Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,599
Menuju Jalan Keluar
Horor

Rasa sakit disertai perasaan bingung mendapat dirinya berada ditempat asing, pikirannya tertuju pada ingatan terakhir dimana dirinya tengah berada didalam kelas dan sedang mengikuti pelajaran geografi. Namun tiba-tiba pandangannya gelap dan akhirnya berada di tempat ini, suasana sepi dan hening sampai-sampai ia dapat mendengar detak jantung dan napasnya sendiri. berada di tempat serba putih matanya tertuju pada satu pintu kayu, tanpa pikir panjang Nasla bangkit menuju pintu itu. Setelah pintu itu terbuka matanya disambut dengan lorong panjang dengan cahaya remang-remang, ditelusuri lorong itu dan menemukan lorong yang bercabang. Sesaat Nasla bingung namun akhirnya pergi ke lorong kanan. Suara derap sepatu bergema nyaring saat menelusuri lorong tersebut, namun langkahnya terhenti saat indra pendengarannya mendengar suara orang yang sedang makan. Kakinya seketika berubah jadi agar-agar saat mengintip dari balik tembok, di lorong sana ia melihat wanita bertubuh besar serta rambut yang panjang terurai hingga ke lantai sedang menyantap tubuh manusia dengan rakus.

"Enak... enak!" ucap sosok tersebut, tetapi tidak lama wanita itu berhenti lalu mengadahkan wajah ke langit lorong. Hidungnya menghendus kemudian tertawa melengking. "Darah. Aku mencium aroma darah segar." Sontak Nasla kembali sembunyi, matanya langsung menyapu ke sekitarnya. Tidak lama ia mendengar suara kaki yang diseret menuju ke arahnya membuatnya jadi panik, tetapi kepanikannya tidak lama saat matanya tertuju pada ventilasi yang jaraknya agak jauh dari tempatnya berdiri. Suara itu semakin mendekat seolah waktu bagi Nasla akan habis, tidak punya pilihan gadis itu cepat-cepat menjauh dari tempat itu mendekati ventilasi lalu membukanya.

"KYOOK..." Suara melengking bergema keras dilorong saat sosok itu berhasil menemukan Nasla. Beruntung gadis itu berhasil membuka papan ventilasi itu dan dengan cepat masuk ke dalam ventilasi, meski berhasil lolos dari makhluk itu namun Nasla masih tidak aman terlebih posisinya saat ini di dalam ventilasi. Semakin dalam Nasla merangkak semakin gelap dan sulit untuk melihat, namun tidak lama Nasla samar-samar melihat sesuatu di depannya, saat mencoba di raba Nasla langsung tahu apa itu kemudian mengambilnya dan menyalakannya.

“Fiuh syukurlah aku menemukan senter,” gumam Nasla kemudian melanjutkan perjalannya.

Suara detak jantung dan napasnya menemaninya menelusuri lorong ventilasi kemudian berhenti saat menemukan jalan yang bercabang, tidak ingin terlalu lama ia memutuskan untuk memilih lorong Nasla akhirnya tiba diujung lorong dan membuka ventilasi yang disambut dengan suasana gelap sebuah ruangan, suara papan besi ventilasi terdengar nyaring lalu menyenter ke sekitar.

“Ini ruang berkas.” Batin Nasla, dengan langkah waspada Ia mengamati ke sekitar yang dikelilingi rak buku dalam posisi tidak tertata rapi. Saat keluar ia tidak sengaja menemukan kotak P3K serta ransel tua, merasa benda itu berguna untuknya tanpa pikir panjang diambil kotak itu dan memasukkannya ke dalam tas lalu membawanya. Nasla mengira ruangn itu hanya sebesar ruang kelasnya tetapi dugannya salah saat melihat rak-rak panjang seperti lorong, ditengah penyelusurannya Nasla tidak menyadari kehadiran yang mengintip dari balik rak dan menghilang. Nasla terus melangkah bermodal senter dan menemukan kotak diantara buku.

“Oh, akhirnya aku menemukan kotak berisi baterai.” Batin Nasla lega dan langsung memasukkannya ke dalam tas lalu kembali menelusuri, tidak selang lama perhatian Nasla tertuju pada meja panjang di depan sana serta komputer yang menyala. Penasaran dihampiri meja itu yang tampak berdebu, banyak kertas-kertas bertumpuk yang sama berdebunya tetapi yang jadi perhatian Nasla adalah kertas kosong di tanganya yang tiba-tiba muncul tulisan besar.

“Bahaya.”

Nasla terdiam beberapa saat tapi segera menyadari ketika tidak sengaja melihat sekelebat bayangan diantara buku di depannya. Kertas itu seolah menyuruhnya untuk pergi Nasla bergegas meninggalkan tempat itu menuju pintu keluar, akan tetapi lantai yang ia pijak tiba-tiba bergetar bersamaan seluruh rak di ruangan itu berubah posisi. Matanya kembali tertuju pada kertas di tangannya yang kembali menampakkan tulisn “Lari”, sayangnya Nasla tidak tahu harus lari kemana mengarahkan senternya ke depan dan melihat seorang anak perempuan berdiri membeku dengan tatapan mata yang kosong dan hampa mengarah ke Nasla. Gadis itu menelan ludah dan perlahan melangkah mundur tapi kemudian terkejut dan reflek putar tubuh ke belakang saat tidak sengaja menabrak seseorang di belakangnya, sosok itu melangkah maju pelan sembari mengangkat tangannya ke depan.

“Mama.” Ucap anak itu seraya teleng kepala dan terdengar suara gemeretak tulang.

Sontak Nasla lari menjauh dari sosok itu, ketakutannya semakin meningkat saat mendengar suara panggilan yang terdengar berat serta suara kayu dan lantai yang hancur. Jalan d depannya buntu Nasla langsung lari belok kanan lalu ke kiri, secara bersamaan tulisan itu kembali muncul menyuruhnya untuk mencari tempat untuk sembunyi. Berusaha untuk menjauh dari makhluk itu ia berhasil menemukan tumpukan meja dan ada kolong yang tampak muat untuk ia masuki, tanpa pikir panjang Nasla masuk ke dalam kolong meja lalu mematikan senter. Suara itu kembali memanggilnya dan berhenti tidak jauh tempat Nasla sembunyi suara langkah besar semakin jelas terdengar membuat gadis itu membekam mulutnya saat melihat kaki makhluk itu yang berhenti tepat di depan tumpukan meja dan tidak lama lampu tiba-tiba menyala, setelah menunggu makhluk itu pergi Nasla menurunkan tangannya kemudian merangkak keluar dengan pelan tapi waspada melihat ke sekitar untuk memastikan. Merasa sudah aman ia kembali melihat kertas itu yang kembali memunculkan tulisan baru untuk “Cari kunci dalam senyap” lalu memudar. Nasla masih takut untuk melangkah saat samar-samar mendengar suara makhluk itu yang memanggilnya, tidak ingin berada di sekitar makhluk itu Nasla memberanikan diri mencari kunci diantara buku-buku itu kemudian pindah ke meja serta laci. Ia hanya menemukan kotak berisi baterai senter lalu kembali mencari, sayangnya ia kembali di buat panik saat suara itu kembali datang dan mendekat. Cepat-cepat ia kembali sembunyi di kolong meja dan melihat kaki besar makhluk itu kembali muncul.

“Mama. Dimana mama?” tidak lama makhluk itu tertawa cekikian sebelum akhirnya kembali pergi. setelah suaranya sudah tidak terdengar Nasla kembali keluar kemudian bergegas mencari kunci itu sebelum makhluk itu kembali, jantungnya berdebar di sertai napasnya memburu membuka maupun mengeser buku-buku itu. Ditengah pencariannya tangannya tidak sengaja menjatuhkan buku tebal, suara raungan langsung bergema nyaring. Panik bukan main Nasla berhasil menemukan kunci yang keluar dari buku itu dan dengan cepat mengambilnya kemudian bergegas kembali sembunyi di dalam kolong meja. Kembali ia melihat kaki besar makhluk itu muncul dan berjalan mondar-mandir di depan persembunyiannya tapi setelah itu kembali pergi, merasa sudah aman Nasla kembali merangkak keluar dan berjalan mengendap-endap walau sesekali memandang sekitar dengan waspada. Pintu keluar ada di depan sana, cepat-cepat ia menghampiri tetapi terlonjak kaget ketika tiba-tiba rak yang di laluinya ambruk. Sontak ia lari sekencang mungkin menuju pintu dan dengan tangan gemetar memasukkan kunci ke dalam lubang, suara raungan serta panggilan tepat jauh di belakangnya.

CEKLEK.

“Yes.” Girang Nasla.

Tanpa pikir panjang langsung putar kenop lalu membukanya. akan tetapi perasaan senangnya langsung lenyap saat melihat di balik pintu hanya ada tembok, sayangnya Nasla terlambat menyadari kehadiran makhluk itu yang langsung menamparnya kemudian di cengkram.

“Mama, ketemu.” Ucap makhluk itu tertawa riang yang malah terdengar seram membuat Nasla ketakutan sekaligus bingung harus berbuat apa agar bisa meloloskan diri dari cengkraman makhluk berwujud anak perempuan. “Aku mau dibawa kemana," pikir Nasla takut karena dapat melihat jelas wajah makhluk itu yang sangat seram di balik rambut panjangnya yang tergerai sebelah, sayangnya tidak sampai disitu ia hampir kena serangan jantung saat makhluk itu tiba-tiba melakukan pindah tempat dan berada di ruangan serba warna pink dan barang-barang berukuran besar.

“Main… Main,” ucap makhluk itu girang menghampiri meja bundar berwarna sama dengan ruangan lalu mendudukan Nasla di salah satu kursi kemudian meninggalkannya untuk mengambil kotak mainan yang tidak jauh dari tempat Nasla berada. Wajahnya berubah pucat serta tubuhnya membeku saat makhluk itu mengeluarkan dan membawa dua boneka kemudian meletakkannya di hadapan Nasla, dua kepala pria menancap di tubuh kayu berpakaian Tuxedo dan terlihat jelas noda darah di bagian bawa kepala yang sudah mengering serta tatapan mereka yang tampak kesakitan. Makhluk itu tertawa girang seraya tepuk tangan.

“Waktunya pesta minum teh.” Makhluk itu kembali balik badan dan pergi menuju pintu kemudian menghilang, sontak gadis itu merasa lega dan berniat pergi dari tempat itu selagi situasinya sudah aman.

“Jangan…”

“Pergi…”

“Kau sendiri…”

“Bisa…”

“Mati…”

Dua boneka ( pemuda ) itu tiba-tiba bicara penuh peringatan. Tidak selang lama tulisan yang sejak tadi ia bawa kembali menunjukkan tulisan untuk “Tetap di sini dan tunggu makhluk itu tidur,” Nasla seketika nela ludah kasar dan kembali ke posisi semula dalam keadaan takut serta khawatir. Suara langkah disertai suara senandung terdengar mendekat dan makhluk anak perempuan itu muncul membawa nampan berisi teko besar yang imut serta empat cangkir, dengan semangat dia menuangkan cairan merah kental ke cangkir lalu meletakkannya di hadapan Nasla. Sesuatu mulai meronta dalam perut Nasla seolah minta di keluarkan saat tercium aroma anyir busuk yang menusuk hidungnya namun gadis itu sekuat tenaga menahannya dan melihat dia juga menuangkan cairan itu ke dua cangkir kemudian meletakkannya di hadapan dua boneka ( pemuda ) itu.

“Lady siska minta gula ya, baiklah.” Makhluk itu meletakkan teko itu lalu mengambil toples berukuran sedang berbahan kaca buram lalu membukanya. Nasla ingin muntah sekaligus jijik saat makhluk itu mengambil tiga jantung manusia lalu memasukkannya ke dalam cangkir Nasla.

TENG… TENG…

Makhluk itu meruang kecewa mendengar suara jam sudah berbunyi menunjukkan waktu untuk tidur, dengan berat makhluk anak perempuan itu kembali bangkit lalu menghampiri ranjang dan tidur. Tidak selang lama tulisan dalam kertas itu kembali muncul menyuruhnya untuk “Membawa dua kepala pemuda dihadapannya dan pergi selagi pintu kamar terbuka,” terlalu takut tapi tidak punya pilihan gadis itu perlahan beranjak dari duduknya lalu segera mencabut dua kepala itu dari tubuh palsu kemudian memasukkannya ke dalam tas tapi sengaja tidak ia tutup setelah itu dengan mengendap-ngendap menuju pintu keluar. Aksinya berhasil dan dari kejauhan melihat ventilasi udara yang setengah terbuka, sayangnya suasana hening membuat suara ventilasi yang terbuka berhasil membangunkan makhluk itu. Dengan cepat Nalsa masuk ke dalam sana sebelum makhluk itu kembali menangkapnya.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)