Flash
Disukai
0
Dilihat
6,045
Cinta Empat Musim
Drama

Di musim semi, lelaki itu merasa hatinya berbunga.

Ia sibuk mencari cinta yang mekar di antara kelopak bunga.

Di tengah kebun bunga, seorang wanita menyambut dengan senyum manis.

Tergerak saja hati memberikan bunga mewangi pada wanita itu. Senyumnya pun semakin merekah.

Laki-laki itu merasa disambut dan dihargai. Hari-harinya adalah bunga yang merekah.

Namun, saat musim panas membakar bumi, laki-laki itu merasa cinta yang berbunga-bunga tidaklah cukup.

Dia mencari gairah yang membara.

Bukan sekedar senyum, melainkan energi yang membuatnya tergerak untuk lebih daripada hari ini.

Lalu datanglah Summer yang penuh semangat,

Ia tidak peduli panasnya matahari menggelapkan kulit atau angin kering musim panas merusak rambutnya.

Bersama Summer, ia merasa hidup lebih kuat.

Terik pamit dan digantikan dengan angin dingin syahdu yang membuat daun terdorong untuk menari di udara, melepaskan dahan dan tenang menyentuh daratan.

Autumn memang tidak secantik Spring dan tidak sekuat Summer.

Namun, laki-laki itu merasa damai.

Percakapan yang ringan dengan ditemani guguran daun warna-warni adalah sebuah rileksasi mengisi sisa hidup.

Cinta tumbuh tanpa perlu kata-kata berapi-api seperti Summer, atau bualan romantika layaknya bersama Spring.

Namun, saat salju turun dan angin mengigit,

laki-laki itu merasa kosong.

Ia mulai berkesimpulan bahwa hidup tak boleh setenang ini dan tanpa tujuan.

Sampai akhirnya, Winter datang dengan kedamaian yang sunyi.

Tidak banyak bicara, tapi memberi kehangatan yang melindunginya dari badai salju.

Namun tiba-tiba, saat salju mulai mencair, ia kembali berpikir, "Apa yang sebenarnya kucari?

Bunga yang mekar di musim semi? Gairah yang membara di musim panas? Ketenangan yang penuh keindahan musim gugur? Atau perlindungan yang menghangatkan saat dunia diselimuti musim dingin?

Di tengah linglung, ia melihat tanah.

Sebagaimana diketahui, tanah tak berpihak pada musim. Ia menyerap setiap bunga musim semi,

menampung terik musim panas, menjadi tempat bernaung daun-daun kering di musim gugur, dan memberi pijakan saat salju datang di musim dingin.

Tanah adalah tempat yang tidak pernah meninggalkan, menjadi jembatan antara musim satu dengan lainnya.

Namun,

Jangan senang dulu!

Tanah memang menjadi tempat kau berpijak,

tetapi Tanah sendiri merasa dilindungi oleh langit,

Langit yang menjulang tinggi, selalu menarik untuk menengadahkan pandangan ke arahnya.

Bersama langit, tanah menemukan kehidupan yang dijalani dalam berbagai musim.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)