Masukan nama pengguna
Semenjak Oma meninggal, kediamannya yang segala sudut merekam kenangan masa kecilku dipasangi papan bertuliskan "Dijual".
Namun, untuk satu hari ini saja, izinkan aku duduk di meja makan sambil menyantap semangkok sup ayam jamur buatanku.
Meski sudah mengikuti resep mendiang Oma, kelezatannya belum setara.
"Sebentar lagi ada orang yang datang lagi dan ingin lihat-lihat rumah ini," baru saja sesuap sup memanjakan mulut, pamanku yang merupakan adik ibuku menggaungkan kenyataan. Cepat-cepat aku habiskan makanan nostalgiaku ini.
Terkadang, aku memang protes dengan realita yang mengurangi waktu dan ruangku untuk meromantisasikan kenangan. Akan tetapi, cepat-cepat kuubah cara pandangku. Mungkin memang semesta tak mengizinkanmu untuk berlarut pada suatu rasa. Toh Tuhan menciptakan silam untuk dinikmati ketika itu, bukan terus-terusan dibawa ke hari depan.
Mengapa?
Karena Tuhan ingin memberikan karuniaNya yang baru untuk kita.
"Aku mau dibuatkan sup ayam jamur malam ini, Sayang," pesan singkat di ponselku dari orang tersayangku turut andil dalam mengedepankan realita. Bukannya tak menghormati Oma, tetapi kini aku mempunyai identik lain mengenai Sup Ayam Jamur.
Cerita yang lebih nyata.
Tanpa harus menggerus asal-muasal cerita.