Masukan nama pengguna
Jauh sesudah era manusia telah dikalahkan oleh era teknologi robot, sebuah kawasan hijau seluas 5 x 6 meter persegi ditengah kota yang dikelilingi oleh bangunan beton berlapis baja. Kawasan tersebut dihidupi oleh seorang pemuda berumur 35 tahun yang belum menikah dan tidak bekerja. Karena kehidupan manusia telah tergantikan oleh robot-robot yang bekerja lebih efisien, pemuda tersebut akhirnya tersingkirkan. Di kawasan itu ia hanya merawat rumputnya, tanamannya dan juga satu pohon beringin yang dihuni oleh burung-burung yang tempatnya telah terdegradasi.
“Wah, hari ini kalian bekerja cukup keras. Sampai-sampai kalian menutupi hijaunya rumput-rumputku.” ucap pemuda tersebut sambil menengadah ke pohon beringin dihadapannya. Sambil membersihkan rumput-rumputnya dan menyirami bunga-bunga yang mekar, beberapa kupu-kupu menyambangi tempat tinggal pemuda itu. Bahakan sesekali pemuda itu melihat kearah kupu-kupu terbang sembari menatap kehidupan robot diatasnya.
“Kalian bisa singgah kapan saja atau bahkan anggap rumahku adalah istana untuk kalian.” ucap pemuda sambil tersenyum pada sekumpulan burung yang terlihat saling bercengkrama. “Saat ini aku hanya memiliki kalian dan kawasan hijau ini. Atau bahkan lebih daripada itu, aku akan bertaruh hidup matiku untuk kawasan hijau yang sempit ini.” ujar pemuda itu dengan nada penuh kepasrahan atas kehidupan yang telah beralih. Bahkan kehidupan manusia di Submerge ini telah punah, para manusia telah bertransmigrasi ke Newmerge dan hanya beberapa yang masih tinggal namun bekerja di Newmerge. Submerge adalah sebutan untuk kehidupan manusia yang tersisa disebuah kawasan yang menjadi nagian dasar tegaknya beton-beton super berlapis baja. Sedangkan Newmerge adalah sebutan untuk kawasan yang dihuni oleh generasi baru yakni robot dan manusia pekerja yang masih bertahan hidup. Keadaan di Newmerge ini berbeda dengan di Submerge, kehidupan padat penduduk yang harus hidup berdampingan dengan teknologi juga robot. Keeluruhan fasilitas yang dahulunya berada di Submerge seperti sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, tempat hiburan dan lainnya telah dipindahkan ke Newmerge.
“Jan, mau ikut kerja nggak di Newmerge. Mereka menawarkan kehidupan yang tersedia bahkan berbeda dari sini, kita hanya datang dan menggunakan fasilitas yang tersedi.” jelas Ramon, salah seorang yang masih tinggal di Submerge dan kemungkinan akan pindah segera keatas. “Sudahlah tinggalkan saja kawasan ini, toh nantinya akan direbut oleh pemerintah untuk pembangunan pilar super mereka.” ledek Ramon sambil menggoda sang pemuda untuk pindah. “Yah, terima kasih atas ajakannya dan saya rasa jam kerjamu akan telat jika kau tak ke Transcube segera.” ucap sang pemuda bernada tinggi sambil memberikan kode pada Ramon untuk meninggalkanya. Transcube merupakan alat transportasi yang sering digunakan manusia di Submerge untuk naik keatas. “Dasar pecundang, diajak berubah malah ingin menanti kehancurannya di bawah sini.” ujar Ramon menggerutu meninggalkan sang pemuda.
Sebelum pemuda tersingkirkan oleh para robot dan teknologi mutakhir yang pemerintah ciptakan, pemuda tersebut merupakan salah satu pengusaha sukses yang memperkerjakan banyak karyawan. Namun setelah era beralih kehidupan pemuda pun ikut beralih terutama pada sektor sumber daya manusia. Mereka secara perlahan tergantikan dan pemuda harus menggunakan tenaga robot dan teknologi mutakhir tersebut untuk mempertahankan bisnisnya. Ia pernah menggunakannya namun dikarenakan biaya pengoperasian dan perawatannya yang tinggi pemuda akhirnya mengalami kemunduran dan kebangkurtan. Setelah itu terjadi pemerintah memabangun super megaproyek diatas yang kini dikenal Newmerge. Tak berlangsung lama kehidupan pun berpindah ke Newmerge. Keberlangsungan manusia dibawahnya pun terancam apalagi saat pusat pemerintahan dipindahkan keatas dan berdampingan dengan teknologi yang hidup. Kawasan dibawahnya seolah kota mati yang tak berpenghuni.
Seminggu setelah Ramon pindah, sebuah surat pengosongan wilayah dan berkas persetujuan ganti rugi dari pemerintah datang dengan perantara postnet. Mereka menginginkan lahan sempit pemuda tersebut ubtuk menjadi lahan transcube untuk kesekian kalinya. Dan untuk kesekian kalinya pula surat tersebut berujung dengan api bahkan beberapa surat mungkin telah dimakan oleh tikus yang masih hidup. “Surat itu lagi bahkan mereka tak mengerti kalau aku tidak akan memberikan lahan ini kepada mereka.” tegas sang pemuda mengoceh didepan toiletnya. Pihak pemerintah telah memberikan surat perintahnya bahkan beberapa ancaman dari petugas dan kini mereka meberikan surat dengan persetujuan ganti rugi.
Tak berlangsung lama setelah surat diterima, sekelompok cyborg police dan petugas datang dan meninjau lokasi yang mereka maksud. “Benar, dengan bapak Jandika Putrawangsa. Kami dari petugas proyek transcube dan polisnet menginginkan agar bapak segera memberi petrsetujuan dan segera mengosongkan lahan ini.” pinta salah seorang petugas yang berbadan besar dan tegap. “Iya benar sekali dan terima kasih telah berkunjung lagi saya tidak akan meninggalkan lahan ini, meski dibayar sekalipun.” tegas pemuda sambil meneguk teh hangat buatannya. “Sekali lagi, kami akan bertindak dengan tegas terkait hal ini atau bapak akan kami bawa ke mahkama yang sangat jelas kemenangan ada ditangan kami.” ucap petugas tersebut dengan nada mengancam. “Bahkan kau kerahkan pasukan robotmu atau kekuasaan korupmu dan intimidasimu, aku tidak akan beranjak dari tempat ini.” tegas sang pemuda sambil menyalakan rokoknya dihadapan petugas dan polisnet baja yang tangguh. “Kalian boleh mendirikan jutaan transcube tapi tidak dilahan hijauku. Kalian pernah merenggut hal hijau lainnya dan mengubahnya menjadi perak. Kalian bahkan merampas kehidupan yang harusnya bernafas dengan oksigen dan menukar mereka dengan robot kacung yang otoriter. Sebelum kalian datang dan mengubah kota dan hutan kami, kalian sudah cukup menyiksa keseimbangan hidup saya bahkan saat ini kalian ingin mengambil lahan yang masih menjadi tempat para burung dan kupu-kupu untuk tetap hidup seolah setiap proyek yang kalian gagas tak membunuh atau memakan korban.” jelas sang pemuda dengan berair mata meratapi kisah dan kotanya. “Baiklah, untuk saat ini kami akan melemahkan diri sejenak namun saatnya tiba maka akan saya pastikan lahan ini akan lenyap.” tegas petugas tersebut sambil membentak meja.
Setelah berkomunikasi cukup alot dan bersitegang, para polisnet dan petugas tersebut meninggalkan kawasan hijau milik pemuda dengan kesal. Selain itu keberadaan polisnet dikawasan tersebut membuat rusak rumput-rumput dan bunga-bunga disana. “Seenaknya saja ingin ini dan itu seperti membalikan telapak tangan.” ujar pemuda melemparkan senyum tipis ke petugas yang menjauh. Menemukan kondisi rumput dan tanamannya berantakan, pemuda bersegera mengambilkan polybag baru dan menyiraminya. Berselang setelah petugas dan polisnet menghilang dari pandangan mata, sebuah dering telepon masuk terdengar. “Halo, Jan. Apa kabar nih? Gimana keadaanmu di Submerge?” tanya penelpon. “Aku baik dan hanya tanamanku yang tidak baik-baik saja. Lalu bagaimana dengamu di Newmerge, Gab?” jawab pemuda sambil menekuk wajahnya. Penelepon merupakan salah seorang konsultan keuangan kepercayaan sang pemuda saat masih berprofesi bahkan mereka cukup dekat. “Wah, kenapa?” tanya penelepon. Sang pemuda pun menceritakan secara keseluruhan kronologi lahan yang diinginkan pemerintah tersebut. Bahkan pemuda berbicara panjang lebar dengan Gabriella Widjaya terkait rencana kedepannya mengenai hubungan mereka, kehidupan di Newmerge dan lahan yang diinginkan pihak pemerintah.
Pembicaraan yang panjang yang dipenuhi curahan hati sang pemuda harus berakhir dikarenakan Gabriella harus berangkat bekerja di OpenEra, salah satu lembaga bursa efek yang bersinergi dengan proyek pembangunan transcube disetiap negara. “Apa aku harus meninggalkan kalian tanamanku, rumput-rumputku dan beringin tua? rasanya aku tidak sanggup melakukannya terlebih lagi kalian adalah teman kebahagiaanku saat aku terpuruk saat ini. Bahkan manusia di kehidupan lain enggan sepertiku, yang tinggal di Submerge, di rumah kecil dan sempit dan keributan akibat lalu lintas kendaraan diatas. Bagaimana menurut kalian?” ucap sang pemuda yang duduk memperhatikan kupu-kupu yang hinggap di bunga yang bermekaran. Sang pemuda merasa cukup tertekan apalagi setelah para petugas datang dan Gabriella berharap ia bisa pindah setelah menikah nanti ke Newmerge. Menanggapi hal yang dituturkan oleh Gabriella padanya, sang pemuda semakin terpojok saat harus meninggalkan Submerge setelah menikah nanti.
Senja pun datang saat hujan yang terasa asam jatuh ke Submerge. Hujan itu membasahi seluruh kota Submerge terkecuali rumah yang dibangun dibawah beton baja perkasa seperti rumah yang pemuda tersebut tinggali. Genangan air bercampur debu karat baja tampak mulai meninggi, akan sangat dikhawatirkan jika terus menunggi dan mengakibatkan banjir membuat tanaman dan lokasi sang pemuda akan terendam apalagi sistem perairan di Submerge sangat memperihatinkan terlebih lagi jika terjadi luapan air yang mungkin saja menenggelamkan Submerge. Setelah khawatir yang cukup, hujan pun berhenti dan genangan air perlahan menurun dengan segera pemuda tersebut menyirami rumput-rumput yang terendam sesaat yang lalu. Berbeda halnya di Newmerge, Gabriella tidak takut kehujanan ataupun basah dikarenakan setiap jalan telah dilindungi semacam kapsul yang phobia terhadap air sehingga minim terkena hujan secara langsung. “Ayah dan Ibu perlu tahu hal ini, apalagi sudah hampir tiga bulan lebih aku tak berkunjung ke Newmerge.” pikir sang pemuda sambil menyirami rumput-rumput kesayangannya.
Malam harinya setelah genangan air benar-benar mengering, sang pemuda menuju ke transcube untuk menemui orangtuanya. “Ini kali kedua aku menggunakan alat ini bahkan masih terasa sangat asing hingga saat ini.” ucap pemuda itu dan melangkahkan kaki ke transcube. Transcube itu sendiri sangatlah mudah dalam menggunakannya, hanya dengan menempelkan kartu identitas maka biaya transportasi akan terakumulasi dalam rekening pembayaran bulanan pengguna. Hanya membutuhkan sekitar lima belas menit untuk sampai ke Newmerge yang tingginya ratusan mil dari Submerge. Transcube akan mengantar pengguna ke alamat yang dituju setelah merekam ucapan pengguna. Sebuah teknologi yang mutakhir bahkan nyaris sempurna membuat pengguna merasa nyaman dan aman.
Setibanya tepat di gerbang rumah orangtuanya, pemuda terkesima melihat berbagai keindahan yang ditunjukan didepan matanya perihal kemegahan dan keindahan kota Newmerge. Kecepatan, Keteraturan, Kedisiplinan, Keharmonisan dan terang benderang sangat jelas ditunjukan kota tersebut pada sang pemuda. Setelah memasuki gerbang rumah sebuah pemandangan yang berbeda dengan di Submerge, tanaman atau pohon di kota ini terlihat kaku bahkan terbuat dari bahan sintetik sehingga tidak terpengaruh oleh keadaan alam. “Akhirnya, anak ayah datang. Bagaimana keadaan Melati dan Mawar? Mereka masih terawatt di polybag-nya kan?” ucap ayah sang pemuda sambil memeluknya. “Ibumu dan Gabriella ada didalam menyiapkan makan malam. Mereka menantikan kedatanganmu sedari tadi.” ucap ayahnya sembari menuntun putranya masuk menemui ibunya dan Gabriella. “Jadi enak nih, Yah. Datang langsung dihidangin makanan.” ucap pemuda sambil menyalami orang tuanya. “Kenapa harus begitu, anak ayah selalu saja ayah tunggu kedatangannya. Terlebih lagi saat Gabriella bilang kalo kalian ma uke jenjang yang lebih serius.” ucap ayahnya sambil tertawa dan mempersilahkan sang pemuda. Makan malam yang nikmat dengan obrolan pernikahan sang pemuda dan Gabriella disambut baik pula oleh keluarga besar Gabriella yang menetap di Wina, Austria. Pembicaraan tersebut juga dibumbui dengan rencana kebangkitan bisnis sang pemuda, kali ini ia merencanakan untuk merelokasi kawasan hijau di space yang kosong di Submerge untuk dijadikan kawasan minat bakat yang asri. Orangtua sang pemuda pun menanggapi hal tersebut dengan semangat apalagi ia mengenal putranya adalah salah seorang pebisnis handal dahulu kala. Setelah perbicangan usai dan ketetapan hari sangat baik itu, sang pemuda berpamitan untuk kembali ke Submerge dan merealisasikan rencana yang ia bicarakan.
Tiga hari berlalu, para petugas dan polisnet kembali datang dan ingin bermusyawarah. Kali ini mereka datang dengan pasukan dalam jumlah yang besar. Mereka datang terkait agresi yang pemuda lakukan dalam memanfaatkan ruang kosong di Submerge. “Tahan!!! jangan sampai kalian masuk dan merusak tanaman dihadapan kalian. Biarkan saya bergerak kearah kalian.” teriak sang pemuda dari depan pintu rumahnya. Sang pemuda pun perlahan bergerak menuju para petugas dan polisnet. “Saya pernah berkata saat saya datang lagi maka anda harus mengosongkan wilayah ini dan ternyata anda bahkan tak mengosongkannya melainkan menggunakan ruangan kosong lainnya di Submerge ini. Tempat yang kosong tersebut adalah milik pemerintah titik.” tegas sang petugas sambil menunjuk-nunjuk wajah sang pemuda. “Ampun beribu ampun, maaf beribu maaf. Tapi tidak ada bukti konkrit untuk kepemilikan lahan kosong tersebut oleh pemerintah. Bahkan, saya berani dan mampu memenangkan terkait lahan-lahan yang dimaksud apalagi saya juga telah berkesepakatan dengan para pemilik lahan untuk menggunakan lahan tersebut guna mempertahankan bukti fisik lahan mereka.” jelas sang pemuda. “Tapi…” sela petugas yang bertubuh besar sambil membuka koper yang berisikan uang yang sangat banyak, bahkan jika diakumulasikan uang tersebut mampu menghidupi sang pemuda dan Gabriella dalam dua dekade mendatang. Namun sang pemuda masih bersikeras untuk tidak menerima dan mengosongkan lahan terutama lahan yang ia tinggali kini. Ternyata sebuah keajaiban datang disaat yang tepat, Koordinator Kementerian Pembangunan Umum atau Koordinator Imperatif menyerahkan surat pembebasan lahan yang tertanda tangan oleh pemerintah bahkan pihak pemerintah ikut mendukung pemanfaatan ruang kosong menjadi lokasi hijau minat bakat dan akan dipromosikan di Newmerge sebagai lokasi Ecotrip. Sang pemuda merasa sangat bahagia dan tidak menyangka kehidupan rumput dan tanamannya akan terus berlanjut.
Beberapa jam kemudian setelah petugas proyek dan coordinator imperative pergi, sang pemuda segera memberitahu kepada kedua orangtuanya terkait momen bahagia ini. Selain itu, ia juga mengungkapkan ribuan terima kasihnya kepada Gabriella atas usahanya melemahkan dan meyakinkan pihak pemerintah untuk pembebasan lahan yang telah mereka klaim. “Sebenarnya aku adalah orang yang sangat percaya pada potensimu Jan. Terkhususnya rencana matangmu terkait pemanfaatan lahan yang terbengkalai dan ruang kosong untuk dijadikan kawasan ekowisata juga minat bakat, hal itu seperti meberikan peluang untuk kembali hidup peradaban di Submerge. Apalagi ini terkait juga pada anak-anak yang mungkin saja akan terasa memuakan bagi mereka yang harus dipertemukan setiap harinya dengan tanaman sintetik yang kaku. Selain itu ada hal lain yang melatarbelakangi semua itu yang nanti setelah menikah akan kuceritakan.” jelas Gabriella. Sang pemuda pun terharu mendengar penjelasan Gabriella terlebih lagi saat kepentingan generasi penerus dan orang banyak diperhitungkan disini membuat sang pemuda merasa sangat bangga telah memiliki dan memilih orang seperti Gabriella.
Proses pembangunan kawasan hijau pun segera berlanjut setelah beberapa fasilitas pembangunan dari pemerintah datang dan memberikan angin segar bagi pekerja lainnya. Pembangunan transcube pun semakin diperluas bahkan sebuah transportasi baru diperkenalkan pemerintah yakni PlaneNet yang akan menjadi navigator bagi para pengunjung ekowisata setiap harinya.
Hampir dua bulan lebih pembangunan berjalan hingga rampung. Begitupun proses bahagia antara Gabriella dan sang pemuda sudah didepan mata. “Gabe, besok itu hari yang special bagi aku. Pertama adalah hari pengikatan antara akau dan kamu, kedua adalah peresmian kawasan hijau minat bakat. Aku yakin banget Submerge akan kembali hidup seperti dahulu kala. Ternyata ucapanmu dulu benar, aku hanya butuh untuk beradaptasi dan berkolaborasi. Terima kasih untuk semuanya.” ucap sang pemuda melalui sambungan telepon. “Yang pantas berterima kasih itu adalah aku. Berkat setiap keyakinanmu, aku pun ikut yakin bahwa semua jalan yang kau pilih adalah benar dan semua rencana yang kau bicarakan adalah nyata. Yang paling hebat itu adalah ketika kau yakin bahwa aku adalah pilihan tepatmu.” balas Gabriella dengan penuh haru. Mereka saling memuji satu sama lain hingga pembicaraan usai.
Keesokan harinya.
“Hari bahagia, hari suka cita, hari duka lara telah bersatu di altar pernikahan antara Jandika Putrawangsa dan Gabriella Widjaya telah dinyatakan resmi. Berikut dengan taman hijau mianat bakat yang juga dinyatakan resmi dibuka. Terhitung pada tanggal 24 Oktober 3287 hingga akhir hayat kedua pasangan mempelai dan kawasan hijau akan ditetapkan sebagai hari libur special di Newmerge dan Submerge.” ucap MC saat peresmian kawasan hijau dan pemasangan cincin pernikahan. “Terima kasih Gabe.” bisik sang pemuda hingga membuat Gabriella menitikan air mata di hari bahagianya. Tepat setelah pernikahan para pengunjung berdayangan menikmati kawsan hijau yang beberapa jam yang lalu resmi dibuka. Hal itu juga diikuti dengan diperkenalkannya transportasi baru yang lebih ramah lingkungan yakni PlaneNet dan Netblast yang akan menjadi navigator sekaligus guider mengelilingi Submerge.
Kehidupan yang semula hampir punah di Submerge berangsur kembali pulih seperti sebelumnya, terlebih lagi banyak warga yang semula pergi menuju Newmerge kini kembali ke Submerge menjalani kehidupanya sebagai manusia normal. Keberadaan beberapa robot pembantu dan pengawas juga disediakan di Submerge terlebih untuk kawasan yang rawan banjir dan banyak genangan air. “Terima kasih, rumput-rumputku, tanamanku, bunga-bungaku dan pohon beringin tua karena telah menemaniku dan meberikan support saat aku terpuruk. Kini kalian tidak akan pernah bosan lagi hanya melihat aku terus menerus. Kini ada Gabriella dan pengunjung lainnya yang akan terus berdatangan melihat ketangguhan kalian menghadapi era beton-beton berlapis baja. Terima kasih.” ucap sang pemuda menegadah ke pohon beringin tua dan kupu-kupu yang berterbangan.