Masukan nama pengguna
"Satu kali postingan kopi, puluhan bahkan ratusan juta akan masuk ke saldo anda, Wahai para Bintang dengan followers terbanyak sekalian! Semakin banyak engagenya, semakin wah pundi-pundi yang diterima!" ucap marketing suatu brand kopi kepada beberapa bintang yang biasa men-influence para penggemarnya di social media. Agar meeting lebih santai, dia juga menyuguhi secangkir kopi kepada setiap bintang yang diundangnya.
"Ha, nya satu kali postingan kopi?" tanya salah satu bintang yang biasa men-influence para penggemarnya lewat caranya mengonsumsi makan. Live mukbangnya selalu dinantikan.
"Ya," angguk si marketing. Kedua matanya berbinar.
"Maaf, bukannya kami menyepelekan," timpal bintang yang biasa men-influence lewat vlognya bersama keluarga harmonisnya, "Tapi sebelumnya, anda mengatakan bahwa brand kopi anda sedang meredup, sehingga meminta bantuan kami untuk membesarkan. Namun, mengapa anda berani sekali memberikan banyak kepada tiap orang dari kami, bahkan tiap postingan? Kalau kami boleh tahu, brand kopi anda itu apa? Karena selama kami bertanya dari kemarin di email maupun di telepon, anda tak pernah mengatakannya."
"Kami datang ke sini, sebenarnya penasaran juga mengapa brand kecil berani mengajak kami untuk bekerja sama? Maaf sekali lagi, bukan menyepelekan," tambah bintang yang sekali posting sering membuat produk yang di-endorse sold out dalam sehari di mana-mana. Maka dari itu, jika sedang live di social media, dia sering menutup brand makanan atau minuman yang dikonsumsinya jika produk tersebut tak mengendorse.
"Kalau boleh tahu, apa nama brand kopi anda?" tambah seorang bintang yang menerapkan pola hidup sehat. Selain mengajak olahraga, orang senang setiap kali dia posting tentang hitungan kalori dari sebuah makanan atau minuman.
"Ehem! Sebenarnya brand kami tidak kecil, hanya sedang meredup saja beberapa bulan terakhir ini," Marketing itu beranjak dari duduknya. Dia berharap penawarannya ini tak ditolak. Dia sudah putus asa sekali akhir-akhir ini. "I, ni, brand kopi kami," dengan gemetaran, akhirnya dia menunjukkan logo perusahaannya di sebuah map surat kontrak, "Silakan dibaca dan ditandatangani," dia langsung berharap tawarannya ini diterima.
"KOPI BINTANG?!" Para bintang itu saling menatap satu sama lain. Serempak, mereka beranjak dari kursi dan menumpahkan kopi yang disuguhkan untuk mereka itu ke atas meja, sehingga membasahi surat kontrak itu.
"Apa yang kalian lakukan?! Jadi kotor surat kontraknya!" Marketing itu membelalakkan mata, panik.
"Mungkin anda melihat surat kontrak ini jadi kotor karena kopi anda, tapi kalau kami, melihatnya bersimbah darah!" Teriak bintang yang paling serint berbagi konten lucu dibandingkan teman-temannya. Namun di sini, dia bisa menjadi yang paling sentimentil.
"Saya menyesal menyinggahkan kaki ke kedai anda!" sambil memanggul kembali backpacknya, bintang sekaligus host konten traveling itu melengos pergi. Dia harus mengikhlaskan ide yang sempat muncul di kepalanya untuk berfoto di depan 7 keajaiban dunia sambil menikmati secangkir kopi. Tahunya, brand kopi ini adalah "Kopi Bintang" yang sudah tak dia konsumsi beberapa bulan terakhir ini.
"....," Marketing itu hanya diam membisu. Setelah ditinggal sendiri di ruang meeting, tak ada percakapan lagi yang mengalir. Hanya cairan-cairan kopi yang mengalir di atas meja kayu. Akan tetapi, si marketing Kopi Bintang tidak sakit hati dengan perlakuan para bintang itu. Waktunya enggan dihabiskan untuk perasaan-perasaan lemah seperti itu.
"Hihihi," Marketing Kopi Bintang malah cekikikan. Otaknya tak berputar sampai sini. "Hahaha!" Tawanya malah menggelegar. Idenya tak berhenti sampai sini. "Hohoho!" Dia menjentikkan jari. Sepertinya, dia selalu mendapatkan ide baru ...
Sampai kiamat.
Akhir-akhir ini, brand Kopi Bintang memang meredup. Jadi, mereka meminta beberapa bintang kesukaanku untuk mengiklankannya. Aku bangga karena mereka menolak tawaran itu. Jika menerimanya, aku tak segan untuk turut meredupkannya.