalah pemuda biasa dengan ambisi luar biasa yakni ia ingin mendapatkan hati Wina, gadis cantik yang tinggal di sebelah rumahnya. Namun, ada satu masalah besar, atau lebih tepatnya, seekor masalah besar berbulu abu-abu bernama Bubu.

Bubu adalah kucing kesayangan Wina, dan Wina lebih perhatian pada Bubu daripada kepada manusia mana pun, termasuk Wiro. Jika Wina harus memilih antara kucingnya dan seorang pria tampan kaya raya, tanpa ragu dia akan memilih Bubu.

Menyadari bahwa usaha pendekatan normal tidak akan berhasil, Wiro akhirnya memilih cara yang lebih… tidak biasa.

"Kalau cara biasa nggak mempan, saatnya pakai cara luar biasa," gumamnya sambil membaca brosur seorang dukun sakti yang terkenal di kalangan pria patah hati.

Maka, berangkatlah Wiro ke rumah dukun itu di pinggir desa. Rumahnya sederhana, tapi penuh dengan wewangian aneh yang membuat hidung Wiro sedikit gatal.

"Anak muda, kau ingin apa?" tanya si dukun dengan suara berat, matanya menyipit penuh misteri.

"Saya mau memelet seseorang, Pak Dukun."

Dukun itu mengelus jenggotnya yang panjang. "Siapa targetnya?"

"Wina, tetangga saya. Cantik, baik, tapi nggak pernah sadar kalau saya ada!" keluh Wiro dengan penuh semangat.

Sang dukun mengangguk mengerti, lalu mengambil sebuah botol kecil berisi cairan berwarna merah muda yang berkilauan seperti minyak goreng yang dipanaskan terlalu lama.

"Ini ramuan pelet tingkat tinggi! Campurkan pada makanan atau minumannya. Begitu dia menelannya, dia akan tergila-gila padamu!"

Mata Wiro berbinar. Ini dia jalan pintas yang ia butuhkan!

Tanpa membuang waktu, ia kembali ke rumah, menunggu kesempatan untuk menjalankan rencananya. Dan tak butuh waktu lama, dan sore itu, Wina terlihat duduk santai di teras rumahnya, menikmati teh hangat dan sepiring ikan goreng.

"Kesempatan emas!" pikir Wiro sambil menyiapkan ramuan itu di tangannya.

Ia berjalan mendekat, berusaha tetap santai. "Hei, Wina! Lagi santai ya?"

"Eh, Wiro! Iya nih, lagi nyantai bareng Bubu," jawab Wina sambil mengelus kepala kucing gendut yang sedang tidur malas di pangkuannya.

Bubu hanya melirik Wiro sebentar, lalu mendesah panjang seperti bosan melihat orang yang tidak penting.

Dalam hati, Wiro mendengus. "Tunggu saja, Bubu! Kalau rencana ini berhasil, aku akan jadi pacar Wina, dan kau akan punya majikan baru!"

Wina menaruh sepotong ikan goreng ke piringnya dan kembali sibuk bermain ponsel. Saat itulah Wiro dengan gerakan super licin menaburkan ramuan pelet ke atas ikan tersebut.

Namun, sebelum Wina sempat menyentuhnya…

"NYAM!"

Dalam sekejap mata, Bubu melompat ke meja dan menelan ikan itu dalam sekali lahap.

Mata Wiro membelalak. "Oh tidak…"

Sementara itu, Wina hanya tertawa kecil. "Aduh, Bubu! Itu ikannya buat aku, tahu!"

Tapi kemudian, sesuatu yang aneh terjadi.

Bubu yang awalnya cuek dan malas, tiba-tiba duduk tegak. Ia menatap Wiro dengan mata berbinar-binar. Ada sesuatu yang berubah di wajahnya, seperti ada sinar cinta yang meledak di matanya.

"Miaaaaawww~" Bubu mengeong manja.

Wiro mundur sedikit. "Eh, kenapa dia lihat aku begitu?"

Bubu bangkit, berjalan perlahan ke arah Wiro, matanya tak lepas dari pria itu. Lalu, tanpa peringatan…

"DUAK!"

Bubu melompat ke pangkuan Wiro dan mulai mengusap-usapkan kepalanya ke wajahnya dengan penuh kasih sayang.

"Eh, Bubu! Sadar nggak sih kamu itu kucing?" Wiro panik, mencoba mendorong Bubu pergi, tapi kucing itu semakin lengket seperti permen karet di bawah meja sekolah.

Wina menatap dengan heran. "Lho? Kok Bubu jadi sayang banget sama kamu, Wiro?"

Bubu mulai menjilat pipi Wiro, lalu menggigit kecil telinganya dengan gemas.

"Aduh! Wina, tolongin! Kupingku ini bukan ikan asin!" Wiro meronta, tapi Bubu semakin erat memeluknya.

Wina malah tertawa sampai terpingkal-pingkal. "Hahahaha! Ini pertama kalinya Bubu suka sama orang selain aku! Biasanya dia galak banget sama orang asing!"

Sementara itu, Wiro sudah hampir menangis. "Ini bukan suka biasa, Wina! Ini udah level cinta gila!"

Setiap kali Wiro duduk, Bubu langsung naik ke pundaknya, menggosok-gosokkan wajahnya ke rambut Wiro. Jika Wiro berlari, Bubu mengejar dengan kecepatan tak terduga. Saat Wiro mencoba memanjat pagar untuk kabur, Bubu juga ikut memanjat dengan penuh semangat.

Wina masih tertawa keras. "Kayaknya kamu harus bertanggung jawab sekarang, Wiro! Bubu udah terlanjur cinta sama kamu!"

"Tanggung jawab bagaimana? Aku nggak mau pacaran sama kucing!"

Hari-hari berikutnya, Wiro tak bisa lepas dari Bubu.

Saat ia keluar rumah, Bubu sudah menunggu di depan pintunya. Saat ia pulang kerja, Bubu langsung menyambutnya dengan penuh kasih sayang, bahkan lebih heboh daripada anjing yang lama tak bertemu majikannya.

Suatu hari, ketika Wiro mencoba menghindar dengan pergi ke warung, Bubu tetap mengikutinya. Semua orang di warung menatap heran.

"Wiro, itu kucing siapa? Kok nempel banget?" tanya pemilik warung.

Wiro hanya bisa mengeluh. "Jangan tanya, Pak. Panjang ceritanya."

Wina yang melihat semua ini malah semakin geli. Ia memutuskan untuk "memanfaatkan" situasi.

"Wiro, kalau kamu bisa bertahan dengan Bubu selama seminggu, aku akan traktir kamu makan sepuasnya!" katanya sambil tertawa.

"SEBULAN PUN AKU MAU, ASAL KAMU JADI PACARKU!" seru Wiro putus asa.

Wina terdiam. Pipi gadis itu tiba-tiba sedikit merona.

"Heh, ngomong apa sih kamu?" katanya dengan suara lebih pelan.

Wiro yang menyadari ini tiba-tiba merasa punya harapan. Tapi harapan itu buyar begitu saja ketika Bubu tiba-tiba melompat lagi ke pelukannya dan menjilat dagunya dengan penuh kasih sayang.

Dan begitulah…

Wiro ingin memelet Wina.

Tapi pada akhirnya, justru Bubu yang jatuh cinta padanya.

Dan Wina?

Dia tetap lebih peduli pada Bubu… meskipun kini dia mulai melihat Wiro dengan cara yang sedikit berbeda.

Mungkin, tidak sepenuhnya gagal juga.

Namun, di malam ketujuh sejak insiden pelet itu, sesuatu yang aneh terjadi. Saat Wiro sedang tidur lelap, ia terbangun karena merasakan sesuatu di dadanya, sesuatu yang berat dan berbulu. Dengan jantung berdebar, ia membuka matanya… dan mendapati Bubu duduk di atasnya, menatap lurus ke dalam matanya dengan ekspresi yang… bukan seperti kucing biasa.

Tiba-tiba, Bubu membuka mulutnya dan… berbicara. "Wiro… aku mencintaimu…" suaranya dalam dan bergema, seperti suara manusia yang berasal dari dunia lain. Lampu kamarnya berkedip-kedip, udara mendadak dingin, dan seketika Wiro sadar, jika pelet itu bukan hanya bekerja pada kucingnya. Bubu mungkin bukan sekadar kucing biasa.

Wiro menelan ludah, tubuhnya kaku seperti patung. "T-tunggu… Kucing nggak bisa ngomong! Ini mimpi, kan?!"

Bubu mendekat, matanya berkilauan aneh dalam gelap. "Aku tak bisa lagi menahan perasaanku, Wiro… Pelet itu telah membangkitkan sesuatu dalam diriku. Sesuatu yang selama ini terkunci…"

Tiba-tiba, suara Bubu berubah menjadi lebih dalam dan menggema. Tubuhnya mulai bergetar, lalu perlahan… ia berdiri di atas dua kaki. Bulu-bulunya merontok, memperlihatkan sosok bayangan tinggi dengan mata menyala merah.

Wiro ingin berteriak, tapi suaranya tercekat.

"Kau tidak hanya memberi pelet, Wiro… Kau membangunkan sesuatu yang seharusnya tetap tidur…"

Lampu kamar tiba-tiba padam, meninggalkan Wiro dalam kegelapan total.

Dan di tengah kegelapan itu, hanya suara napas berat Bubu yang terdengar… mendekat… dan mendekat…

PESAN:

Kadang, jalan pintas tidak selalu membawa hasil yang diharapkan. Ketika mencoba bermain dengan hal-hal yang tidak dimengerti, seseorang bisa saja membangkitkan sesuatu yang lebih besar dari yang ia kira. Jadi, jika ingin mendapatkan hati seseorang, mungkin lebih baik pakai cara biasa saja… daripada berakhir dengan kucing yang bukan sekadar kucing, dan perlu diperhatikan;

1. Cinta yang dipaksakan tak akan berakhir baik. Wiro ingin mendapatkan hati Wina dengan cara instan, tapi malah berujung pada bencana. Kadang, cinta harus datang secara alami, bukan dengan trik atau sihir.

2. Jangan main-main dengan hal yang tidak kamu pahami. Pelet mungkin terdengar seperti solusi cepat, tapi siapa sangka efeknya justru mengenai yang tidak seharusnya? Apa yang kita anggap sebagai “jalan pintas” bisa berujung menjadi mimpi buruk.

3. Kadang, yang kita abaikan justru yang paling berbahaya. Wiro selalu melihat Bubu sebagai penghalang cintanya pada Wina, tanpa menyadari bahwa Bubu mungkin lebih dari sekadar kucing biasa… dan sekarang, ia harus menghadapi konsekuensinya.

Jadi, sebelum mencoba hal aneh-aneh, pikirkan dulu… siapa tahu yang kena bukan orangnya, tapi sesuatu yang lebih menyeramkan!


SELESAI

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)