Flash
Disukai
2
Dilihat
4,923
Ibu, Aku Ingin Ada Nama Ayah di Binti Akta Kelahiranku!
Drama

“Jangan lantaran lo batal nikah karena tunangan lo baru ngaku kalau dia mau child free, lo jadi sok pahlawan mau ada nama lo sebagai ayah di akte kelahiran Cheryl, anak gue, Pak Arsitek!” jelas Luita tegas. Matanya melotot.

Bas mendongak pelan, “Wah Wah Wah Pak Arsitek lo bilang? Lo marah sama gue, heh?” Dia tertawa pendek. “Luita, Cheryl itu nggak minta dicariin ayah kandung. Dia juga nggak maksa lo buat nikah biar dia dapet ayah baru. Dia cuma minta ada nama laki-laki di akte kelahirannya.”

“Ini gara-gara dia ikut lomba sains tingkat kecamatan dan harus ngumpulin akte! Dia bandingin sama akte teman-temannya, padahal nggak ada yang nanya akte dia!” teriak Luita. “Namanya juga anak kecil. Permintaannya suka aneh-aneh!”

Bas menatap lantai sebentar, “Gue arsitek, kalau sudah membangun fondasi, nggak akan gue cabut dari tanah. Begitu juga kata-kata gue.”

Keheningan menggantung. Luwita menunjuk pintu apartemennya, “Ke, lu, ar.” Suaranya datar. Dingin. Kedua matanya memandang foto dinding bergambar dirinya, Bas, dan beberapa kawan lain yang mengenakan seragam putih abu-abu penuh coretan. "Jangan campurin urusan keluarga gue!"

“Kapan gue campurin urusan keluarga lo?" Nada bicara Bas masih tenang. “Waktu lo hamil dan nangis-nangis dateng ke kontrakan gue, gue bantuin lo ngomong ke orang tua. Lo diusir, gue masih ada. Bahkan gue nggak pernah nanya siapa bapaknya? Kayak gitu masih lo bilang gue nyampurin urusan lo?"

Luita memalingkan muka.

Bas menghela napas, “Oke. Gue cuma minta dua pilihan. Lo setuju nama gue dicantumkan di akte kelahiran Cheryl, atau," dia menelan ludah, "Kita fight di meja hijau.”

Luita mendengus, “Lo ngajak ribut? Lo kira gue takut? Lo kira bisa tanpa izin ibu kandungnya?"

"Di meja hijau apa, sih yang nggak bisa?! Selama pondasinya kuat!" Bas berbalik dan meraih tas ransel serta laptopnya, "Lo tunggu aja surat dari pengadilan!" tetapi dia sempat menyesap kopi di meja. Kepada asisten rumah tangga yang kebingungan, ia berbisik, “Mbak, kasih tahu saya kalau Ibu marah-marah ke Cheryl.”

“Heh!” teriak Luita, "Lo kira gue bakal nyakitin anak gue?” ia membanting beberapa lembar kertas rancangan arsitektur Bas untuk renovasi sekolah modelling milik Luita.

Bas tidak menjawab. Pintu tertutup.

Dan dari ambang dapur, suara kecil terdengar, “Ibu, aku cuma ingin ada nama ayah," pipi tembamnya mulai dialiri air mata, "Hanya di lembaran kertas."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)