Flash
Disukai
0
Dilihat
3,261
Kuikuti Kau di JalanNya
Religi

"Mau bulan madu ke mana nanti kita?" khayalku membayangkan seseorang menanyakan hal ini kepadaku. Seseorang yang dibayangku kelak tak hanya aku cintai, tetapi juga kuhormati, kuhargai, dan kurelakan menjadi imamku.

Jika pertanyaan itu diselayangkan padaku di hari-hari lalu, mungkin aku akan menjawab beberapa nama kota, bahkan negara yang begitu kuimpikan berada di sana bersamanya.

Namun sekarang,

Setelah berbagai ujian beserta pertolonganNya yang sudah kulewati, sehabis hati ini ingin selalu dekat denganNya, dengan bibir yang gemetaran karena menahan tangis haru, aku akan berkata kepadanya bahwa ada yang ingin kulakukan bersamanya selain bulan madu.

"Apa? Ke mana?" tanyanya kukhayalkan lagi dalam benak.

Kemudian kubayangkan diri ini menjawab dengan lirih dan santun, "Maukah, maukah kau menemaniku meminta ampun di rumahNya? Kita beribadah ke sana."

"Mek, kah? Mekkah?" matanya membulat. Kutangkap ada sebongkah antusiasme dari raut tampannya. Sejenak aku ingin mengucapkan syukur karena berarti dia dan aku berada di jalan yang sama. "Umroh? Atau naik haji? Ta, pi, apa pun itu, aku akan menemanimu. Aku pun juga ingin beribadah ke sana."

Air mata membasahi pipi, "Te, rima kasih," bisikku dengan bibir yang masih bergetar. Ucapan ini tak hanya kuhanturkan padanya yang satu jalan denganku, tetapi juga kepada Sang Pencipta.

"Allahuakbar, Allahuakbar!" suara adzan Isya dari ponsel pribadiku menyudahi lamunan tingkat tinggiku di benak. Kupatri di hati bahwa aku hanya menerima seseorang yang mau melakukan perjalanan menuju ke sana.

Bukan.

Aku tak berbicara hanya sampai Mekkah.

Perjalanan masih jauh.

Ujungnya surga.

Berawalnya dari dunia.

Pertemuannya di sini.

Lalu, aku akan mengikutinya dari belakang sebagai makmum.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)