Cerpen
Disukai
1
Dilihat
2,622
Lolly Kundang
Slice of Life

Lolly duduk di kursi rotan di teras belakang rumahnya, memandangi langit senja yang kemerahan. Gadis itu baru beranjak dewasa, namun hatinya sudah penuh dengan keinginan yang menggelegak. Kebebasan. Sebuah kata yang menghantuinya siang dan malam. Di usia delapan belas tahun, ia merasa hidupnya seperti dikekang di dalam sangkar emas oleh ibunya, Mira, yang merupakan seorang publik figur penuh kontroversi.

Mira, seorang selebriti yang sering menjadi pusat perhatian media karena kehidupannya yang penuh drama, adalah seorang single parent. Setelah berpisah dengan suaminya beberapa tahun yang lalu, ia membesarkan Lolly sendirian. Kariernya menanjak tajam karena keterlibatannya dalam berbagai skandal dan kontroversi, tapi di balik gemerlap kariernya, ada celah besar dalam hubungannya dengan sang putri.

Lolly merasa hidupnya tak lebih dari sekadar bayangan ibunya. Setiap gerak-geriknya selalu diawasi, setiap langkahnya dikritik. Ibunya selalu ingin dia menjadi sempurna—seperti yang diharapkan masyarakat dari putri seorang selebriti. Namun, Lolly merasa semakin jauh dari dirinya sendiri. Ia ingin menjalani hidupnya dengan caranya sendiri, tanpa bayang-bayang ibunya yang terus mengatur segala sesuatu.

Keinginan itu semakin kuat seiring waktu berjalan, hingga suatu malam, tanpa berkata apa-apa, Lolly pergi meninggalkan rumah. Ia mengemasi beberapa barang penting, meletakkannya di dalam ransel, dan meninggalkan pesan singkat di atas meja. Ia sudah memutuskan, tak ada jalan kembali.

---

Mira terbangun di pagi hari, menemukan rumah dalam keheningan yang tidak biasa. Ia tidak menemukan Lolly di kamarnya, dan ketika membaca pesan yang ditinggalkan putrinya, Mira merasa dunia seakan runtuh. Dalam pesan itu, Lolly hanya menulis: Aku pergi, jangan cari aku.

Amarah dan ketakutan berkecamuk dalam dada Mira. Ia sudah kehilangan banyak dalam hidupnya—mantan suaminya, citra baik di mata publik—dan kini putrinya satu-satunya pun pergi meninggalkannya. Bagaimana ia bisa menjelaskan ini kepada dunia? Seorang ibu yang gagal menjaga anaknya? Ini akan menjadi makanan empuk media dan akan menghancurkan citranya yang sudah rapuh.

Kabar tentang Lolly yang kabur dengan cepat menyebar di media sosial. Para netizen segera bereaksi, ada yang bersimpati, ada pula yang mencela Mira karena dianggap tidak becus dalam mengurus anak. Publik berspekulasi, menuduh bahwa hubungan Mira dan Lolly selama ini memang tidak harmonis, dan Lolly lari karena tekanan dari ibunya. Nama Mira kembali menjadi sorotan negatif.

---

Sementara itu, Lolly menemukan kebebasannya. Dia tidak peduli dengan sekolah atau aturan. Kebebasan yang selama ini dia impikan seolah menjadi kenyataan. Ia tinggal di sebuah apartemen kecil yang didapatnya dari seorang teman. Di sana, Lolly mengenal Varell, seorang selebgram yang namanya tengah naik daun di kalangan anak muda. Varell hidup dengan gaya bebas—gemerlap kehidupan media sosial, pesta-pesta, dan kemewahan yang semuanya terlihat sempurna dari luar.

Lolly dan Varell dengan cepat menjalin hubungan. Awalnya, Lolly merasa bahwa Varell adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Varell selalu ada untuk mendukung keputusannya, memberikan kebebasan yang selama ini ia inginkan. Mereka sering tampil bersama di media sosial, mengabadikan momen-momen yang penuh kebahagiaan pura-pura, mengisi feed Instagram dengan kebersamaan mereka yang tampak sempurna.

Namun, semakin lama, Lolly mulai menyadari bahwa kehidupan dengan Varell tidak seperti yang dia bayangkan. Tekanan dari dunia maya mulai menimpanya. Para penggemar Varell terus menerus berkomentar, menanyakan siapa Lolly, mencela hubungannya, dan bahkan menyindir bahwa dia hanya menumpang popularitas Varell. Hal ini membuat Lolly semakin tertekan, namun ia tidak berani untuk kembali ke rumah. Baginya, kembali ke rumah adalah sama saja dengan menyerah pada kontrol ibunya.

Sementara itu, Mira tidak tinggal diam. Dia mencari cara untuk menemukan Lolly. Setelah beberapa bulan hilang kontak, Mira mendapatkan informasi bahwa putrinya tinggal bersama Varell, dan berita itu langsung menghantamnya. Mira, yang marah dan terluka, memutuskan untuk mengambil tindakan drastis. Ia tidak hanya berencana menjemput paksa Lolly, tapi juga melaporkan Varell ke pihak berwajib karena berhubungan dengan Lolly yang masih di bawah umur.

Mira datang ke apartemen Varell tanpa peringatan. Ia mengetuk pintu dengan keras, dan ketika Lolly membuka pintu, yang dia lihat adalah ibunya dengan wajah penuh amarah. “Kamu ikut pulang sekarang!” Mira berteriak. Lolly kaget, tapi juga marah. “Aku sudah cukup umur untuk membuat keputusan sendiri! Kamu tidak bisa memaksaku!”

Namun Mira tidak mau mendengar alasan. Dia membawa pengacara dan petugas keamanan, siap untuk membawa Lolly kembali ke rumah. Tak hanya itu, Mira mengancam Varell. “Aku akan pastikan dia dipenjara karena sudah merusak hidupmu!” ancamnya, dan Varell hanya bisa terdiam.

---

Berita tentang konfrontasi ini segera menyebar ke media sosial dan menjadi berita utama. Publik mulai berspekulasi lebih jauh. Lolly semakin terpojok, merasa terperangkap di antara ibunya yang mendominasi dan hubungan yang mulai tidak nyaman dengan Varell. Dalam keputusasaan, Lolly melakukan sesuatu yang tak pernah dia bayangkan: dia melaporkan ibunya.

Dalam laporannya, Lolly bersaksi bahwa selama bertahun-tahun, dia merasa diabaikan oleh ibunya, yang lebih fokus pada karier dan citra publik daripada membesarkan anak. Dia mengklaim bahwa Mira telah menelantarkannya secara emosional, memaksa Lolly untuk hidup di bawah tekanan dan aturan yang ketat demi menjaga citra sang ibu di mata publik. Tuduhan ini membuat publik terbelah. Banyak yang percaya bahwa Mira adalah ibu yang gagal, sementara yang lain menilai Lolly sebagai anak durhaka yang tidak tahu terima kasih.

Proses hukum pun berlangsung. Lolly bersikukuh dengan pendiriannya, bahkan di persidangan, dia mengatakan bahwa ibunya lebih peduli pada popularitasnya daripada kebahagiaan anaknya sendiri. Tuduhan ini begitu berat, dan pengacara Mira berusaha keras untuk membantahnya. Namun, tekanan media dan publik begitu besar. Netizen mulai menjuluki Lolly dengan nama "Lolly Kundang," mengingatkan pada kisah Malin Kundang, si anak durhaka yang mengkhianati ibunya.

“Lolly Kundang” menjadi viral. Tagar itu menyebar luas di Twitter, Instagram, dan platform media sosial lainnya. Lolly, yang sebelumnya menginginkan kebebasan, kini malah terjebak dalam lingkaran kontroversi yang lebih besar. Setiap hari, media mengulas hubungannya dengan Varell, konfliknya dengan ibunya, dan kisah hidupnya yang berliku.

Sementara itu, Mira, yang awalnya berniat untuk menyelamatkan putrinya, kini harus menghadapi kenyataan pahit. Tuduhan yang dialamatkan padanya tidak hanya menghancurkan reputasinya sebagai publik figur, tetapi juga membuatnya terisolasi dari dunia yang dulu mengaguminya. Mira merasa terkhianati, bukan hanya oleh putrinya, tapi oleh publik yang pernah mendukungnya.

---

Di akhir semuanya, baik Lolly maupun Mira sama-sama kehilangan banyak. Lolly, yang dulu menginginkan kebebasan, kini merasa lebih terkekang oleh opini publik dan tekanan media sosial. Mira, yang ingin melindungi citra dan putrinya, justru kehilangan keduanya. Varell, di sisi lain, menjauh dari Lolly ketika hubungan mereka semakin dipersulit oleh perhatian media dan hukum.

Lolly duduk sendiri di apartemen yang kini terasa sunyi. Dia menatap layar ponselnya, membaca ratusan komentar dari orang-orang yang tidak mengenalnya, tapi merasa berhak menghakiminya. Sebutan "Lolly Kundang" terus menggema di pikirannya, menambah rasa bersalah yang perlahan menghantui. Dia berpikir tentang ibunya, tentang rumah, dan tentang kebebasan yang dulu dia impikan.

Apakah ini benar-benar kebebasan yang dia inginkan?


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)