Flash
Disukai
0
Dilihat
1,330
Sang Penulis
Self Improvement

Di sudut kamar sewaan sederhana, seorang penulis baru duduk terpaku pada layar laptopnya. Laptop itu sudah tua, beberapa huruf pada keyboard sudah pudar, tetapi ia tetap menyebutnya sebagai "jendela impiannya."

Hari ini dia ingin menulis sebuah cerita. Namun, layar putih tampak seperti jurang tanpa dasar. Jarinya bergerak cepat di atas keyboard, namun tidak ada sepatah kata pun yang muncul. Di luar, kebisingan lalu lintas dan kehidupan kota bercampur dengan kesunyian.

Dia membuka media sosial dan melihat sederet penulis buku terlaris memamerkan buku-buku mereka. Sekilas aku merasa cemburu. Namun dia segera menutup tab dan menatap layar putih lagi. “Setiap orang punya permulaan,” gumamnya, mencoba menghibur dirinya sendiri.

Dia mulai mengetik. Ceritanya sangat sederhana, tentang seorang anak laki-laki yang bermimpi memiliki sepatu baru. Anak laki-laki itu bekerja keras menjual permen di jalanan, menghadapi penolakan dan ejekan. Tetapi dia tidak menyerah, sampai suatu hari seorang pelanggan memberinya uang tambahan, cukup untuk membeli sepasang sepatu.

Setelah menyelesaikan kalimat terakhir, penulis pemula itu membaca ulang ceritanya. Jantungnya bergetar. Meski ceritanya pendek, ia tetap melihat dirinya di sana: seorang pemimpi yang pantang menyerah, meski jalan yang dilalui penuh rintangan. 

Dia memposting cerita itu di blognya tanpa banyak harapan. Namun, keesokan paginya, komentar mulai mengalir:

"Ceritamu mengingatkanku untuk tidak menyerah."

"Saya juga merasa kecil tetapi artikel Anda telah membuat saya berdiri tegak."

Sang penulis tersenyum. Dia tidak menyangka kata-katanya yang sederhana akan menyentuh hati orang lain. Sejak saat itu, ia menulis setiap hari. Dia tahu dia belum menjadi penulis yang baik, tetapi itu tidak masalah.

Baginya, menulis berarti berbagi jiwa, menyampaikan bahwa kita semua punya perjuangan dan kita tidak sendirian.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)