Masukan nama pengguna
Devanka memegang kepalanya yang sakit. Pukulan ayahnya menyisahkan luka pada kepalanya. Bocah kecil berusia tiga tahun itu merintih dan berjalan tertatih ke arah ibunya.
"Ibu, adek sakit." Devanka menunjuk luka yang ada di dahinya.
Ayu, ibu Devanka hanya bisa mengelus dada setiap kali mendengar keluhan putranya.
"Makanya jangan nakal!" gerutu Ayu.
"Sekarang hadap tembok!" perintah Ayu langsung diturut bocah lelaki berusia tiga tahun itu. Saat Devanka menghadap tembok, Ayu mengambil air hangat dan kain. Bergegas wanita berusia dua puluh enam tahun itu mengelap luka pada dahi Devanka.
"Sakit Ibu," lirih Devanka.
"Tidak boleh!" Ayu menepis tangan Devanka yang akan meraih dahinya.
Netra Ayu melihat ke arah seorang pria yang baru keluar dari kamar mandi. Pria itu menggosok muka dengan handuk lalu melemparkannya serampangan.
Ayu mengambil handuk itu lalu mengibaskan sebentar dan dengan cepat menjemurnya.
"Lain kali jangan melempar handuk serampangan, selain kotor juga banyak kuman." Ayu berjalan masuk kembali dan mengangkat Devanka dalam gendongannya.
"Gak usah sok mengatur. Lagi pula handuk itu sekali pakai dan langsung cuci, goblok!" Hardik pria itu.
“Bukan begitu, tapi aku kan juga menggendong Devanka.”
"Anakmu cacat kah sampai tidak bisa berjalan?" pria itu menimpali ucapannya dengan pertanyaan yang langsung membuat Ayu menoleh ke arahnya.
Ayu seketika menjadi kesal, wanita itu menarik tangan suaminya supaya menghadap ke arahnya.
"Kau bilang anakku cacat? Yang cacat itu kamu Mas! Lelaki tidak berguna! Pengangguran!" ucap Ayu geram.
"Ngomong apa kamu barusan, hah!" Pria itu menjambak rambut Ayu dan membenturkannya ke tembok. Devanka yang berada dalam gendongan ibunya berusaha melawan pria itu namun nahas, bocah cilik itu terkena toyoran yang membuatnya menangis.
Terjadi perdebatan suami istri, si pria terus berusaha menyakiti Ayu dan putranya membuatnya semakin mempererat pelukannya kepada Devanka. Wanita itu dengan cepat berlari ke luar rumah untuk menyelamatkan dirinya dan putranya.
Pria itu tak mau kalah dan berlari menyusul keluar mencari keberadaan Ayu dan putranya, sambil membawa senjata tajam. Ayu segera masuk ke rumah salah seorang tetangga untuk menyelamatkan diri. Saat melihat Ayu yang tengah bersama beberapa orang tetangganya, pria itu segera berlalu pergi meninggalkan Ayu yang terlihat berusaha menenangkan Devanka yang terus menangis.
"Kamu masih saja bertahan dengan Anton, Yu. Mending pisah saja daripada nanti terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi." Seorang wanita setengah baya menghampiri Ayu yang mulai tenggelam dalam Isak tangis sepeninggalan suaminya.
"Betul Yu. Aku tidak tahan mendengar tangis Devanka setiap hari karena perlakuan buruk bapak tirinya!" wanita dengan daster abu-abu ikut menimpali ucapan wanita setengah baya itu.
"Kamu ambilkan obat luka, Bel!" perintah wanita itu kepada Bella.
Wanita bernama Bella itu segera masuk ke dalam rumahnya. Tak lama Bella datang membawa beberapa obat luka lengkap dengan kapas dan alkohol.
"Sini biar aku saja yang mengobati!" Bella menunjuk wanita itu sambil memberikan kode mendekat.
"Terimakasih perhatiannya, Bu Murni, mbak Bella," lirih Ayu.
"Tapi beneran Yuk, manusia seperti Anton itu susah berubah," celetuk Murni.
"Aku jadi takut Anton akan berbuat lebih buruk lagi terlebih pada Devanka. Apalagi Kamu menitipkan anak pada dia, kok aku jadi khawatir ya." Bella menatap sendu kepada Ayu.
Ayu hanya menghela nafas dalam. Ayu membiarkan saja Bella membawa Devanka masuk ke dalam rumahnya dan bermain bersama anak Bella.
"Eh, Yuk. Tapi apa Devanka tahu kalau Anton itu bukan bapak kandungnya?" pertanyaan Murni hanya dijawab gelengan kepala oleh Ayu.
"Deni ayah kandung Devanka meninggalkannya saat Aku hamil sembilan bulan," lirih Ayu.
Tatapan mata Ayu menerawang jauh, mengingat Deni yang meninggalkannya karena wanita lain. Setelah kepergian Deni, Ayu bekerja berjualan nasi goreng gerobakan dalam keadaan hamil sembilan bulan. Banyak orang yang iba dengan nasibnya membuat nasi goreng jualannya ramai, sehingga Ayu bisa membiayai hidup dan biaya persalinan Devanka.
Usaha Ayu semakin berkembang. Suatu hari, Ayu berkenalan dengan seorang pria bernama Anton melalui media sosial. Ayu menceritakan tertantang Anton kepada sang ibu, namun ibu Ayu terlihat tidak menyukai Anton. Alasannya karena Ayu dan Anton hanya sebatas kenal lewat sosial media. Ibu Ayu bahkan menjodohkannya dengan anak kenalannya tapi Ayu menolaknya dan tetap memilih Anton. Saat usia Devanka 2 tahun, Ayu kembali memutuskan untuk menikah dengan Anton yang menurutnya tampan. Ternyata Anton bahkan lebih buruk dari Deni. Ayu akhirnya memutuskan tinggal di luar kota untuk menutupi keburukan Anton dari keluarganya. Ayu juga tidak mau bercerai untuk yang kedua kalinya. Karena itu dia mempertahankan rumah tangganya meski resiko babak belur hampir setiap hari ia terima.
"Apa tidak sebaiknya kau mempertimbangkan usulanku?" pertanyaan Murni membuyarkan lamunan Ayu.
"Aku sudah pernah gagal dan Aku tidak mau gagal untuk kedua kalinya. Aku tidak sanggup harus menerima pandangan keluargaku seperti dulu yang mengatakan kalau aku bukan istri yang baik karena tidak bisa menjaga suami. Juga karena aku menolak perjodohan yang pernah ibu tawarkan." Ayu menunduk sedih.
Murni dan Bella hanya saling pandang. Tetangga sebelah rumah kontrakan Ayu itu hanya diam, sebenarnya mereka merasa kasihan dengan Ayu, tapi watak keras Ayu yang ingin bertahan, membuat mereka hanya bisa menghela nafas dalam.
"Baiklah, kalau itu keputusanmu," ujar Bella.
Malam itu Anton pulang dalam keadaan mabuk. Ayu seperti biasa akan masuk ke dalam kamar bersama Devanka dan menguncinya dari dalam.
Brakkk!!!
Terdengar suara keras benda jatuh.
"Ayu!!!! Dimana Kamu?"
Teriakan Anton dianggap angin oleh Ayu. Wanita itu peduli dan terus mencoba menenangkan Devanka dengan mencoba menidurkannya.
"Ayu!!!"
Teriakan kedua Anton membuat Devanka menangis. Anton segera berjalan serampangan menuju sumber suara.
Pria itu dengan kasar menggedor-gedor pintu berusaha membukanya.
Tangisan Devanka yang semakin keras membuat Anton semakin kesal. Pria itu akhirnya berhasil mendobrak pintu dan melihat ibu dan anak itu saling berpelukan.
"Dasar Tuli! Mana uangnya!" teriak Anton.
"Tidak ada!" jawab Ayu tegas.
Anton mengobrak-abrik isi kamar dengan emosi. Pria itu semakin marah saat tidak mendapati apapun di dalam kamar.
Dengan kesal Anton menarik Ayu dan membenturkan tubuhnya ke tembok. Pukulan demi pukulan pasrah Ayu terima. Devanka yang melihat Ibunya dipukuli, berusaha menarik Anton menjauh. Tapi bocah malang itu malah kena tendangan kasar ayah tirinya.
Tangis Devanka semakin keras terdengar. Anton yang kesal mengambil sebilah pisau dan berjalan mendekat ke arah Devanka.
Mengetahui itu adalah niat buruk, Ayu menjadikan tubuhnya tameng untuk melindungi putranya.
Brakkk!!
Tubuh Ayu terjatuh. Anton yang melihat Ayu tergeletak tak berdaya dengan bersimbah darah, menjadi panik seketika. Pria itu pergi meninggalkan Ayu seperti seorang pengecut.
Sementara tangisan Devanka semakin keras, membuat para tetangga berdatangan. Ayu meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Ibu, ini adek.. jangan pelgi.. adek janji gak nakal ibu.. ibu..!" tangis Devanka mengiringi kepergian ibunya.