Masukan nama pengguna
Saat anak laki-laki saya berusia 6 tahun, dia pernah bertanya, "Kondom itu untuk apa Yan?".
Pertanyaan ini muncul gara-gara dia melihat iklan kondom di televisi. Ditanya demikian, saya terdiam beberapa saat, seperti tak menggubris pertanyaannya, padahal saya lagi berpikir keras mencari jawab yang pas.
Bingung sudah pasti, kalau kesal dan malu enggak juga, karena anak sekarang lebih kritis dibanding anak-anak dulu.
Anak saya terus mengulang pertanyaannya hingga spontan saya jawab, "Untuk sarung burung".
Dijawab demikian bukannya dia berhenti bertanya, malah terus lanjut ke pertanyaan lain.
"Burung apa Yan, kok diiklannya gak ada burung, yang ada cowo cewe lagi senyum-senyum", tanya anak saya lagi.
Saya sudah menyadari jawaban itu pasti tak pas.
Akhirnya saya jawab lagi, "Bukan burung yang bisa terbang, maksud Yanda burung tempat pipis anak cowo".
"Ooooo, burung itu, kenapa harus dikasi sarung Yan", tanya anak saya lagi.
Ditanya demikian saya mikir lagi, mencari-cari jawab yang pas.
Akhirnya saya jawab, "Biar gak diserang penyakit, seperti sarung tangan buat melindungi tangan dari kotoran".
Anak saya manggut-manggut, entah dia mengerti atau tidak, saya pun tak tahu pasti.
Lantas dia menambahkan pertanyaan retoris lagi seperti mengambil kesimpulan sendiri, "Berarti burungku harus dikasi kondom dong biar gak diserang penyakit dan selalu bersih".
Mendengar perkataannya itu saya langsung jawab, "Enggak juga, kamukan masih kecil, entar kalau kamu dah dewasa baru dikasi sarung".
Anak saya cuma menjawab, "Ooooooo ...."
Sampai sekarang saya masih mikir apa jawaban yang saya berikan itu pas atau tidak. Gara-gara itu saya jadi rajin baca literatur atau googling di internet buat jaga-jaga kalau anak saya bertanya lagi tentang masalah kelamin.
*****