Masukan nama pengguna
Lipstik dan rokok punya kesamaan di tengah malam gerimis akhir pekan ini. Sama-sama menjadi teman bibir yang tak berhenti bercakap. Bercakap tentang dunia.
Dunia yang warnanya jangan-jangan serupa asap.
Kadang putih.
Hitam.
Atau abu-abu.
Dunia yang tak selalu putih seperti yang pernah disampaikan padaku di hari-hari silam. Bibir-bibir penjepit rokok itu terus menyuarakan berbagai pernyataan yang menarik.
Dagu terangkat.
Asap mengepul.
Mengepul dan menyatu dengan angin malam di langit hitam pekat.
Jika terus dipandang, baru disadari bahwa ada kerlap-kerlip bintang di atas sana. Lalu setelah itu, hening numpang lewat sekian detik.
"Mengapa? Bagaimana? Siapa? Apa? Berapa? Kapan?" kini giliran bibir berlipstik yang bersua.
Kebanyakan mengandung pertanyaan.
Baru disadari.
Ada ribuan pertanyaan yang belum pernah ditanyakan.
Namun, tak perlu kelimpungan mencari jawabnya.
Lipstik masih dipoles dan rokok belum habis dihisap.