“Sayang, mau buka puasa di mana? Kutunggu kau di seberang Istiqlal seperti biasa.”

“Sepertinya, aku baru bisa makan bersamamu sehabis Tarawih di Istiqlal. Akhir-akhir ini, aku buka puasa bersama di Istiqlal. Lalu, aku lanjut terus sampai waktu tarawih selesai.”

“Wah, aku senang mendengar kau mulai rajin Tarawih.”

“Karena kau juga.”

“Karena sering berdebat denganku dan jadi lebih mendekatkan diri ke Sang Pencipta.”

“Hahaha.”

“Pasti wajahmu tambah cantik karena sering terkena air wudhu.”

“Hahaha. Aku jadi ingin tertawa. Kamu gombal banget pokoknya.”

“Tapi apa yang kukatakan ini sungguhan.”

“I, ya, Terima kasih, Sayang,” ucapku turut tersipu malu. Lalu, aku jadi terdorong untuk mengatakan sesuatu yang lain, “Aku juga senang mendengar kau akhir-akhir ini sering ke sana.”

“Ke sana mana?”

“Ke seberang Istiqlal.”