Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,784
Bodyguard Cat
Aksi

Jari Vina sibuk menscroll layar ponselnya ke atas saat gadis remaja SMP itu asyik melihat beberapa postingan kucing lucu didalam Instagram, bahkan gadis itu sempat senyum-senyum sendiri di ruang keluarga dan ketahuan oleh Ibu yang tidak sengaja melihatnya.

“Senyam-senyum sendiri kayak orang gila! Memang kau lagi lihat apa sih,” sindir Ibu.

Masih terbawa suasana Vina menjawab, “ Cuma lihat foto kucing kok Bu?” jawabnya,”Bu, Vina boleh melihara kucing nggak.?”

“Tidak! terakhir kali kau memelihara kucing selalu berakhir mati tertabrak atau hilang entah kemana. Ibu capek mencarinya terlebih makanan dan perawatannya yang membuat uang Ibu kempas-kempis?”tolak Ibu seraya berlalu sembari membawa keranjang kosong.”Daripada nganggur lebih baik bantu Ibu angkat jemuran.!”

Sambil menghela nafas Vina memasukan ponselnya ke dalam saku celana pendeknya yang diatas lutut dan beranjak dari sofa ruang keluarga lalu segera membantu Ibu mengangkat jemuran di halaman belakang. Selesai mengangkat jemuran dan membawanya ke ruang keluarga Ibu kembali menyuruh Vina pergi ke warung untuk beli sabun mandi dan minyak goreng. Daripada kena omelan terus gadis itu segera pamit untuk pergi, sesampainya di warung Vina langsung membeli sabun mandi dan minyak goreng kepada Bu Isna; pemilik warung. Setelah mendapat apa yang dia inginkan langsung memberikan selembar uang sepuluh ribu kepada Bu Isna, sambil menunggu uang kembalian Vina diam-diam mengamati barang dagangan Bu Isna sampai ia dibuat tersentak kaget saat merasakan ada sesuatu yang mengelus kakinya. Saat melihat ke bawah ia melihat ada dua anak kucing berbulu dekil dengan banyak luka di sekujur tubuhnya. Dua anak kucing itu duduk di dekat kakinya sembari menatap Vina dengan memelas, Vina melihat dua anak kucing tersebut merasa iba terlebih melihat kondisi mereka yang memprihatinkan. Namun perhatiannya langsung teralih saat Bu Isna memanggil namanya sembari menyodorkan dua lembar uang kembalian kepada Vina.

“Bu, nasi bungkusnya berapa?” tanya Vina sembari nunjuk ke arah bungkusan berwarna cokelat yang berada di depannya.

“Tiga ribu Vin?” jawab Bu Isna.

Gadis itu menatap kembali ke bawah sebelum akhirnya dia membeli nasi bungkus yang tinggal terakhir itu tanpa pikir panjang, Vina memberikan uang tiga ribu kepada Bu Isna lalu mengambil bungkusan tersebut. Vina memberi sebuah isyarat kepada dua anak kucing tersebut untuk mengikutinya menuju ke taman komplek yang tidak jauh dari warung tersebut. Di taman Vina segera membukakan bungkusan nasi tersebut lalu meletakkannya dibawah agar dua anak kucing itu bisa makan.

“Kalian pasti sangat lapar ya!” gumam Vina lega setelah melihat dua makhluk mengemaskan itu makan dengan sangat lahap.

Meow…

Vina tertawa kecil seolah kucing di hadapannya menanggapi ucapannya. Teringat akan sesuatu gadis itu segera pergi meninggalkan dua anak kucing tersebut ditaman. Menatap punggung Vina yang semakin menjauh dua anak kucing itu saling pandang kemudian mengikuti Vina dari belakang.

“Sepertinya kita berhasil menemukan tuan putri!” ucap kucing berbulu putih.

“Tidak salah lagi, dialah orangnya!” timpal kucing berbulu jingga.

Sesampainya dirumah Vina segera menemui Ibu di dapur untuk menyerahkan hasil belanjanya, akan tetapi saat Ibu menerima kantung plastik wanita itu tidak sengaja melihat dua anak kucing dibelakang Vina.

“Vina, kok kamu bawa kucing ke rumah sih!”ucap Ibu tidak suka.

Setelah Ibu mengatakan itu Vina sontak menoleh ke bawah dan terkejut melihat kehadiran dua anak kucing yang berada di belakangnya.

“Lho kok kalian di sini? Kalian mengikutiku ya?” tanya Vina.

Meow…

“Vin usir kucing itu, mereka sangat kotor dan…iyuh lihat luka itu,” ucap Ibu jijik melihat tubuh dua kucing itu yang memang ada banyak luka. Berbeda dengan Ibu yang merasa jijik Vina justru merasa iba dan membayangkan melihat dua kucing itu bertahan di luar sana yang sangat keras.

“Ibu boleh Vina rawat mereka disini! Vina janji akan merawat mereka sebaik mungkin!” ucap Vina memelas.

“Rawat kucing tidak mudah loh, belum lagi buat perawatan kesehatan untuk kucing kampung itu!” sahut Ibu.

Dengan santai Vina berkata,”Ibu tenang saja! Vina punya banyak tabungan hasil kerja sampingan kok, boleh ya Bu!”

Menghela napas panjang wanita itu lantas mengangguk,”Tapi Ibu akan mengusir dua kucing itu jika sampai buang kotoran sembarangan!” ancamnya.

“Iya!” gadis itu senang kemudian segera membawa dua kucing itu ke dokter hewan.

****

Keesokan harinya sepulang dari sekolah Vina duduk dengan tenang di ruang tunggu klinik dokter hewan yang masih berada di sekitar sekolahnya. Gadis itu tidak percaya apa yang dikatakan Ibu semalam atas kehadiran dua anak kucing tersebut yang menyuruhnya untuk membawa dua anak kucing tersebut ke dokter hewan, padahal semalam Ibu memarahinya habis-habisan karena memakai uang kembalian tanpa seizin Ibu untuk membeli nasi bungkus. Dipandangnnya kandang berisi dua anak kucing yang tampak sangat tenang dan tidak mengeong, setelah namanya dipanggil oleh petugas Vina segera membawa dua anak kucing tersebut ke dalam sebuah ruangan yang disana sudah ada dokter.yang siap memeriksa mereka. Menjelang sore Vina sudah sampai dirumah dengan membawa banyak oleh-oleh dari Petshop dan meletakkannya di lantai, gadis itu tampak kelelahan terlebih membawa banyak barang. Lantas gadis itu membuka pintu kandang dan membiarkan dua anak kucing itu keluar dalam kondisi sudah diperban oleh dokter, saat gadis itu merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu tiba-tiba ia kembali bangun saat merasakan baju lengannya ditarik oleh dua kucing yang berusaha naik ke atas sofa.

“Hei jangan banyak bergerak, kalian belum sembuh!” tegur Vina seraya mengendong mereka dan menurunkannya ke lantai.

Meow…Meow…

Dimalam hari Ibu tiba-tiba pamit kepada Vina untuk pergi ke luar kota, tadi sore wanita itu mendapat kabar dari sepupuhnya di Cirebon jika bibinya masuk rumah sakit. Suasan rumah tampak sepi membuat Vina merasa bosan, saat jam tidur sudah tiba Vina mengunci pagar dengan gembok dan mengunci pintu depan serta pintu belakang agar tidak kemasukan maling. Setelah semua sudah aman barulah dia kembali ke kamar untuk tidur. Tanpa Vina sadari di ruang keluarga dua anak kucing berubah menjadi seorang pemuda lengkap dengan memakai pakaian khas pengawal dengan paras wajah yang tampan.

“Syukurlah kita bisa kembali ke bentuk semula! Pegal rasanya tubuh ini, benarkan Randra!” ucap pemuda berambut pendek lega sembari merenggangkan ototonya yang terasa kaku.

“Sstt..diamlah Rain, nanti tuan putri akan bangun!” tegur Randra, pemuda berambut panjang dengan sorot mata tajam namun teduh.

Namun tidak berselang lama mereka berdua dikejutkan oleh suara yang berasal dari dapur, saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya mereka bergegas pergi ke asal suara. Meski lampu dapur di matikan mereka tampak tidak kesulitan karena memakai mata kucing, terlihat jelas dua orang tidak dikenal yang baru saja menyelinap ke dapur sambil membawa senjata tajam dan senter terkejut melihat kehadiran dua pemuda dihadapan mereka.

“Siapa kalian dan mau apa?” tanya Randra tajam kepada dua orang tersebut yang wajahnya ditutup sarung.

Merasa ketahuan dua orang tidak dikenal itu langsung menyerang mereka berdua dengan senjata yang mereka bawa. Dengan lihai mereka berdua menangkis dan menyerang kembali sehingga menimbulkan suara nyaring karena heningnya suasana dirumah. Takut membangunkan Vina mereka segera menyeret dua orang tersebut ke halaman belakang.

“Ada apa ini?! Siapa kalian!” Randra dan Rain menoleh ke asal suara dan melihat Vina berdiri didepan pintu dapur yang mengarah ke halaman belakang dan melihat sebuah perkelahian mereka.

Seolah mendapat kesempatan dua orang tersebut langsung menyerang balik Randra dan Rain membuat dua pemuda itu terjatuh ke tanah, reflek Vina menjerit ketakutan. Melihat kehadiran Vina membuat dua orang tidak dikenal tersebut lari menyelamatkan diri.

“Hei kalian tidak apa-apa?” tanya Vina saat menghampiri dan membantu mereka berdua untuk bangun dan membawa mereka masuk ke dalam untuk mengobati.

di ruang keluarga setelah memastikan tidak ada luka serius di tubuh dua pemuda itu barulah Vina kembali bertanya.

“Katakan padaku siapa kalian? Dan kenapa kalian mirip dengan dua orang yang pernah muncul didalam mimpiku?” tanya Vina saat dia melihat wajah mereka yang tampak tidak asing.

Sebelum menjawab mereka saling melirik satu sama lain kemudian Randra menjawab,”Kami adalah pengawal pribadi anda! Anda sudah menyelamatkan kami dengan wujud anak kucing. Perkenalkan nama saya Randra!” Randra memperkenalkan dirinya,”Sementara disamping saya adalah Rain!” tambahnya. Mereka berdua membungkuk memberi hormat kepada Vina dan membuat gadis itu merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu.

Tanpa Vina minta mereka berdua menceritakan kedatangan mereka di kota ini untuk menjaga dan mengawal tuan putri yang telah lama hilang dari kerajaan yang bernama Flower Sky dan membawa kembali untuk menghadapi ratu jahat yang menguasai kerajaan. Awalnya Vina tidak percaya cerita mereka terlebih mereka mengatakan bisa berubah wujud menjadi seekor kucing namun saat mereka berdua membuktikannya barulah Vina percaya.

****

Seminggu setelah kehadiran Randra dan Rain, Vina merasakan kehidupan sehari-harinya yang semula membosankan kini berubah terlebih saat disekolah ia mendapat gangguan dari sosok misterius jadi-jadian yang datang dan membuat seluruh warga sekolah tertidur yang nantinya akan menjadi santapan bagi monster tersebut. Untungnya Rain dan Randra datang untuk menolong serta mengalahkan monster tersebut dengan kekuatan yang mereka miliki, setelah berhasil mengalahkan monster tersebut.

( bersambung)


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)