Cerpen
Disukai
0
Dilihat
465
Putri Di Rumah Tua
Aksi

Menguap lebar ketika rasa kantuk menganggu pekerjaannya yang tengah mencetak adona untuk jualan besok pagi, mengabaikan rasa kantuk ia meneruskan pekerjaannya sampai adonan terakhir setelah itu membawanya ke oven. Sambil menunggu kue buatannya matang ia mengistirahatkan mata sejenak, keheningan terasa tenang walau rasannya sedikit mencekam sebab tinggal di pinggir hutan. Baru terpejam beberapa saat ia tiba-tiba terbangun lalu lari ke jendela dapur, matanya memandang waspada ke sekitar.

“Kekuatan barusan…”

TING

Perhatiannya segera pindah ke oven kemudian menghampiri sembari mengambil sarung tangan, aroma kue yang sudah matang tercium saat gadis itu mengeluarkan kue tersebut dan membawanya ke meja makan. Namun sekali lagi ia berhenti kemudian memandang ke luar jendela bersamaan munculnya seekor burung hantu yang langsung hinggap di baju Ruya

“Lama tidak berjumpa, doriro.” Ucap Ruya lembut, burung hantu itu mengepak-ngepak sayapnya seolah membalas lalu mematuk kakinya yang diikat tali dan sebuah kertas didalamnya. Gadis itu mengambil kertas tersebut lalu membukanya, semula penasaran seketika berubah kemudian bergegas meninggalkan dapur menuju kamarnya. Di kamar Ruya mengambil kertas dari dalam laci meja serta pensil kemudian menulis surat balasa, baru saja selesai nulis tiba-tiba sesuatu menebus dinding dan hampir saja mengenai kepala Ruya jika saja tidak reflek menelengkan kepalanya. Sontak ia mengambil keris yang tergantung ditembok lalu menangkis serangan tersebut dan dengan cepat melompat keluar jendela. Matanya berubah tajam melihat seorang wanita berjubah spiral muncul di hadapannya sambil menyeringai sedangkan ditangannya limba bola hitam melayang.

“Kau!” seru Ruya.

“Heh. Nagaimana kabar kue buatanmu? Tuan putri.” Tanya Yufura, dengan santai memainkan bola-bola hitam lalu berhenti saat salah satu bola tersebut turun dan langsung berbentuk pedang mata tiga kemudian menerjang maju, begitu juga dengan Ruya yang tanpa pikir panjang menangkis kemudian memberi serangan balasan dengan tinjunya. Sayang serangannya hanya mengenai udara sedangkan Yufura melayangkan bola hitam lainnya ke dada Ruya membuat gadis itu terpental ke belakang menghancurkan dinding kamarnya. Tidak sampai disitu wanita berjubah itu juga menusuk paha dan bahu Ruya menggunakan pedang. Sesaat Yufura menyeringai senang melihat mangsanya tidak berkutik, tetapi tidak lama tubuh Ruya berubah menjadi kumpulan kupu-kupu yang terbang menutupi pandangannya dan kemudian menerima serangan dari arah samping disusul kerah jubahnya ditarik ke belakang dan dilempar. Dengan cepat Yufura melanting tubuhnya guna melambat lemparan tersebut kemudian balik menyerang menggunakan pedangnya yang seketika berubah menjadi palu besar.

“Hanya segitu saja kemampuanmu, wahai tuan putri!” cibir Yufura yang terus melayangkan serangan juga tangkisan dan setelah itu mundur ke belakang guna menjaga jarak dari serangan yang akan Ruya lancarkan. Namun tidak lama kemudian Yufura berdecih sembari mengeluarkan sesuatu dari kantung belakangnya dan menghantamnya ke tanah mengeluarkan asap hitam tebal membuat Ruya yang hendak memberi serangan berhenti, ketika asap tersebut menipis ia tidak melihat sosok wanita berjubah tersebut tanpa mengurangi kewaspadaannya dan mengamati ke sekelilingnya. Tidak melihat tanda-tanda keberadaan wanita itu tingkat kewaspadaannya mulai menurun, menarik napas dalam-dalam Ruya berbalik dan masuk ke dalam kamarnya yang rusak akibat pertarungan tadi. Sayangnya ia dibuat kaget melihat bawah lemari pakaiannya rusak parah, sontak menghampiri lalu berjongkok.

“Gawat, benda itu hilang. Padahal aku sudah menyegelnya agar tidak ketahuan, tapi kenapa bisa!” gumamnya tidak percaya. Diperiksa sekali lagi namun hasil tetap sama, tidak sampai di situ ia merasakan kehadiran seseorang yang dikenalnya dari arah depan rumah. Cepat-cepat pergi ke depan kemudian membuka pintu dengan lebar yang disambut oleh senyuman seorang pemuda bertubuh tinggi serta pakaiannya yang sopan tapi keren.

“Gawat, Randi… benda itu telah dicuri!” seru Ruya panik.

“A-Apa?! Kenapa bisa? Siapa yang mencurinya?” tanya Randi.

“Yufura? Aku baru saja bertarung dengannya dan setelah itu dia menghilang begitu saja, maaf aku lengah. Padahal tetua sudah mempercayakan benda itu untuk membantuku menyelamatkan kerajaanku!” Ruya menunduk sedih sekaligus kesal atas kecerobohannya.

“Jangan salahkan diri sendiri, menjaga benda yang sulit tidak mudah dan hanya kau saja yang bisa mengendalikan. Aku akan membantumu mengambil kembali benda itu, kurasa dia tidak jauh dari sini!” ucap Randi, tangan besarnya mengelus pucuk kepala Ruya serta memberi senyum yang menangkan sebelum akhirnya mengajak gadis itu pergi. namun sebelum itu Ruya menyempatkan diri membuat pelindung disekitar rumahnya agar aman dari pencuri dan setelah itu pergi bersama Randi, menembus malam diantara pepohonan mereka menelusuri jejak Yufura yang tidak sengaja tertinggal. Akan tetapi ditengah perjalanan kerumuman kelelawar berkepala ular muncul dan menyerang mereka seolah tengah kelaparan, tanpa ragu Randi dan Ruya dengan cepat menghindar kemudian membelah makhluk tersebut menjadi banyak bagian yang disambut asap berwarna jingga keungguan.

“Racun!” seru Randi, sontak mereka menahan napas sembari terus mempercepat laju mereka. Dirasa sudah aman mereka kembali menarik napas, dalam benak Ruya benda yang diberikan tetua sebagai benda pusaka terakhir kerajaan yrandufa sebelum kerajaan itu rata dengan tanah. Langkah mereka segera berhenti ketika melihat sebuah rumah kayu dikelilingi tebing.

“Jejaknya sampai dirumah itu!” ucap Rayu.

“Tetap waspada, Ruya. Suasana disekitar kita sangat tenang, terlalu tenang malahan!” timpal Randi, melihat ke sekitar dengan waspada. Ruya mengangguk paham namun pandangannya tetap tertuju pada rumah tersebut, berdiri beberapa saat mereka memutuskan untuk turun dari atas pohon lalu mendepati rumah itu. Tanpa mengetuk lebih dulu Randi membuka pintu itu dengan lebar dan terkejut melihat tubuh seorang wanita yang tergeletak di lantai rumah dalam kondisi mengenaskan sementara di tangannya tergenggam benda yang Ruya cari. Perutnya mulai mual namun ia menghampiri tubuh Yufura dan mengambil benda pusaka itu dari tangan Yurufa, lega benda itu tidak rusak sedikitpun ia lantas mengajak Randi keluar. Akan tetapi baru saja keluar dari rumah tersebut tanah yang mereka pijak tiba-tiba bergetar serta batu-batu disekitar tebing berjatuhan, tidak selang lama sesuatu menerjang dan melilit perut mereka berdua. Belum sempat merespon mereka berdua langsung ditarik ke belakang dengan kuat bersamaan pintu rumah yang tertutup dan berubah menjadi tembok dengan banyak ukiran, dengan gesit Ruya maupun Randi mengubah posisi ke belakang dan memotong kayu dengan keris masing-masing. Sayang, baru mendarat mereka dibuat terlempar ke atas disusul sebuah laba-laba berwajah manusia datang sambil membuka mulut lebar-lebar.

“JURUS ANGIN: PEMBELAH HARAPAN!” Ruya dengan cepat mengayunkan kerisnya melintang secara berturut-turut, laba-laba itu langsung hancur namun laba-laba lain segera muncul dan langsung menyemburkan jaring merah kehitaman ke arah Ruya tapi digagalkan oleh Randi menggunakan jurusnya. sontak gadis itu terus menebas makhluk-makhluk itu sementara Randi juga melakukan hal yang sama sampai makhluk terakhir.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)