Cerpen
Disukai
0
Dilihat
3,108
Ketika Malam Itu
Horor

Derap langkah tergesa-gesa menelusuri tanah basah akibat guyuran hujan empat jam yang lalu, hawa dingin di sekelilingnya tidak dia hiraukan, tapi tidak lama langkahnya terhenti ketika sebuah suara tanpa wujud di sertai suara melengking menyeramkan di antara pepohonan.

“Tidak aku sangka kau bisa sampai ke tempat ini!” ucap suara tersebut seraya tertawa. Mata cokelat miliknya menatap tajam meski harus mengedar pandangan ke sana kemari mencari keberadaan sosok pemilik suara tersebut.

“Cukup basa-basinya?! Cepat katakan dimana kau menyembuyikan adikku!” bentak Dira.

Bukannya menjawab sosok tersebut malah tertawa makin menyeramkan seolah ingin membuat nyali Dira ciut, tapi gadis itu justru sebaliknya. Dengan enteng dia buang ludah ke samping dengan tatapan masih tajam, malah makin nyalak,” Jangan tertawa!! Muncul dan hadapi aku kalau kau bukan orang pengecut.”

“Kau benar-benar menjengkelkan.” Serunya seraya menjentik jarinya.

Gadis itu seketika terkejut merasakan suasana di sekitarnya yang berubah, tanah dan pepohonan yang semula tumbuh rimbun kini ganti menjadi lorong besar dan panjang lengkap dengan isinya.

“Ikuti lorong ini maka kau akan mendapat apa yang kau cari,” kata sosok tersebut sebelum akhirnya hilang dari pendengaran Dira. Akan tetapi Dira tidak percaya apa yang diintruksikan sosok itu kepadanya, diamati sekelilingnya seraya melangkah pelan lalu menghampiri meja panjang empat laci. Dibuka satu per satu laci tersebut dan menemukan secarik kerts berisi pesan.

“Dari Dadang. Ini pasti jebakan dia.” batin Dira. Namun saat kertas itu di balik ia menemukan sebuah gambar meja rias serta kunci berbentuk bunga sakura, di samakan gambar itu dengan meja di hadapannya kemudian segera pergi dari sana seraya melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku jaket. Suara langkahnya bergema dalam lorong sepi sementara matanya menelisik waspada, khawatir ini adalah bentuk permainan dari sosok tersebut dengan inisiatif Dira meraba dinding serta lantai putih kusam—barang kali menemukan sesuatu. Hampir setengah jam Dira memeriksa dengan teliti tangannya tidak sengaja menekan salah satu ubin kemudian di susul suara serta getaran membuat Dira reflek bangkit lalu memandang waspada ke sekitarnya kemudian tertuju pada lorong di depan sana yang langsung tertutup tembok setelah itu muncul pintu juga lorong baru sebelah kiri tidak jauh dari pintu tersebut. Di keluarkan kertas tadi dari saku jaketnya lalu mencocokan gambar itu dengan pintu di depan sana, perasaan janggal mulai datang menghampirinya, akan tetapi bayangan Dadang yang menangis ketakutan sehingga Dira segera menapik perasaan tersebut dan segera menuju pintu di sana. ketika Dira masuk ke lorong matanya langsung tertuju pada meja rias panjang dan cukup besar lengkap dengan peralatan makeup, tanpa pikir panjang Dira menghampiri dan langsung membuka laci-laci tersebut dan berhasil menemukan kunci berbentuk bunga sakura. Akan tetapi Dira kembali dibuat kaget ketika kembali merasakan getaran di lantai yang ia pijak bersamaan dengan suara di belakangnya, sayangnya Dira terlambat respon melihat tembok baru muncul dan menutup jalan tersebut.

“Sebenarnya apa rencana dia terhadapku!” batin Dira mulai kesal. Gadis itu segera pergi ke lorong baru lain yang muncul di ujung depan sana, melangkah cepat dan masuk Dira segera di sambut dengan kehadiran sosok pria tua yang berdiri di bawah lampu terang dibanding lampu lain yang berkedip-kedip, melihat sosok didepan sana Dira dengan sigap memasang kuda-kuda dan mengeluarkan keris anginnya bersamaan dengan kesiur angin. Pria tua berpakaian khas jawa itu langsung terbang cepat kearah Dira seraya mengeluarkan kapak api. Suara besi saling beradu dan saling jual beli serang satu sama lain di lorong yang hanya lebar tiga meter. Mata Dira mengerak menganalisis gerakan lawan yang sulit di prediksi hingga muncul cahaya samar di dada kiri pria tua itu, percaya dengan penglihatannya Dira segera membalurkan pisau angin di tangan kirinya yang bebas kemudian dengan cepat menujam dada pria itu dan berhasil. Pria itu mengerang kesakitan bersamaan dengan asap abu-abu yang keluar dari tubuh pria tua itu sebelum akhirnya menghilang dan secara bersamaan sebuah kunci muncul lalu jatuh ke lantai.

“Kunci baru!” seru Dira seraya menghilangkan pisau angin dan kerisnya kemudian segera mengambil kunci itu, tidak selang lama di ujung lorong terlihat pintu lain yang terbuat dari kayu jati namun usang dengan banyak lubang. Baru saja Dira mengambil satu langkah tiba-tiba dinding dan langit lorong bergerak menyempit, sontak dengan cepat Dira lari menuju pintu tersebut yang secara bersamaan suara tembok di belakangnya—mengejar. Hampir saja Dira menabrak kubus yang tiba-tiba muncul namun beruntung masih bisa reflek melompat ke atas lalu berlari lebih cepat sampai akhirnya tiba di depan pintu, buru-buru mengambil dan memasukkan kunci tersebut tapi pintu itu tidak bisa di buka sementara dinding-dinding itu terus mepersempit lorong. Dengan cepat Dira menukar kunci lain lalu memasukkannya ke dalam lubang dan memutarnya hingga terdengar suara kemudian memutar kenop pintu dan langsung masuk ke dalam lalu menutup pintu tersebut. Suara detuman terdengar dari balik pintu bersamaan dengan napas Dira yang memburu akibat panik tadi, merasa perjalanannya masih panjang gadis itu segera melanjutkan perjalanannya menelusuri lorong. Tanpa Dira sadari sepasang mata muncul dari langit lorong mengikuti langkah gadis itu, tapi tidak lama pasang mata itu segera menghilang. Melihat ada lorong lain di sebelah kiri Dira tanpa pikir panjang berbelok kemudian menemukan meja rias lain, tanpa pikir panjang gadis itu menghampiri kemudian membuka laci-laci tersebut dan menemukan sebuah potongan puzzle. Sedikit kecewa sebab mengira akan menemukan kunci baru, tidak punya pilihan lain Dira memasukkan potongan itu dalam saku jaket setelah itu kembali mengambil langkah mencari pintu atau lorong lain. Khawatir akan terjadi seperti tadi mata cokelatnya melirik kesana kemari guna memastikan dinding-dinding itu tidak bergerak, tidak selang lama lantai yang dipijaknya kembali bergetar dan di ujung depan sana muncul lorong baru. Dengan cepat Dira lari menuju lorong tersebut dan langsung di sambut dengan pintu berbahan kayu jati berwarna abu-abu gelap, Dira lantas mencoba menggunakan kunci selain berbentuk bunga sakura kemudian memasukkannya ke dalam lubang pintu tersebut hingga terdengar suara ‘klik’ lalu membuka pintu itu secara perlahan. Aroma kayu dan debu menyambut indra penciumannya ketika melangkah ke dalam ruangan serba sokelat terang serta luas, ada banyak barang yang di letakkan secara sembarangan termasuk kotak berbagai ukuran yang menyembul dari rak sementara itu cahaya dalam ruangan juga sama remangnya yang ada di lorong sehingga Dira terpaksa mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter. Ketika sampai di ujung matanya di sambut dengan sebuah meja besar dengan cahaya lampu yang lebih baik dan ada beberapa potongan puzzle di atas meja yang berserakan, tertegun menemukan sesuatu yang tidak tertuga Dira lantas menyusun potongan potongan puzzle tersebut serta mengeluarkan potongan yang ia dapatkan.

“ini puzzle foto!” gumamnya ketika melihat banyak bagian yang hilang. Gadis itu langsung berbalik kemudian mulai mencari satu per satu kotak yang ada di ruangan tersebut untuk mencari potongan lain, akan tetapi indra pendengarannya menangkap suara dinding yang bergeser di luar ruangan. Tidak menemukan apa yang ia cari lantas segera keluar menuju sumber suara tersebut.

Bersambung...


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)