Flash
Disukai
0
Dilihat
4,473
Mengantar Rana
Aksi

Tak ada suara apa pun di mobil selama aku mengantarmu kala itu.

Tepatnya, kala suatu malam pada bulan Mei 1998 menuju bandara.

Bahkan, suara batuk ayahmu yang sedang sakit mampu ditahan olehnya kala duduk di belakangku.

Telingaku hanya menangkap deru mesin mobil dan alunan lagu Kirana yang diputar salah satu stasiun radio.

Sayangnya, lagunya diputar sepotong-potong karena penyiarnya banyak melaporkan headline news yang semakin membuatku asing pada Jakarta, kota yang biasanya kucintai.

Namun pada akhirnya, kusadari tak hanya Jakarta yang terkesan asing di keseharianku.

Kau pun demikian.

Hingga perlahan aku memang harus berlapang dada bahwa jarak ingin mengambil andil hubungan kita.

Aku sendiri tak marah atas kehadirannya, karena realistisnya, kau sekeluarga diselamatkan olehnya.

Lalu pada akhirnya, Mei menunjukkan pula padaku bahwa hari-hari bersamamu semakin mengabur saja.

Tak apa pikirku.

Jakarta memang tak aman buatmu sekeluarga kala itu.

"Terima kasih," tatapmu padaku kala kubantu kau menurunkan barang di bandara Cengkareng.

Aku hanya sempat mengangguk dan menyunggingkan senyum.

Bersamaan dengan itu, kau berbalik dan tak menoleh lagi.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)