Masukan nama pengguna
“Bisakah kau berhenti menulis, Sayangku yang cantik?” sambil bersandar di jendela, laki-laki yang digariskan sedang dekat denganku itu kembali menjengkelkan.
Mengapa aku sebut menjengkelkan?
Karena ada beberapa hal yang kusuka dan dia tak suka. Sebaliknya juga seperti itu. Apa yang dia suka, sebenarnya tak kusuka.
Akan tetapi, aku pura-pura tidak mengerti, “Loh? Kenapa?”
“Karena sesuatu yang kelak kau ciptakan dari tulisan itu adalah sesuatu yang luar biasa kubenci,” jawabnya jujur.
“Maksudmu? Akan menjadi buku?”
Dia tegas menganggukan kepala, “Ya!”
“Kenapa kau membencinya?” tanyaku lebih dalam akan ketidaksukaannya itu.
“Karena topik-topik pembicaraanku denganmu jadi tak nyambung.”
“Makanya, bacalah agar kita bisa membicarakannya di hari-hari besok.”
“Aku …. tak suka.”
Aku menghela napas, “Wah, bagaimana, ya? Aku lebih dulu senang menulis dan membaca buku daripada mengenalmu.”
“Jadi, bagaimana?” dia menaikkan alis.
Aku mencoba tegas saja, “Tutup buku saja kalau begitu!”
“Tutup buku yang mana?” dia terus bertanya.
Tak tahu harus menjawab apa, aku lontarkan saja suatu kata dan langsung berbalik, “Selamat tinggal!” seruku yakin.
“Eh?” Dia hanya tercengang di belakangku.
Biarkan saja!