Flash
Disukai
0
Dilihat
10,931
Ditemani Pagi (Membicarakan Adam 2)
Romantis

“Aku masuk hutan dulu, ya. Kamu jalan sendiri saja dulu di taman ini. Ada kicauan burung, sinar mentari, embun sejuk, bunga-bunga, dan hijau daun segar yang menemani. Santai saja, ya,” ucap salah satu Kaum Adam Pecinta Hutan ini kepadaku seraya membetulkan letak backpack di punggungnya.

“Kau mau meninggalkanku sendirian?” kusesali diriku yang mulai merajuk.

Dia mencoba menenangkan, “Nanti aku keluar hutan lagi dan kembali berjalan bersamamu lagi, tapi kalau sekarang, ada yang harus aku kerjakan di dalam hutan.”

“Jadi? Aku benar-benar sendirian di taman ini?”

“Terpaksa, iya. Kamu akan sendirian di taman ini. Mengapa memangnya? Kamu tidak mau, ya? Ya sudah kalau tidak mau,” ucapnya agak bergetar. Apakah dia menahan marah? “Kau bisa cari orang lain yang bisa menemanimu di taman.”

“Marah?” tebakku.

“Tidak. Hanya realistis dan tak ingin memaksakan kehendak.”

Aku langsung mengambil jalan tengah, “Begini saja, aku ikut kamu ke hutan. Aku akan menikmati kicauan burung, sinar mentari, embun sejuk, bunga-bunga, dan hijau daun juga, kan di hutan?”

“Serius?”

“Ada tidak?”

“Ada,”

“Ya sudah. Kalau begitu, kau bekerja saja di dalam hutan. Aku akan menikmati kicauan burung, sinar mentari, embun sejuk, bunga-bunga, dan hijau daun sambil memantaumu dari belakang. Aku ditemani pagi dan kamu ditemani aku,” ucapku.

Senyumnya pun mulai tersungging di wajahnya, “Te …. Rima kasih. Itu terdengar jauh lebih menyenangkan.”

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)