Flash
Disukai
0
Dilihat
10,211
Jangan Mengolok Rengasdengklok!
Drama

"Berangkatlah dari Rengasdengklok ke ibukota malam ini juga, Para Rekan Pemuda!" suara lantang seorang Tokoh Golongan Tua itu bertamu pada kesunyian malam tertanggal 16 Agustus 1945, "Untuk yang menyetir, jangan mengantuk! Jika tak ada halangan di perjalanan, tengah malam tanggal enam belas ini, atau dini hari tanggal tujuh belas besok, kita sudah sampai di Jakarta! Lalu, proklamasi akan dapat diadakan besok!" Dia masih terus memberikan keyakinan kepada Golongan Muda untuk melepaskan kedua tokoh terpenting Tanah Air. Siapa lagi kalau bukan kedua tokoh yang namanya kini terabadikan di nama bandara Cengkareng?

Beberapa anggota Golongan Muda menelan ludah. Semuanya saling melirik. Mata merah mereka adalah bukti beberapa hari belakangan ini mereka tak terlelap. "Bagaimana?" bisik mereka, "Apakah janji Golongan Tua ini bisa dipegang bahwa besok Proklamasi akan dilaksanakan?!"

"Kita hanya dapat membuktikan kata-kata Golongan Tua jika kita mengikuti usul mereka," respons salah satu dari Anggota Golongan Muda.

"Kalian tidak percaya pada kami?!" timpal Golongan Tua, "Jarak antara Jakarta ke Rengasdengklok begitu gelap, terjal, dan jauh ditempuh! Menurut kalian, apakah aku datang ke sini hanya untuk asal berjanji?"

Para Golongan Muda kembali saling melempar pandang. Uap dari segelas kopi yang disuguhkan mereka pada tamu dari Golongan Tua sepertinya adalah satu-satunya hal yang bergerak di ruangan temaram ini. Kalau pun ada, paling-paling hanya pergerakan bola mata dalam hening.

Bunyi jangkrik menyapa pendengaran setelah itu. Disusul langkah kaki sepatu lars Golongan Muda itu. Mungkin hati sedikit lega ketika beberapa mesin mobil dinyalakan. Senyap di bawah langit legam pun berakhir.

Untuk malam sekali ini saja, kantuk harus kembali terusir. Kesempatan ini boleh jadi tak datang dua kali. Mungkin caranya salah, tetapi tujuannya diharapkan benar.

-Jangan Mengolok Rengasdengklok!- by #Silvarani

Ps: Cerita di atas hanya fiksi yang meminjam setting peristiwa sejarah

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)