Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
4,432
Desa Istri
Aksi

Desa Istri.

Dinamakan begitu karena semua suami para warganya pergi berperang melawan musuh.

Tak ada satu pun laki-laki di desa. Kalau pun ada, mereka belum genap 17 tahun.

"Lalu, mengapa lukisan anda ini bergambar para wanita yang seolah-olah malah mereka yang pergi berperang? Ke mana suami mereka?" tanya seorang tamu laki-laki tua di acara pembukaan pameran lukisanku di galeri tanah air.

Aku melanjutkan ceritaku, "Lukisan ini diambil ketika Desa Istri diserang oleh musuh yang mengubah strategi secara tiba-tiba dan licik. Mereka tak menghadapi para suami di medan perang, tetapi para istri di desa," jedaku yang kemudian kubuka lagi mulutku, "Namun, strategi musuh gagal total. Mereka tidak tahu jika suami-suami para warga desa ini tak hanya mencintai dan melindungi istri-istri mereka, tetapi juga membekalinya dengan keberanian, ilmu berperang, berpanah, intelektualitas, dan segala macam cara bertahan hidup."

"Wow," para undangan berdecak kagum.

"Hohoho! Apa ada suami seperti itu?" tawa pengunjung wanita, "Bukannya laki-laki akan was-was jika wanitanya kuat, pintar, dan mandiri? Lebih tak mungkin lagi mengajari istri mereka cara berperang."

Kusunggingkan senyum, "Laki-laki bukannya was-was jika wanitanya kuat, pintar, atau hebat, tetapi jika tak membutuhkan dan meremehkan kami. Maksudku, laki-laki," kuralat point of view pemikiranku dari sebutan "kami" menjadi "laki-laki", "Jadi, para istri yang kugambarkan kuat dan berperang ini, tetap mengakui jika mereka menguasai teknik berperang juga karena ilmu dari suami mereka. Dan para wanita ini pun tentunya hanya menunjukkan sisi fighter mereka kepada musuh, bukan pasangan yang mereka cintai."

Bisik-bisik mulai memantul di dinding ruang auditorium galeri tanah air. Pasti mereka mengomentari kata-kataku barusan. Aku sedikit menurunkan kepala.

"Kau sendiri jika berada di posisi suami di desa itu, apakah akan mengajari istrimu berperang?" timpal seorang socialita yang turut menghadiri pembukaan pameranku.

Refleks kujawab, "Kalau sesekali dia bosan dan ingin melihat medan pertempuran, mungkin malah akan kuajak."

Setelah itu, tepuk tangan menyeruak.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)