Masukan nama pengguna
“Bisakah cara bicara dan gestur badanmu biasa-biasa saja kepadaku? Bukannya apa-apa, aku pernah menerimanya ketika usiaku masih sebaya denganmu, kira-kira separuh dari usiaku yang kini sudah berkepala tiga. Waktu itu, suara kawan lelakiku itu juga baru pecah sepertimu. Sekarang, anaknya sudah tiga.”
“Tapi, jika hanya untuk ketenangan batin, saya bisa menjadi orang yang diandalkan oleh kakak. Saya benar-benar jatuh cinta sama, Kakak,” balasnya pada suatu pesan singkat di media sosial.
“Kakak? Kita beda delapan belas tahun, loh. Kamu harusnya manggil aku ibu atau tante.”
“Banyak pasangan selebriti beda dua puluh tahun.”
“Aku acungin jempol semangatmu, ya.”
“Laki-laki sebaya kakak belum tentu ada yang berani menyatakan perasaan ke kakak. Berbeda dengan saya.”
“Karena laki-laki dewasa itu pertimbangannya banyak. Mereka tidak main menyatakan.”
“…….,”
“Sudah, ya. Kakak, eh, Tante doakan, kamu dapat pacar atau nanti jodoh yang cocok buat kamu.”
“Kalau saya ingin doakan, semoga kakak, eh, tante, nantinya sama saya.”
“Hah?” Aku hanya bisa tercekat.