Flash
Disukai
0
Dilihat
15,044
Lelaki Pembuang Jam (Membicarakan Adam 4)
Drama

“Angkat detik-detik silam itu dari hati, tetapi rekatkan semua itu di dalam benak.”

Awalnya, aku tak mengerti dengan makna dari kata-kata itu. Sampai akhirnya, lelaki pembuang jam itu mengetuk pintu rumah dan menjelaskan semuanya.

“Angkat dari hati itu tujuannya agar kau mengikhlaskan semua luka dan lara yang pernah tergores di sana. Obatnya adalah maaf dengan balutan waktu dan jahitan kedewasaan.”

“Ah, I …. ya,” anggukku berusaha yakin.

“Akan tetapi,” lanjutnya, “Jangan kau buang dari benak! Kau harus tetap mengingatnya agar tetap dapat mengambil hikmah dan pelajarannya untuk detik-detik ke depan.”

“Pertanyaannya sekarang,” potongku, “Seberapa dalam lukaku dengan lukamu jika dibandingkan? Soal maaf, mungkin sudah dari kemarin, tetapi untuk memulai kembali, rasanya energiku sudah angkuh untuk berbagai dengan sesuatu yang abstrak. Meskipun itu, penuh gelora dan alurnya memang harus demikian.”

Mendengar celotehanku yang panjang lebar, lelaki pembuang jam itu sepertinya menahan tawa.

“Ya sudah kalau begitu! Hahaha!” tawanya akhirnya terlepas. “Kita tak usah bicarakan rasa! Ikut aku saja!” Masih dalam keadaan tak tertawa lagi, dia menarik lenganku, hendak dibawa ke suatu tempat.

“Kita akan pergi ke mana?” tanyaku.

“Membuang jam-jam bekas.”

“Jam-jam milikmu?”

Lelaki pembuang jam itu menggelengkan kepala, “Bukan. Jam-jam orang lain yang sudah tak bisa berfungsi meski kuganti baterainya.”

“Bukannya para pemilik jam ini menitipkannya kepadamu? Mengapa kau buang? Bagaimana kalau mereka datang kembali dan meminta jam mereka lagi kepadamu?”

“Kukatakan saja apa adanya.”

“Bagaimana jika mereka marah?”

“Salah sendiri menitipkan jamnya kepadaku begitu lama. Seharusnya mereka ini sadar aku ini siapa.”

“Siapa memangnya?” kuangkat daguku, mencoba menantangnya.

“Manusia yang berpacu dengan waktu. Mari! Kuperlihatkan sekalian padamu agar kau lebih menghargai detik-detik ini.”

“Detik-detik apa?” selidikku.

“Detik-detik pertemuan ini,” ucapmu.

Mengapa seketika, aku ingin bukan hanya detik-detik jam yang ingin dia buang saja yang tak berfungsi? Melainkan, memang sang waktu ingin beristirahat dan menyaksikan kebersamaan kami.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)