Masukan nama pengguna
"Saya caleg yang sedang mengurus perceraian dengan suami saya. Jadi, saya harap anda tetap profesional, alias hanya berperan sebagai juru kampanye saya. Ti, dak lebih," ungkap wanita cantik itu kepada juru kampanyenya yang tampan, "Ti, dak lebih meski anak saya sudah senang karena sering dijemput sekolah dan bermain mobil-mobilan dengan anda."
Sampai saat ini, caleg cantik bernama Sandra ini tak mengerti mengapa partainya menunjuk laki-laki bernama Norman ini sebagai juru kampanye. Jujur akhir-akhir ini, mereka berdua banyak menghabiskan waktu ke berbagai tempat bersamanya. Apalagi, dua bulan lalu, Sandra menggugat cerai suaminya lantaran adanya KDRT dan perselingkuhan. Marah karena tuduhannya benar, sang mantan suami sedang memperjuangkan hak asuk anak.
Lalu?
Apa hubungannya antara perceraiannya dengan juru kampanye bernama Norman ini?
Ya! Tadinya memang tidak ada. Mereka berdua bekerja secara profesional. Sampai sayangnya, kerapuhan hati seolah mewadahkan kekosongan mendalam. Semakin lama, Norman yang usianya terpaut tujuh tahun lebih muda daripada Sandra ini sungguh menarik di matanya, hati, bahkan jiwanya. Apalagi beberapa kali, Norman kerap membantu menjemput anak dari Sandra di sekolah jika jadwal kegiatan berpolitik ada yang bertubrukan.
Seolah tahu pikiran sang caleg sedang banyak, sang juru kampanye tak hanya membantu untuk mengurusi kampanye, tetapi juga menjaga si anak dan tak jarang bermain bersama. Si anak yang sedang kehilangan figur ayah karena sudah tak serumah pun menjadi senang atas kehadiran si Juru Kampanye mamanya.
Sang juru kampanye hanya memandangi calegnya dalam beberapa detik. Tak ada kata yang terlontar dari mulut, tetapi sepertinya, semuanya tersimpan di pandangan mata Norman yang meneduhkan. Dia sendiri sadar jika sang caleg tak yakin juga dengan kata-kata yang barusan diucapkan.
"Baik! Sampai hari Valentine," ucap santai Norman seraya mengangkat alis, "Setelah itu, saya berhak merubah status saya. Misalnya tak menjadi juru kampanye Mbak."
"Va, valentine?" tanya Sandra dengan dahi mengerut.
"Pemilu di hari Valentine, kan?" tanya Norman sambil menyeringai, "Sehabis itu, saya pasti tak akan menjadi juru kampanye anda."
Entah mengapa, Sandra perlahan merasa jadi kesal. Anehnya, perasaan ini juga dibarengi dengan perasaan bahagia.
Apakah ulah hormon endophrine dan panah cupid?
Akan tetapi, ngomong-ngomong, Sandra sudah lama tak merasakan energi rasa seindah ini. Seketika, dia merasa begitu jatuh cinta. Tak hanya itu, bagi dirinya yang sedang mengurus perceraiannya, percaya dirinya meningkat.
"Anda memang pantas menjadi juru kampanye," tatap Sandra mulai mendalam, "Pintar memainkan kata-kata yang tendensius."
"Hahaha!" tawa Norman begitu renyah.
"Oh, iya, satu lagi," sebelum melenggang pergi meninggalkan ruang kerjanya, Sandra berkata lagi pada Norman, "Jangan dirayakan, ya! Valentine bukan budaya kita."
"Tetapi di hari itu, siapa pun tetap berhak jika ingin mengungkapkan kasih sayangnya pada seseorang," tambah Norman.
DEG!
Detakan jantung Sandra seolah kian meronakan pipinya.
Namun, dia pura-pura merasa tidak paham.
Sebaliknya, Norman jadi tak sabar menantikan hari Valentine di tanggal 14 Februari.
Maksudnya, hari pemilihan umum di tanggal 14 Februari.