Masukan nama pengguna
Di tengah malam pekat, Zaid mengendap-ngendap di sebuah pekarangan rumah seorang kaya. Rumah orang kaya itu akan menjadi targetnya malam ini. Tak ada seorang pun penjaga di rumah besar itu.
Zaid merasa heran, rumah sebesar dan halaman seluas ini tak ada seorang pun penjaga. Tak seperti rumah-rumah para pejabat tinggi negara, pintu gerbangnya saja sudah dijaga ketat siang dan malam. Siapa yang akan masuk pasti ditanyai macam-macam, itu dilakukan selama 24 jam. Tak cukup sampai di situ, kawat-kawat berduri yang melingkar mengelilingi pagar tembok rumah sang pejabat pun dialiri tegangan tinggi kalau malam tiba.
Sampai tahun ketiga jadi pencuri, Zaid tak pernah berhasil menembus blokade rumah-rumah para pejabat tinggi negara itu. Padahal Zaid sangat ingin merampok uang-uang hasil korupsi mereka.
Setelah mengendap-ngendap, Zaid pun sampai di bawah sebuah jendela yang masih terbuka. Zaid heran, di tengah malam buta ini, sebuah jendela dibiarkan terbuka. "Apakah sang pemilik rumah lupa menutup atau memang sengaja dibiarkan terbuka", gumam Zaid dalam hati. Ternyata jendela itu milik salah satu kamar. Samar-samar, Zaid masih mendengar suara-suara orang yang masih terjaga. Mereka seperti membincangkan sesuatu. Zaid menajamkan telinganya, rasa ingin tahu muncul dalam pikirannya.
Dalam hati, Zaid bergumam, "Tak ada salahnya aku mendengar cerita mereka dulu sambil menunggu mereka tertidur pulas, paling tak akan lama". Demikian Zaid berharap. Dia tak ingin malam ini gagal, lebaran makin dekat, anaknya yang sulung sudah teriak minta dibelikan baju baru.
Salah satu suara dari dalam kamar berkata, "Sudah empat bulan ini sholat, doa, dan amalan-amalan Ibrahim bin Adham tidak diterima oleh Allah SWT. Padahal, Ibrahim bin Adham adalah ahli ibadah yang zuhud (keluar dari syahwat atau hawa nafsu) dan wara’ (hati-hati), doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT".
"Kenapa bisa begitu?", tanya sebuah suara lagi
"Semua itu gara-gara Ibrahim memakan sebutir kurma yang bukan haknya", jawab suara pertama.
"Kalau Ibrahim seorang yang ahli ibadah dan dikasihi oleh Allah SWT, kenapa dia bisa memakan sebutir kurma yang bukan haknya", tanya suara kedua lagi.
"Saat Ibrahim akan berziarah ke Masjidil Aqsa, dia membeli 1 kg kurma tak jauh dari Masjidil Haram. Kurma itu untuk bekal di perjalanan. Sang penjual adalah seorang tua. Ketika kurma yang dia beli itu sudah ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di sebelah timbangan. Dia menyangka kalau sebutir kurma itu adalah bagian dari 1 kg kurma yang sudah dia beli. Ibrahim pun mengambil kurma itu dan memakannya", cerita suara pertama.
"Dari mana Ibrahim tahu kalau semua ibadah dan amalnya tidak diterima oleh Allah SWT selama empat bulan?", tanya suara kedua kemudian.
Suara pertama pun melanjutkan kisahnya kembali, "Suatu hari, empat bulan setelah pengambilan sebutir kurma itu, Ibrahim kembali ke Al-Aqsa. Dia berdoa dengan khusyuk sekali di Masjid tersebut. Sekonyong-konyong, Ibrahim mendengar percakapan dua Malaikat mengenai dirinya. Seorang malaikat mengatakan ke malaikat lainnya kalau amal ibadah Ibrahim tak lagi diterima, doanya pun ditolak oleh Allah SWT karena pernah mengambil sebutir kurma yang bukan miliknya dari seorang pedagang tua ".
"Mendengar percakapan dua malaikat itu, Ibrahim pun terkejut dan tersentak, doa dan ibadahnya ternyata sudah empat bulan tak lagi diterima oleh Allah SWT, hanya gara-gara sebutir kurma", lanjut suara pertama lagi.
"Bagaimana Ibrahim memperbaiki itu semua", tanya suara kedua dengan rasa ingin tahu. Suara pertama kembali melanjutkan ceritanya, "Setelah selesai mendengar perbincangan dua malaikat tadi, Ibrahim pun bergegas kembali menemui pedagang tua penjual buah kurma tadi.
Namun apa daya, dia tak menemukan pedagang tua itu. Ibrahim hanya menemukan seorang anak muda di tempat dia membeli kurma empat bulan yang lalu. Ibrahim pun bertanya kepada anak muda itu kemana gerangan pedagang tua yang biasa jualan buah kurma di tempat tersebut. Jawaban anak muda itu cukup mengejutkan Ibrahim. Pedagang tua itu sudah meninggal sekitar sebulan yang lalu, demikian jawaban si anak muda yang ternyata anak pedagang tua tersebut. Ibrahim pun menceritakan pada si anak muda tentang peristiwa yang dialaminya. Untunglah si anak muda tak keberatan untuk menghalalkan sebutir kurma milik ayahnya yang telah termakan Ibrahim empat bulan lalu itu.
Namun, Ibrahim harus menghalalkan sebutir kurma yang sudah dia makan tersebut pada 10 anak pedagang tua lainnya. Dia pun harus mencari dan menemukan 10 anak pedagang tersebut. Meski sulit, namun semua ahli waris pedagang tua itu setuju untuk menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka. Ibrahim pun lega.
Mendengar percakapan dari dalam kamar tersebut, Zaid pun tercenung. Dia kembali me-rewind masa lalunya. Dulu Zaid bukanlah pencolong, pencuri atau pun perampok. Dia pemuda baik-baik. Keputusannya menjadi pencuri gara-gara PHK dari pabriknya dahulu. Zaid bingung, anak istrinya akan diberi makan apa kalau dia tak bekerja. Tadinya Zaid ingin menjadi pedagang pulsa salah satu operator saja, namun itu diurungkannya karena tak cukup modal.
Sayup-sayup, mata Zaid mulai menutup. Dalam sekejap, dunia nyata Zaid berpindah ke dunia mimpi. Zaid tertidur pulas. Dia kembali terjaga ketika matahari sudah di ufuk dan menyilaukan mata Zaid yang mulai terbuka. "Alamak, aku kesiangan", kata zaid kemudian.
****