Masukan nama pengguna
Sepertinya, lima puluh persen hidupku dihabiskan di laut.
Sepertinya pula, lima puluh persen makanan laut yang tersaji di hidupku adalah tuna.
Ayahku sendiri adalah seorang nelayan dan ibuku adalah seorang juru masak. Titik temunya adalah aku, buah hati mereka berdua yang menangkap dan memasak Tuna di tengah samudra.
Semenjak aku kecil, ayah sering membawa pulang beberapa ikan tuna hasil tangkapannya, sisa dari setorannya ke pasar ikan yang tak jauh dari kota kecil tempat kami tinggal. Kemudian, ibu akan memasaknya untuk lauk kami bertiga.
Sampai akhirnya, aku tumbuh dewasa dan menemukan satu profesi yang tak umum, tetapi begitu kuat ingin kujalani.
Sebelum memasuki profesi ini, aku mengungkapkan apa yang kuinginkan kepada kedua orang tuaku. Waktu itu, aku baru lulus SMA.
"Aku ingin menangkap dan memasak ikan, mungkin salah satunya menu ikan Tuna di restoran atas kapal?" ungkapku di tengah makan malam bersama kedua orang tuaku.
"Teman ayah di Pasar Ikan ada yang mengenal para pemilik kapal wisata dekat resort pusat kota. Coba nanti sehabis kau lulus sekolah, kau melamar kerja di sana," jawab Ayah.
"Kau merantau dulu untuk ambil sekolah masak atau akademi perhotelan," tambah Ibu.
"Smoked Tuna Mayo untuk anda yang sedang menikmati sunset tepi laut," kusudahi lamunanku karena satu menu masakanku sudah siap disantap salah satu pengunjung restoran di atas kapal tempatku bekerja.
"Oh iya, terima kasih. Boleh pesan satu lagi tetapi dengan spicy mayo?" pintanya.
"Oh tentu," anggukku dengan ramah. Sebentar lagi kapal berlabuh dan mentari mulai tenggelam. Shiftku untuk hari ini berakhir dan giliranku membawa pulang sisa masakan tunaku hari ini untuk kedua orang tuaku.
Bagiku, Tuna adalah simbol cita rasa cinta keluarga.