Flash
Disukai
0
Dilihat
7,481
Jauh Dari Langit
Drama

"BROTHERSKU HABIS DIHUKUM MATI SEMUA DI PERSIDANGAN ITU, BUUUUUU!" bisik seorang perwira Angkatan Udara Tanah Air di pertengahan tahun enam puluhan kepada istrinya. Sebenarnya, volume suaranya rendah, tetapi terdengar begitu lantang, menganalogikan sayatan luka yang mungkin sudah meracaukan detakan jantung serta aliran darah.

Bagaimana tidak perih hatinya?

Mengingat, usia persahabatannya dengan para terdakwa itu sudah melebihi usia kemerdekaan tanah air yang masih belia menginjak usia dua puluh tahun kala itu.

"......," Sang istri memilih diam. Namun, bukan berarti dia bodoh. Justru, dialah yang menyelamatkan suaminya dari persidangan, apalagi hukuman mati.

Mengapa bisa begitu?

Karena, kalau bukan Sang Istri yang melarang suaminya mengikuti kawan-kawannya berpolitik dan minum kopi sambil berbincang di waktu larut, mungkin perwira ini turut terseret.

"Penerbang hanya berurusan dengan langit di udara, bukan politik beserta berbagai perkara," ucap Sang Istri beberapa tahun lalu.

"Tapi, kami sudah bersolidaritas sejak zaman penjajahan! Bahkan, bergerilya bersama!" timpal Sang Suami pada waktu itu.

"Kalau bersama kawan-kawanmu itu bersolidaritas, lantas apa namanya denganku? Dengan anak-anakmu? Dengan keluargamu?" kata Sang Istri, "Setiap aku baca koran, aku merasa Ibu Pertiwi sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja! Dikatakan juga bagaikan sedang hamil tua di koran-koran, kan? Tapi entah apa yang kelak akan dia lahirkan?!" Apa yang dikatakan oleh Sang Istri, kini menggema di memori. Masih teringat jelas bahwa mulai saat itu, dia mulai membatasi pergaulan dengan kawan-kawannya. Dia malah fokus pada karir dan menjadi atase militer.

"AMPUNI AKU YA TUHAN! SEHARUSNYA AKU BERSYUKUR KARENA KAU TELAH MENJAGAKU MELALUI ISTRIKU, TETAPI TETAP SAJA, AKU TAK INGIN KEHILANGAN BROTHERS PENERBANGKU. MEREKA TAK PAHAM POLITIK," Penerbang itu memejamkan mata.

"......," Sang istri memilih untuk tak bicara kali ini. Dia dekap suaminya dari belakang. Memang baru sekali kelewat terpuruk begini.

Jauh dari langit.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)