Tahukah kamu bahwa sebelum Tuhan memerintahkan Surya untuk menerangi siang dan Bulan mensyahdukan malam, mereka berdua sudah terlanjur jatuh cinta?

Betapa terkejutnya Surya dan Bulan! Itu tandanya, mereka tak akan pernah bertemu kecuali gerhana tiba atau ....

Kiamat.

Sebelum berpencar, Surya menguatkan Bulan. Katanya, mari jalani perintah Tuhan! Masih untung Tuhan menciptakan Gerhana. Kalau tidak, mungkin mereka berdua tak akan berjumpa sama sekali.

Bulan berkata kepada Surya bahwa dia akan menitipkan salam kepada Surya melalui Langit dan Bumi. Janganlah bersedih berkepanjangan karena perpisahan ini! Alam semesta beserta isinya mengandalkan peran mereka berdua.

Bermilyar-milyar tahun berlalu. Surya dan Bulan menjalankan tugasnya dengan baik. Sepanjang itu, hanya berjuta Gerhana yang menyapa.

Jika rindu menguasai, Surya dan Bulan langsung fokus kembali ke tugas mereka, yaitu menerangi siang dan mensyahdukan malam. Menurut mereka berdua, rindu itu wajar. Tak berdosa kok! Satu hal yang tidak wajar adalah membiarkan diri larut dalam kerinduan itu sendiri. Sampai-sampai, kau lupa apa tugas utama yang diberikan Tuhan kepadamu.

Kala Gerhana tiba, Surya dan Bulan begitu senang dengan pertemuan mereka. Namun, mereka tampak biasa-biasa saja. Toh nanti akan berpisah lagi seusai gerhana. Jadi, lepaskan saja rindu tanpa meratapi jalan yang ada. Karena jika kebanyakan meratap, pertemuan yang singkat dan seharusnya penuh suka cita akan sia-sia.

Sampai akhirnya, Tuhan mengumumkan bahwa kiamat akan datang. Seharusnya, Surya dan Bulan bergembira. Mereka berdua akan bebas tugas dan bersatu.

Ternyata, Surya dan Bulan malah berbalik berdoa agar kiamat tak terjadi dalam waktu dekat. Surya dan Bulan sudah begitu mencintai bumi dan segala isinya yang selama ini mereka rawat dengan kompaknya.

Mungkin lama-lama Surya dan Bulan berpikir, ketidakbersamaan mereka justru adalah ....

Kebersamaan itu sendiri.

Tak percaya?

Tanyakan saja pada bumi yang selama ini menerima manfaatnya.