Cerpen
Disukai
0
Dilihat
8,669
Pangeran Laut
Romantis

Liburan di pulau Wakatobi yang terkenal memiliki paras laut yang cantik membuat Naira tidak sabar untuk pergi kesana sambil mencari ide cerita dalam karya novel berikutnya, Yap, Naira seorang penulis yang karyanya sudah tiga kali diangkat ke layar lebar. Akan tetapi ketika ia pergi ke pulau tersebut menaiki kapal bernama Mutiara, tiba-tiba badai datang dan menerjang kapal yang dinaikinya dengan ganas dan membuat kapal tersebut mulai oleng ke kiri dan mulai kemasukan air. Semua orang yang berada di atas kapal tersebut panik dan berusaha menyelamatkan diri, ada yang terjun bebas dan ada juga yang menurunkan perahu khusus penyelamat yang diatasnya sudah ada beberapa penumpang wanita dan anak-anak. Sayangnya, ketika Naira sudah berada diatas perahu satunya yang bersama penumpang lainnya tiba-tiba salah seorang dari mereka dengan sengaja mendorong Naira keluar dari perahu.

“Perahu ini menjadi sempit dan kecil kehadiranmu. Akan lebih baik kau berenang saja!”ucap orang tidak dikenal.

Naira sontak berusaha meraih pinggiran perahu namun terlambat, dengan sangat cepat ia terjun bebas dan menghantam laut yang terus berombak. Dengan panik Naira berusaha berenang ke permukaan akan tetapi di pergelangan kakinya terikat rantai berukuran agak besar ditambah ia mengendong tasnya yang membuatnya terseret ke bawah. Sudah menyampai batasnya dalam menahan nafas Naira mulai kehilangan kesadaran, akan tetapi saat matanya mulai menutup ia melihat sebuah bayangan yang datang ke arahnya dengan cepat sampai akhirnya mata Naira menutup sempurna.

Dua jam kemudian Naira mulai sadar dari pingsannya saat dadanya mendapat asupan oksigen, akan tetapi alangkah terkejutnya ia saat menyadari keberadaannya masih didalam laut dan terbaring diatas batu karang berukuran besar dan lonjong.

“Kau sudah bangun?” Naira bangun dan menoleh mencari asal suara dan terkejut melihat seorang pemuda bertelanjang dada serta berkalung seperti kalung kerajaan, sepertinya dia orang penting. Dan membuat terkejutannya masih ada adalah saat Naira melihat dari pinggang sampai bawah adalah ekor ikan berdiri tidak jauh dari tempatnya berbaring.

“Ah!” seru Naira tiba-tiba, tetapi selang beberapa detik ia menutup mulutnya dengan tangan. Lupa jika dirinya masih berada didalam air.

“Jangan khawatir! kau bisa bernafas sekarang karena ramuan yang kuberikan kepadamu ” ucap pemuda itu. “Siapa namamu?”

Awalnya Naira ragu apa yang dikatakan pemuda itu barusan namun pemuda itu terus menyakinkannya, meski masih ragu akhirnya Naira mulai bicara.

“Na..Namaku Naira?" balasnya, “Kau siapa?” tanya Naira tidak melepas pandangannya dari rupa pemuda itu.

“Namaku Arjuna! ini pertama kalinya aku bertemu manusia secara langsung sepertimu lebih dekat!” ucap Arjuna senang. “Hei apa manusia sepertimu punya kaki seperti itu?” tanyanya.

Naira mengikuti pandangan Arjuna yang mengarah ke kedua kakinya. Gadis itu mengangguk, “Benar, manusia sepertiku memang seperti ini?” jawab Naira beranjak dari batu tersebut. “Kalung itu...apa kau seorang bangsawan?” tanya Naira penasaran sambil nunjuk ke arah kalung yang melingkar dileher Arjuna. tapi kemudian pindah ke bawah perut Arjuna yang memiliki ekor seperti ikan.

Arjuna melihat kalungnya kemudian mengangguk

“Benar, aku adalah seorang pangeran dari kerajaan Dwiribumi?” jawab Arjuna. “Aku juga seorang duyung!”

Naira beroh ria dengan tatapan takjub sekaligus tidak percaya bahwa di hadapannya benar-benar seorang duyung dengan status pangeran. Seolah teringat sesuatu ia menoleh ke kiri dan kanannya dan tidak menemukan tasnya.

“Kau sedang mencari apa?” tanya Arjuna bingung melihat gadis dihadapannya yang tampak resah dan mengitari batu tempat dia berbaring.

“tasku tidak ada!” sahut Naira sedih tidak menemukan tasnya.

Arjuna tidak menjawab dan menyentuh dagunya seolah tengah berpikir sementara Naira masih celingukan kemudian berenang ke arah lain, pemuda itu sontak mengikutinya dan berenang disampingnya.

“Ah, sepertinya aku ingat dimana tasmu berada !” ucap Arjuna.

Naira berhenti dan menatapnya, “Benarkah!”

Pemuda itu ikut berhenti dan membalas tatapan dari gadis itu, “Sepertinya tasmu berada dilokasi kamu tenggelam, Mau aku antar kesana !” timpal Arjuna memberi bantuan.

Naira mengangguk senang akan bantuan dari Arjuna, lantas pemuda itu mengajak Naira putar balik ke arah lain karena pemuda itu membawanya jauh dari lokasi kejadian. Mereka berdua segera berenang kesana sambil mengobrol, gadis itu baru sadar jika kakinya tadi terikat rantai. Beruntung Naira suka berenang saat masih kecil, sayangnya ia hanya bisa menahan nafas paling lama 60 menit didalam air. Namun berkat ramuan yang Arjuna berikan untuk menyelamatkannya dan membuatnya bisa bernafas sehingga Naira bisa lebih leluasa untuk berenang tanpa khawatir. Sesampainya di lokasi Naira masih bisa melihat perahu penyelamat para korban saat gadis itu mengadah keatas, mereka belum di selamatkan oleh tim SAR, pikir Naira. Tidak mau berlama-lama ia dan Arjuna segera mencari tas Naira yang kemudian berhasil ditemukan dalam keadaan tersangkut diantara batu karang. Gadis itu sangat senang melihat tas kesayangannya kembali meski agak sedih isi tasnya kini sudah basah semua termasuk ponsel dan bukunya.

“Arjuna, apa tahu pulau terdekat dari sini?” tanya Naira.

“Tahu, apa kau mau kesana?”

Naira mengangguk,”Kumohon!” ucapnya memohon.

Pemuda itu menyanggupinya lalu mengajak Naira menuju pulau terdekat. Menelusuri luasnya laut membuat Naira agak takut karena terasa begitu gelap dan dingin, akan tetapi ia dikejutkan oleh Arjuna yang meraih tangannya lalu menggenggamnya.

“Kau takut ya?” tanya Arjuna.

Naira mengangguk mengiyakan, ia tidak bisa menutupi rasa takutnya jika melihat atau merasakan sesuatu yang menurutnya sangat menakutkan.

“Ngomong-ngomong…seperti apa tempat tinggalmu ?” tanya Arjuna diselah perjalanan.

“Kenapa kau bertanya seperti itu !” sahut Naira.

“Soalnya aku selalu penasaran seperti apa tempat tinggalmu! Apakah ditempat tinggalmu ada sesuatu yang tidak ada di kerajaanku?”

Naira diam sejenak untuk mencari jawaban atas rasa penasaran Arjuna terhadap dunianya, sebenarnya ia bisa saja menjawab apa yang ada didalam pikirannya hanya saja Naira tidak ingin menghancurkan ekspletasi Arjuna. Akan tetapi kenyataan tentang tempat tinggalnya memang seperti itu, bahkan lebih buruk. Dengan berat Naira segera menceritakan dua sisi dari tempat tinggalnya, pemuda itu diam menyimak cerita dari Naira yang kemudian tampak terkejut seolah tidak sesuai dengan ekspeltasinya. Setelah gadis itu selesai bercerita Arjuna terdiam seribu bahasa dan selama perjalana tidak ada percakapan lebih lanjut diantara mereka berdua.

Akan tetapi tidak berselang lama segerombolan lumba-lumba melintas dan bersuara seolah sedang menyapa mereka berdua.

“Lumba-lumba. Mereka lucu sekali!” girang Naira saat melihat kumpulan mamalia itu berenang me di dekatnya dan mengitari tubuhnya seakan-akan ingin mengajaknya bermain. Gadis itu sampai tertawa girang sambil mengelus punggung lumba-lumba tersebut.

Saat Naira sibuk bermain dengan lumba-lumba Arjuna tampak sedang bicara kepada para lumba-lumba tersebut dengan bahasa yang tidak Naira mengerti apa yang Arjuna katakan kepada mereka.

“Naira, kata mereka kita sudah hampir sampai di pulau terdekat! Mereka juga bersedia mengantarmu kesana, kau beruntung. Sebab mereka juga akan pergi kesana untuk mencari makan!” ujar Arjuna menghampiri gadis itu.

“Oh begitu ya...terima kasih, maaf merepotkan!” timpal Naira senang.

“Sepertinya aku hanya bisa mengantarmu sampai disini!” kata Arjuna.

Naira tercekat,” Lho kenapa?” tanyanya sedih karena harus berpisah dengan Arjuna.

“Makhluk sepertiku tidak boleh sampai terlihat oleh manusia, jadi. Setelah ini merekalah yang akan mengantarmu ke pulau terdekat?” jawab Arjuna seraya meraih tangan Naira lalu meletakkannya diatas punggung lumba-lumba yang tadi dia ajak bicara.

“Berpeganglah dengan erat pada siripnya! Sebab mereka akan mengantarmu dengan cepat. Sesampainya di darat ramuan yang kuberikan kepadamu akan musnah dan tidak bisa digunakan sekali lagi!” ujar Arjuna.

Naira belum sempat untuk bertanya kepada pemuda itu tentang ramuan apa yang dia gunakan karena secara reflek Naira memeluk erat punggung lumba-lumba tersebut saat mereka berenang meninggalkan Arjuna sendirian, sementara pemuda itu malah melambaikan tangannya sambil tersenyum melihat kepergian mereka. Tiga jam kemudian mereka sampai di sebuah pantai yang berada di pulau Nusa Tenggara Timur, sangat jauh dari lokasi kejadian tenggelamnya kapal Mutiara yang ia tumpangi. Selain itu ia juga berhasil ditemukan oleh salah satu nelayan yang hendak melaut dan melihat Naira memeluk punggung lumba-lumba bersama lumba-lumba lainnya. Akhirnya Naira dibawah ke medis untuk menangani kesehatan Naira dan setelah itu di antar pulang oleh kepolisian dan tim SAR ke rumahnya. Sesampainya dirumah Ibu langsung menyambut putrinya sambil menangis dan memeluk Naira dengan erat seolah takut kehilangan putri kesayangannya. Akan tetapi pada keesokan paginya Naira jatuh sakit karena terlalu lama berendam dalam air juga rasa lelah yang Naira tidak sadari menahannya.

Kepulangannya menimbulkan pembicaraan hangat disekitar rumahnya. Dua bulan kemudian semenjak tragedi tersebut, Naira sudah sembuh dari sakitnya dan tengah asyik menonton siaran berita di televisi. Dalam berita dikabarkan sebuah cuplikan foto keberadaan makhluk misterius yang diduga adalah seekor duyung atau manusia ikan yang tidak sengaja ke foto oleh seorang Driffing di sekitar pulau bali, gadis itu langsung mengenali sosok dalam foto tersebut dan yakin jika sosok itu adalah Arjuna.

Di lain tempat di kedalaman lautan sebuah kerajaan berdiri disana yang disekitarnya juga terdapat permukiman rumah yang terbuat dari batu karang. Sebagai seorang pangeran ia kini berada di dalam istana dan segera masuk ke ruang singgahsana sang Raja, kedatangannya disambut oleh dua prajurit yang berjaga di pintu ruangan langsung menyambutnya dengan hormat dan setelah itu membukakan pintu untuknya. Pemuda itu masuk ke dalam ruanga tersebut seiring dengan pintu yang dilewatinya tertutup, terlihat jelas sang raja duduk dengan tenang di kursi singgahsananya.

“Arjuna menghadap kepada yang mulia Raja!” pemuda itu membungkuk memberi hormat kepada sosok pria paruh baya yang berada di hadapannya.

“Berdirilah, putraku! Ayahanda senang bisa melihatmu berhasil pulang dengan selamat, bagaimana perjalanan ekspedisimu?” tanya Ayahanda.

“Saya sangat tersanjung atas kekhawatiran Ayahanda! Saya bisa sampai disini berkat doa anda. Saya di sini membawa laporan hasil ekspedisi selama dua minggu ini!” balas Arjuna. Pemuda itu segera menceritakan apa saja yang dia ketahui tentang kondisi laut saat ini yang semakin memburuk. Dia juga menceritakan kepada Ayahanda tentang aksi penyelamatannya terhadap Naira yang menjadi korban keganasan badai dan karamnya kapal yang Naira naiki bersama penumpang lainnya.

Ayahanda mendengarkan dengan tenang sampai pemuda itu selesai menceritakannya semuannya.

“Lalu bagaimana keadaan gadis yang bernama Naira yang kau selamatkan tadi?” tanya Ayahanda.

Arjuna tersenyum,”Dia baik-baik saja! Saya sudah memberinya ramuan yang bisa membuatnya bernafas dalam air sehingga berhasil terbangun dari pingsannya, selain itu saya juga mengutus para lumba-lumba untuk mengantar Naira ke pulau terdekat agar bisa diselamatkan oleh manusia lainnya ?”

Ayahanda mengangguk paham,” Baiklah, terima kasih atas laporannya! Istirahatlah di kamarmu, kau pasti sangat lelah!” titah Ayahanda.

Dengan patuh Arjuna kembali membungkuk lalu berenang keluar dari ruang singgahsana. Suasana di area kerajaan tampak ramai para duyung yang sibuk berlalu lalang, banyak diantara mereka yang memberi hormat kepadanya saat pemuda itu berenang menelusuri lorong istana menuju kamarnya berada.

“Kak Arjuna!” pemuda itu berhenti kemudian menoleh ke belakang. Dua pemuda kembar yang tampak lebih muda darinya berenang kearahnya.

“Ada apa! Nakula, Sadewa ?” tanya Arjuna.

“Apa Kakak baru saja kembali dari ekspedisi?” Nakula balik bertanya, “Benar !” jawab Arjuna.

“Maaf ya, hari ini Kakak tidak bisa menemani kalian berlatih pedang! kakak sangat lelah dari perjalanan ekspedisi!” timpal Arjuna.

Nakula dan sadewa tampak sedikit kecewa, namun selang beberapa detik mereka berdua mengerti dan pamit kepada Arjuna agar tidak menganggu pemuda itu untuk istirahat.

“Kira-kira hari ini Naira sedang apa ya, ditempat asalnya!” pikirnya saat terlintas wajah Naira dalam ingatannya.

Di daratan Naira sibuk menyeritakan pengalamannya saat terjadi tragedi yang menimpahnya dua minggu lalu kepada tetangganya yang datang ke rumahnya hanya ingin tahu kronologi peristiwa tersebut. Untungnya Naira tidak menceritakan bagian dia bertemu dengan Arjuna yang seorang pangeran duyung dan hanya menceritakan dirinya diselamatkan oleh segerombol lumba-lumba yang kebetulan lewat dan membawanya ke pulau Nusa Tenggara Timur. Diantara mereka ada yang takjub dengan aksi heroik lumba-lumba yang memang di juluki sebagai sahabat manusia, namun ada juga yang bergidik ngeri saat membayangkan peristiwa menakutkan itu menimpah mereka.

“Sepertinya untuk sementara waktu aku tidak berpergian dulu! Takut Ibu khawatir lagi !” ujar Naira kepada para tetangga.

Dimalam hari Naira berusaha untuk tidur membuat dirinya terus guling ke kiri dan kanan hingga pada akhirnya ia tidak bisa tidur sama sekali gara-gara kembali terbayang suasana di dalam laut yang luas namun gelap dan dingin yang terbawa dalam alam mimpinya. Di dalam mimpinya Naira selalu mendengar suara misterius yang selalu memanggil namanya seolah meminta tolong kepadanya untuk diselamatkan, akan tetapi sebagian besar suara itu juga menyuruhnya untuk bergabung bersama mereka di dalam lautan.

“Ah sial, nggak bisa tidur! Padahal udah ngantuk banget !”gumamnya kesal saat pandangannya melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari.

Akan tetapi selang beberapa detik ia mendapat ide yang melintas di kepalanya, lantas dengan cepat ia langsung beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiri meja belajarnya kemudian menulisnya di buku. Dimalam yang sunyi namun masih dihiasi dengan suara serangga malam Naira menghabiskan waktunya dengan menulis Outline sambil ditemani buah-buahan dan secangkir susu hangat yang menjadi teman setianya.

“Jadi teringat Arjuna! Dia sedang apa ya disana? Apa sebaiknya aku menulis cerita tentan dia dan kehidupannya!” pikirnya bimbang.

Akhirnya dua bulan kemudian novel karya Naira kembali berhasil mendapat gelar Best Seller dengan judul “Pangeran laut”. Banyak orang yang berkomentar bertapa bagusnya karya Naira, bahkan ada juga yang memintanya untuk menjadi seorang mentor bagi para penulis pemula yang ingin seperti dirinya.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)