Masukan nama pengguna
Sebuah percakapan terjadi antara dua orang random.
“Kak, kenapa kita harus ngerti tentang mindfulness?” tanya Linda dengan sumringah.
“Dari perspektif gua ya, belajar mindfulness itu untuk ngebantu elu dan mental pikiran elu biar ga ribet.” jawab Yoshi. Yoshi adalah teman online Linda di salah satu aplikasi chat, ia merupakan keturunan Jepang Indonesia. Ayahnya dari Bangka Belitung dan ibunya dari Fukouka, Jepang. Yoshi dan Linda baru berkenalan beberapa menit yang lalu. Pembicaraan mereka terjadi karena sebuah isu remaja yang rentan terhadap bunuh diri.
“Oh, tapi dari beberapa sumber banyak yang bilang mindfulness ini sangat berpengaruh dengan tindakan dan keputusan seseorang.” terang Linda.
“Iya bener sih, tapi aku gak tertarik untuk belajar mindfulness. Aku tertarik dengan orang yang mempelajari mindfulness kayak kamu gitu.” ucap Yoshi sembari menggoda Linda.
“You know what? You’re stranger in my head and I am stranger girl too. So, throw your thinking out about us.” ucap Linda dengan nada sedikit kesal.
“Wow, take it easy. It only jokes for breaking this ice.” seru Yoshi seolah tersadar kalau Linda adalah sosok yang mudah terdistraksi dan rapuh. Tak lama kemudian setelah kondisi pembicaraan kembali kondusif, panggilan pun berakhir.
Malam itu Yoshi sedang mengerjakan part akhir komiknya di Webtoon hingga ia tak begitu perduli dengan beberapa panggilan masuk di handphonenya. Komik itu Yoshi persembahkan untuk para penggemarnya yang sudah setia hingga akhir cerita bahkan memberikan banyak ide kepada Yoshi. Selain itu, komik tersebut diharapkan menjadi batu loncatan untuk Yoshi demi berkarir dibidang desain.
Yoshi saat ini sedang menempuh pendidikan di UPH dan butuh dua semester lagi untuk melanjutkan mimpinya di Monash University. Lewat hobi dan kegemarannya terhadap karakter yang ada di komik sehingga ia menekuni dunia desain dan perkomikan di Indonesia.
Setelah menyelesaikan komiknya dengan sentuhan terakhirnya yang badass, sebuah message di Whatsapp masuk.
“Assalamu’alaykum, Iyo. Gimana kabarnya di Jakarta? Ibu dan ayah nunggu nih kapan Iyo bisa muncul lagi di banner UNICEF. Ibu dan ayah bangga banget, apalagi kakak kamu, Mentari. Kata kak Tari, dia sering ngebaca dan jadi penggemar berat komik kamu lho Iyo bahkan ayah pernah bilang jangan ganggu adikmu dulu terkait kegemarannya itu. Jadi kak tari itu mau ketemu sama Iyo tapi di Jepang. Iyo gimana? mau lanjut master di Jepang atau tetap di MU?” tulis ibu Yosahi.
“Wah, alhamdulillah Yah, Bu. Iyo disini sehat. Tapi sekarang Iyo sibuk dengan tugas akhir Iyo, doain ya bu, yah. Iyo jadi semakin semangat nih pas denger kalau kak Tari penggemar berat komik Iyo. Iyo belum tahu bu, tapi Iyo kesemsem banget nih sama Monash University, ibu dan ayah dukung Iyo ya. Apalagi tahun depan Iyo mau nyoba scholarship.” balas Yoshi.
“Iya pasti Ayah dan Ibu mendukung Yoshi. Tapi jangan lupa sholat tahadjud nya ya. Semoga di lancarin. Satu lagi, kak Tari pengen Iyo nelpon ke Jepang, kak Tari mau ngobrol banyak dengan Iyo.” tulis Ibu Yoshi.
“Iya deh. Makasih ya bu. Ayah juga jaga Kesehatan jangan terlalu kerjanya, ibu juga jangan capek-capek di kantor.” tulis Yoshi.
Mentari Saraswati adalah kakak tiri Yoshi dari pernikahan ayahnya sebelumnya. Saat ini ia sedang melanjutkan studi doctoral-nya di Jepang. Yoshi dan Mentari dibatasi oleh ayahnya dalam berkomunikasi sehingga perlu izin ayahnya untuk berbicara atau berkirim pesan dengan Yoshi.
Malam pun usai dan pagi yang cerah sudah dimulai, Yoshi dengan langkah terburu-buru meninggalkan kostan dan segera melaju ke halte bus sperti biasanya.
“Wah, dapet projek baru lagi nih Yo?” tanya Tommy, teman seangkatannya semasa sekolah dulu.
“Nggak Tom, cuma pengen cepet aja. Kalo bisa seperti Flash. Soalnya mau ketemu bu Kartika nih, kan lu tau karakternya gimana.” jawab Yoshi dengan langkah gontai menaiki bus yang ia tunggu-tunggu.
“By the way, kapan nih bisa ngerjain projek bareng sama Tian, Gino, Fiska, dan Julio? Akhir tahun ini ada kompetisi robotik nih Yo. Lumayan lho buat nambah-nambah di CV sebelum wisuda.” ucap Tommy sambil menawarkan projek akhir tahun yang ia nantikan.
“Ehmmm, akhir tahun ya. Boleh deh, tapikan robotik Tom. Gua nggak ngerti sama materialnya.” ucap Yoshi setelah berpikir panjang mengenai projek tersebut.
“Nah, gini Yo. Aku, Fiska, Tian, Julio, sama Gino yang ngurusin itu. Elu cuma ngedesain bentuk dan penampilannya aja. Gimana?” tanya Tommy.
“Okeh deh, kabarin gua kalo projeknya sama deal-dealan nya udah mateng.” ucap Yoshi sembari turun dari bus meninggalkan Tommy.
Beberapa menit kemudian setelah bertemu dan berkonsultasi mengenai tugas akhirnya Yoshi pun bergegas menuju perpustakaan. Sambil menunggu proses upload final episode komiknya, sebuah pesan dari Linda di aplikasi chat group mengapung di screen handphone-nya.
“Thanks ya, udah ngirimin referensi buku tentang self-improvement. Terus, kapan-kapan kitab isa ngobrol lagi nggak?” tulis Linda.
Yoshi hanya membaca pesan tersebut. Ia akan membalas pesan tersebut setelah proses upload komiknya selesai. Hampir 20 menit berlalu, Final episode komik pun terupload dan siap di nikmati oleh para penggemarnya. Hanya berselang beberapa menit, ratusan ribu views dan comments masuk. Bahkan para penggemar yang fanatik mengirimkan pesan ke Whatsapp Yoshi tentang lanjutan komiknya.
“Bisa. Kapan aja, asal aku dan kmau nggak sibuk.” tulis Yoshi dan mengirimkannya ke Linda.
“Lama banget balasnya, aku ngerasa di kacangin pas ngirim itu. Ada rasa kesal dan nyesel.” balas Linda.
“Yah, maaf. Aku lagi nulis dan mikir mau bilang apa ke kamu, wahai stranger girl.” tulis Yoshi.
“Lah, si Jenius kok bingung. Cuma bales yes or no doang aja mikirnya berabad-abad.” tulis Linda menggoda Yoshi.
Setelah merefresh halaman webtoon-nya Yoshi pun menutup jendela dan meninggalkan chat group. Ia segera ke kantin dan bertemu duo kembar Chika dan Chiko. Mereka adalah partner yang ngebantu Yoshi dalam menekuni dunia per-webtoon-an. Chika dan Chiko jarang muncul di kampus, soalnya mereka sering terlibat dalam kegiatan volunteer di luar daerah. Bahkan terakhir ini mereka baru saja menyelesaikan pengabdian di Tidore.
Selepas ini, Chika dan Chiko akan resmi menjadi alumni UPH. Hampir 14 semester mereka habiskan di UPH dan hanya 6 semester yang terhitung sebagai mahasiswa umumnya. Selebihnya mereka berada di luar daerah melakukan kuliah kehidupan. Chika kemungkinan besar akan melanjutkan studinya di Berlin, solanya ia sudah dapat LoA (Letter of Acceptance) dan Chiko akan berangkat ke Mali, dua hari setelah wisudanya untuk tugas volunteer UNICEF.
“Wah, calon wisudawan dan wisudawati. Gimana nih kabar kalian dan projeknya?” sapa Yoshi sumringah.
“Puji tuhan, Men. Gua ama Chika bakalan pisah dulu. Bokap ama nyokap udah packing buat pindah ke Jerman bareng Chika. Nah, gua juga berangkat tapi ke Mali, agenda UNICEF. Elu makan apa?” ucap Chiko sambil menulis pesanan.
“Sekeluarga nih pindah. Bakso sama Tebot aja men. Wah Chika bakalan jadi warga negara Jerman nih. Bakalan lupa nih entar ama eksotisnya Indonesia.” jawab Yoshi.
“Apaan sih, Yo. Indonesia bakalan jadi the best milestone gua, Yo. Alamnya, penduduknya, adatnya, budayanya banyak deh. Elu jangan sampe ngelupain gua yang pernah hampir jadi pacar elu.” terang Chika meledek Yoshi.
“Wah, apaan nih Ko, masa Chika bawa-bawa memori masa lalu. Malah suaranya lantang lagi, gua jadi malu nih.” Ucap Yoshi sambil merangkul pundak Chiko. Chika adalah perempuan yang hampir menjadi orang yang special di kehidupan Yoshi namun memudar saat kedatangan pesaing baru, Alvin di kegiatan volunteernya 3 tahun yang lalu. Bahkan Chika udah bilang “iya” kepada Yoshi namun tetap saja keberadaan seseorang yang nyata mengalahkan online person. Hingga akhirnya, Chika berterus terang dan juga karena nasihat dari Chiko yang tak ingin merusak hubungan persahabatan yang abadi ini hanya sekedar soal percintaan. Oleh sebab itu, Chika tak sungkan mengatakan apapun kepada Yoshi, karena mereka bertiga telah bersahabat lama sedari awal masuk kampus.
“Iya, kan kita ga tahu Yo, kali aja elu berjodoh ama kakak gua.” ucap Chiko sambil tertawa.
Pertemuan yang sangat dinantikan oleh mereka bertiga hingga membuat rindu satu sama lain. Terutama bercanda dan saling meledek masa lalu. Chiko dan Chika juga pernah berseteru dengan Yoshi terkait masalah visi misi keorganisasian, namun yah hanya sebatas perdebatan sesaat setelahnya mereka kembali tertawa dan bercanda seperti biasanya.
“Eh, Yo. Ayah sama Ibu ngundang elu sama temen-temen fake elu datang ke farewell lusa Yo. Jangan lupa bawa pasangan lu, jangan datang dengan kejombloan.” pinta Chika.
“Enak nih. Aduh gua harus gimana ya? Apa gua pake aplikasi Michat aja kali buat nunjukin ke elu klo gua gak jumblo ngenes.” ucap Yoshi tertawa.
“Terserah elu. Yang jelas gua mau liat, elu bawa pasangan.” ucap chika gemas.
“Lah gimana sih Ko, si Chika harus bawa juga dong pasangannya.” Yoshi menggoda Chiko.
“Entar gua certain ke elu tentang Chika ama si Alvin. Sad ending banget Men.” ucap Chiko meledek kakaknya.
“Apaan sih, Ko. Ga lucu tau.” seru Chika dengan sedikit kesal.
Setelah cukup lama bercengkrama dengan Chika Chiko, mereka pun bubar dan kembali ke setelan awal. Sedangkan Yoshi pun bergerak menuju ke kantor percetakan untuk menanyakan perihal syarat penerbitan buku pribadi. Setelah selesai dengan pergumulan dengan percetakan, Yoshi kembali ke kostan melanjutkan misinya mencari inspirasi untuk komik season 2 nya.
Ba’da Ashar, iseng-iseng Yoshi membuka chat group dan melakukan panggilan ke random people seluruh dunia. Namun hanya menemukan banyak skip dan skip. Lalu, tiba-tiba saja Linda melakukan panggilan. Yoshi pun menolak panggilan tersebut, dan Linda melakukan panggilan yang kedua kalinya dan lagi Yoshi menolak.
“Angkat dong, kok takut sih ama aku.” tulis Linda di kolom chat. Lalu beberapa detik kemudian, Linda memanggil kembali.
“Yah, elu lagi. Gua mah berharap yang lain.” ucap Yoshi sambil meledek linda yang berulang kali menelponnya.
“Yaudah, aku matiin nih. Yakin?” ucap Linda seolah mengacaukan pikiran Yoshi,
“Not sure. Tapi ya udah deh, ga ada ikan nemo hiu pun boleh juga.” ucap Yoshi kembali meledek Linda,
“Woi, kau manusia online. Emang aku seperti hiu. Tega banget sih, bikin bad mood aja.” seru Linda dengan nada kesal tingkat supreme.
“Enggak, kamu itu comel, lucu, menyenangkan seperti Kisame.” ucap Yoshi,
“Ah sama aja dong, awalnya membahagiakan eh endingnya di hempaskan. Dasar manusia onlie sekaligus stranger aneh.” terang Linda semakin kesal,
“Ora Opo-opo, kau bilang aku aneh. Tapi aku yang paling ngangenin kan, jujur deh lu?” goda Yoshi sambil membalas pesan dari penggemarnya,
“Kalo yang itu B aja sih.” ucap Linda dan mematikan panggilan tersebut. Yoshi pun tertawa terbahak-bahak dan mengirmkan pesan ke Linda “Cie, si stranger girl, thought by heart. Bisa nih kita jadian dalam tempo sesingkat-singkatnya?” sambil memberikan emot kiss.
“Ngimpi lu.” tulis Linda dengan emot marah.
“Aku sebenarnya mau cerita, eh elu kayak pigmudder, kan gua gak mood lagi.” sambung Linda di kolom chat.
“Yah udah nelpon aja lagi, aku nyoba serius setidak mampunya aku.” balas Yoshi.
“aku nelpon ya…” Linda pun segera melakukan panggilan.
“Halo, dengan saya biro pendengar yang baik. Dengan siapa dan dimana, jangan lupa paswordnya?” ucap Yoshi meledek Linda.
“Hmmmmmmmmmmmmm, serius lah. Gini, aku kan tinggal di Bali, tepatnya di Ubud. Terus aku kan agama Hindu, kira-kira menurut elu kalo aku mau bantu nasihatin temen aku yang muslim pake cara umat Hindu, boleh nggak?” tanya Linda.
“Boleh sih asal dianya ga kedistrak lebih, itu aja.” jawab Yoshi.
Mereka pun bercerita panjang lebar dan bertukar pendapat mengenai pemahaman seseorang dalam beragama. Topik ini sangat berbahaya namun Yoshi mencoba menghidupkan toleransi di tengah pembicaraan. Linda pun tidak segan memberikan pertanyaan tentang memahami karakter seseorang. Kebetulan topik tersebut sangat disukai Yoshi dan Linda.
Cerita tentang temanya Linda pun membuka pemikiran-pemikiran tentang bagaimana cara menangapi pasangan yang berkeinginan berhubungan badan dengan pasangannya. Bahkan Linda dan Yoshi bertukar cerita tentang masa lalu yang berat terkait percintaan. Sesekali Linda menangis mendengar kisah yang Yoshi ceritakan. Selain itu Linda juga ternyata merupakan sosok penyayang dan susah move on.
Hari dimana Chika dan Choki melepas masa perkuliahan tiba, Yoshi, Tommy, Tian dan Julio datang memberikan ucapan dan terima kasih atas bimbingan selama perkuliahan. Di sisi lain ternyata, Alvin datang juga memberikan ucapan selamat kepada Chika.
“Hello, Men. Kenalin gua Yoshida Khairul Akhmad.” ucap Yoshi sambil mengulurkan tangan.
“Eleh, sok gentleman banget lu, Yo. Padahal hatinya berantakan banget tuh ngeliat Alvin.” ucap Chika meledek Yoshi.
“Wah, Ko. Belain gua dong, kebangetan banget nih Chika. Merusak reputasi gua di depan doi-nya.” pinta Yoshi yang berharap mendapat pembelaan yang nyata dari Chiko.
“Wah gimana ya?” ucap Chiko bingung.
Pertemuan yang tak terduga tersebut menjadi momen yang berarti bagi Chika dan Yoshi. Alvin, alumni Hukum UI yang pernah bersama selama 2 tahun menjalin hubungan dengan Chika kembali hadir. Bahkan kali ini Chika terlihat sangat bahagia dikelilingi orang-orang tercinta selain ayah, ibu dan adik kembarnya.
“Eh, Yoshi. Gimana Chika udah bilang belum kalo om dan tante ngundang nak Yoshi ke farewell party entar malam.” ucap om Ferdi, ayah Chika dan Chiko.
“Udah om, insya’allah saya datang om. Masa Chika ngasih syarat harus bawa pasangan sih om.” ucap Yoshi memelas.
“Wah, kalo yang itu diluar kendali om ya. Tapi kalo om jadi kamu, om pasti bakal buktiin tuh ke Chika.” ucap om Ferdi sedikit meledek Yoshi.
“Tuh, dengerin Yo. Makanya pacarana bukan online-an mulu. Cewek gaib dipercaya.” ledek Chika sambil bersembunyi dibalik badan Tante Riska, mama-nya Chika.
“Aduh, maafin Chika ya Yo. Dia mah kalo ada orang yang deket seperti keluarga dia suka jahil.” ucap tante Riska.
Suasana bak sebuah keluarga terlihat dan terasa disana bahkan teman Yoshi, Julio menyebut kalo Yoshi seperti bagian keluarga dari Chika dan Chiko. Sesaat setelah sesi foto bareng, Chika berangsur pergi bersama Alvin ke Fotografer lainnya untuk berfoto. Baru saja hendak mengambil gambar yang kedua Yoshi menegur mereka.
“ehhemm…ehemm… wah, jangan gituin Chika gua dong, elu siapanya?” ucap Yoshi yang kelihatan sedikit jealous.
“Idih…cemburu nih ye. Emangnya elu siapanya aku?” tanya Chika melempar senyum tipis ke Yoshi.
“Aku… aku…kita sahabat kan.” jawab Yoshi terbata-bata.
“Oooo, sahabat ya. Aku kira aku bakalan bisa LDR tahun ini. Ternyata aku cuma mimpi, aduh…sadar dong Chika,” ucap Chika memalingkan wajahknya kearah Alvin.
“Kebangetan sih elu. Kalo Chika udah kayak gini itu tandanya dia beneran in love brutal ama elu.” sambung Alvin dengan nada tinggi,
“Opppss… santai sob. Disini hari baik gua ama Chika, masa elu gak respect ama gua sih Yo,” ucap Chiko menengahi percakapan yang hampir keruh.
“Oke, oke, maafin gua Ko, Chik. Gua ke Lobby duluan.” Yoshi meninggalkan kerumunan dan menunggu Chiko dan Chika di lobby.
Setelah beberapa jam kemudian, Chika muncul dan menepuk pundak Yoshi sambil memberikan selempangnya.
“Yah, ketahuan juga kan. Makasih ya udah nyimpan aku lama banget dan ngejaga itu. Tapi tidak hari ini, Yo. Kamu ketahuan, kamu kecolongan. Tapi berkat itu aku tahu ternyata sahabat kemoceng aku ini adalah orang yang setia banget. Apa karena itu ya, elu gak pacaran Yo?” terang Chika terisak sambil menyenderkan kepalanya di bahu Yoshi.
“Yah, apaan sih Chik. Aku gak enak ama Chiko kalo elu kayak gini ama aku.” ucap Yoshi dan memberikan tissue.
“Ngasih tissue aja nih, masa ga di lap-in. Then, yakin nih karena Chiko? Tapi Chiko mah udah cerita semuanya tentang elu ke aku. Dari pas aku jujur tentang hubungan aku ama Alvin sampe pas aku dapet LoA dari universitas di Berlin. By the way, makasih ya Yo. Dan lagi gimana dengan ucapan aku yang tadi? Kita itu sama Yo, sulit jujur satu sama lain tapi tadi aku coba ngeberaniin diri buat speak meski aku takut banget elu bakalan illfeel ama aku. Gimana Yo?” jelas Chika sambil menyeka air matanya.
“Hufffttt…gimana ya? Aku harus nanya dulu deh ama Chiko, gimana-gimananya.” Yoshi bingung dengan pressure yang tiba-tiba dari Chika.
“Udah, Chiko pasti bilang “It’s okay, but save her for anything which makes her sad and cry.” gitu,” ucap Chika menirukan gaya bahasa Chiko.
“Nice…Nice…sister. Chik, emang elu bisa kuat LDR-an?” tanya Yoshi.
“Eh…eh,,, sepele kali lah. Elu aja mampu bertahan dengan rasa yang elu pendam bertahun-tahun. Gua juga gitu, Pacaran ama Alvin tapi pikiran aku ke elu mulu. Gimana elu pas gua jadi volunteer, sebenarnya gua pengen tahu tapi gua ngerti gua udah nge-dis elu dulu. Kata Chiko, elu itu sosok pejuang yang Tangguh bukan hanya soal percintaan tapi juga dalam berkarier. Buktinya webtoon mu laris terkenal. Aku gak pernah expect kalo elu itu marvelous.” ucap Chika sambil menggenggam tangan Yoshi.
“Udah, iyain aja Yo. Capek gua nguping mulu. Kakak gua adalah salah satu fans berat webtoon lu.” ucap Chiko yang tiba-tiba muncul dari balik dinding.
“Wah, aliansi nih. Tapi mau gimana gua kalah suara. Jadi gua sih YES,” ucap Yoshi memandang Chiko yang tiba-tiba hadir tanpa perundangan.
“Yeeeee, kabar baik nih. Per 20 April 2020 telah diresmikan hubungan persahabatan menjadi cinta Chika dan Yoshi, semoga mereka berdua saling bertumbuh dan sukses setiap bidangnya,” teriak Chiko hingga mengagetkan para wisudawan dan wisudawati yang berfoto.
“Ko, elu parah banget.” sela Chika menepuk pundak adiknya.
Semua orang bersuka cita hari itu terutama Chika dan Yoshi. Selain itu Alvin yang datang juga ternyata datang bersama tunangannya yang sedang memberikan ucapan selamat kepada sepupunya ditempat pemotretan lain. Alvin ternyata telah mengetahui tentang Chika dan Yoshi sejak lama. Bahkan hubungan mereka yang dilalui selama dua tahun itu hanya berisikan curahan hati Chika tentang Yoshi. Alvin yang mengetahui itu, mengutarakan isi hatinya dan memutuskan hubungannya meski sudah bersama selama dua tahun. Chiko selaku adik pun hanya menunggu momen tepat untuk bicara dengan Yoshi terkait kakaknya yang in love brutal dengan Yoshi.
Malam pun tiba dan Farewel party untuk Chika dan Chiko pun berlangsung, para tetamu yang didominasi para alumnus dan alumni UPH dan universitas lain hadir memberikan special thanks untuk mereka berdua selama berproses di kampus. Namun, Yoshi masih di perjalanan menemukan titik terang untuk kemacetan parah yang dialaminya. Sudah hampir satu jam lebih Yoshi dan PentaTech Boys (Tommy, Julio, Tian, Gino, dan Fiska) masih di jalan.
“Sumpah dah, rusuh banget coy pake mobil. Serius dah kayak siput.” ucap Fiska yang sedikit emosi dengan kondisi macet parah tersebut.
“Udah men, mending elu download Hello App, kali aja elu dapet ciway menohok yang bisa diandelin.” ucap Gino yang tengah menggunakan aplikasi tersebut.
“Elu, main juga Gin. Parah sih, gua juga main coy. Malahan gua nemu ciway aneh dari tu app.” ucap Yoshi sambil membuka aplikasinya.
Belum sempat berbicara banyak, Linda menelpon dan mengirimi beberapa pesan singkat.
“Wait… wait… ah nih dia orangnya,” Yoshi menunjukan Linda.
“Wah, enak lu Yo. Tapi hati-hati, inget Chika. Terus kemarin temen gua konflik ama doi-nya Cuma karena app ini. Gua harap elu gak seperti beliau ya Yo.” ucap Gino memperingatkan Yoshi.
“Sip, thanks coy buat notice nya.” ucap Yoshi.
“Itu panggilan ga lu jawab Yo?” sambung Tommy.
“Hallo, Hei. How’s life?” sapa Yoshi pada Linda.
“Are you busy now?” tanya Linda.
“No, I amn’t. Why?” jawab Yoshi.
“Ngeri…ngeri, bahasa Inggris nih.” sela Julio.
“I heard someone talks with you. Really, You aren’t busy!” seru Linda dengan nada tinggi. PentaTech Boys cekikikan mendengar suara Linda yang meninggi tiba-tiba.
“Mati lu, Yo.” ucap Tommy. Linda pun menhentikan pembicaraannya dan mengirim teks “kalo sibuk bilang, jangan nggak…nggak…kan ribet jadinya. aku jadi badmood gara-gara lu.” Yoshi yang membaca pesan tersebut tertawa terbahak-bahak menanggapi pesan tersebut.
Kemecetan pun teleraikan dan mobil yang dikendarai Yoshi melaju bukan kepalang. Setibanya di kediaman Chiko, tetamu sudah tumpah ruah. Ternyata Chika menunggu kedatangan Yoshi di pintu depan yang mengenakan gaun yang menawan bahkan Chika terlihat Anggun dan berbeda dari looks nya kalo di kampus.
“Wah, nunggu siapa nih. Kok beda banget sih?” ucap Fiska yang dulunya teman satu jurusan dengan Chika.
“Ape lo?. Masuk gih. Mantan lu tuh ada di dalam lagi BBQ-an bareng Valdo. Mana pacar gua?” Chika menjawab dengan tegas kearah Fiska sambil mencari-cari Yoshi.
“Woi, Chik. Kok elu cantik banget, busyeet. Kapan lu pintar dandannya.” sambung Yoshi meledek Chika yang berbeda.
“Wah, ini nih. dah elu-elu masuk tinggalin gua ama pacar gua disini.” ucap Chika dan menyuruh pentatech masuk lebih dulu.
“Yaelah, gitu amat non.” pungkas Tommy dan pentatech lainnya kabur.
Chika dan Yoshi pun bercengkrama sambil menunggu malam puncak untuk farewell Chika-Chiko.
“Sumpah gua ga expect kalo elu bisa dandan, terus malah beda banget lagi. By the way Chik, elu sejak kapan sih belajar feminism gini?” tanya Yoshi.
“Eh… eh.., Chik… Chik…aja terus. Validasi udah masih kayak sahabatan aja. Chik… chik… panggil aku sayang dong, gimana sih?” potong Chika.
“Yah, maafin dong, kan aku jomblo dulunya. Ya mana ku tahu sayang-sayangan.” ucap Yoshi.
Perbicangan semakin terasa semakin mendalam mendekati malam puncak farewell party. Chiko pun memanggil Chika untuk kembali ke dalam kerumunan dan menikmati kebersamaan. Para tetamu menyampaikan support dan unek-uneknya selama bekerja bersama Chika sebagai tim. Yoshi dan Pentatech juga menyampaikan unek-uneknya apalagi orang-orang mengenal Yoshi adalah partner hebat bagi Chika dan Chiko, terlebih saat pengabdian. Chika sering bercerita ke tiap tim saat malam di perkumpulan tentang sahabatnya, Yoshi. Selain alumnus, ada juga tetamu dari kerabat dan rekan kerja om Ferdi dan tante Riska yang turut hadir memberikan support kepada om Ferdi dan keluarga yang akan pindah ke Jerman. Ternyata kepindahan Chika ke Jerman juga ditenggarai oleh pindah lokasi kerja om Ferdi ke Jerman sehingga membuat mereka harus meninggalkan tanah air bersama-sama. Om Ferdi dan Tante Riska juga menyampaikan permohonan maafnya dan berpamitan kepada kolega dan teman-teman Chika-Chiko.
“Terkhususnya untuk Yoshi. Terima kasih sudah sejauh ini menyimpan perasaan pada Chika bahkan saat berhadapan dengan Chika nak Yoshi tak terekspos kalau nak Yoshi punya perasaan dengan Chika. Om juga baru tahu setelah Chiko bercerita tentang nak Yoshi juga Chika setelah sesi pemotretan usai.” ucap om Ferdi sambil menyeka air matanya.
“…. teruntuk elo sobat gua yang tak ternilai, Yoshida Khairul Akhmad. Gua bangga ama lo, gua tunggu elo di Monash University. Satu lagi, elo itu seperti saudara kandung gua, so kalo elu ada permasalahan apapun jangan pernah segan untuk cerita ama gua, gua selalu ada untuk denger elo dan appreciate apapun itu sob. Bahkan meski elo mau cerita tentang elo dan kakak gua, it’s okay bre coz you are part of my life. Inget, gua, Chika bukan hanya sekedar sahabat elo. Kita bertiga adalah napas dari persahabatan abadi ini.” ucap Chiko penuh isak tangis mengucapkan kata demi kata untuk Yoshi. Suasana yang tiba-tiba riang perlahan berubah sedih saat Chiko mengungkapkan salam perpisahannya. Kemudian dilanjutkan oleh Chika yang menyampaikan sepatah katanya.
“……. buat elu yang dulu sahabat gua. Bener tuh kata Chiko, sedari dulu gua ama Chiko nganggep elu itu lebih dari sekedar sahabatan dan lagi saat ini elo adalah pacar gua. So, stop call me Chik… Chik…” ucap Yoshi sambil mencairkan suasana sedih pada malam puncak.
Mendengar Chika para tetamu kembali bersorak sorai dan kembali menikmati malam yang special bagi keluarga Chika dan Chiko. Menit demi menit berlalu hingga pesta usai dan esok hari Chika dan keluarga akan berangkat ke Jerman. Sedangkan Chiko akan menuju ke Singapura lalu ke Mali.
“Om, tante, Iyo dan teman-teman mohon izin buat pamit dulu. Iyo dan teman-teman berdoa semoga om dan tante juga Chika bisa sampai di Jerman dengan selamat.” ucap Yoshi sembari berpamitan.
“Iya terima kasih nak Yoshi. E…tapi emang beneran bisa LDR-an, Jerman-Indonesia lho?” ucap tante Riska menggoda Yoshi.
“Semoga Iyo dan Chika bisa kuat, tante. BTW terima kasih juga buat hidangannya dan segalanya om dan tante. Saya undur diri dulu teman-teman sudah nungguin di mobil.” ucap Yoshi lalu meninggalkan pembicaraan. Namun belum berjauhan Chika muncul dari dalam rumah dan memanggil Yoshi.
“Woi… main pergi aja sih Yo. Emang ga mau dengerin aku speak too much untuk malam ini ampe besok juga.” teriak Chika.
“Yah… gimana ya? aku pulang gimana?” pikir Yoshi.
“Yah gitu aja kok bingung. Besok aku berangkat lebih awal daripada Chiko terus dia berangkat ke Singapura itu malam. Elu bisa dianterin pulang ama Chiko. Lagi pula ini pertemuan sekaligus perpisahan kita bertiga secara geografis,” ucap Chika memegang tangan Yoshi sambil menggiringnya kembali masuk ke dalam.
“Gua… ngomong dulu ya ama pentatech soalnya ga enak.” ucap Yoshi.
Yoshi pun bergerak ke mobil dan berpamitan kepada pentatech. Seusai berdialog dengan teman-temannya Yoshi pun kembali kedalam bersama dengan Chika. Mereka berdua masuk kembali dan berjalan menuju rooftop dimana Chiko sudah menunggu diatas dengan BBQ-nya.
“Eh… men. Elu main pergi aja, santai aja dulu disini. Nyokap ama bokap udah beberes jadi kita bisa enjoy malam ini. Terus gua juga kan udah bilang kalo gua akan certain ke elo tentang Chika ama Alvin selama dua tahun yang hanya gua yang tau.” ucap Chiko yang merangkul sahabatnya.
“Emang ada versi lain dari yang diceritain om dan tante?” tanya Yoshi.
“Any some secrets, you must listen my speak. Chik, elu refresh dulu deh and tolong ambilin gelas ama tissue di dapur.” ucap Chiko dan meminta Chika mengambil kan sesuatu di dalam.
“Yah, kalo laki-laki bicara emang mesti ga didengerin ya ama cewek? Yaudah deh, Chiko Yoshi mah kampret banget.” ucap Chika yang kesal lalu masuk kedalam.
Chiko dan Yoshi duduk dan menikmati malam dengan BBQ sambil bercerita, bercanda tawa bahkan meledek mantan yang pernah dekat dengan keduanya. Chiko menceritakan cerita tentang perasaan Chika yang sebenarnya dan posisi Alvin saat itu. Ternyata. Alvin hanya menjadi biro bantuan psikologis buat Chika bahkan seringkali Alvin juga merasa risih dengan cerita Chika yang selalu tentang Yoshi. Meskipun berpihak sebagai pacar Chika, Alvin juga makan batin dengan cerita-cerita Chika dan curhatannya.
Obrolan semakin malam semakin terasa intim. Iringan musik dari The Paps menambah vibes nostalgia mereka berdua pada saat masuk kampus. Bersamaan dengan itu Chika pun bergabung sambil membawakan permintaan Chiko.
“Wah… Chiko udah cerita apa aja nih. Udah lama banget sih gak ngumpul-ngumpul malam bareng-bareng.” sambil membolak balikan BBQ yang hampir gosong.
“Nggak banyak sih, Chiko cuma bilang kalo elu mulai lebih feminim itu pas episode 21 komik webtoon gua rilis.” ucap Yoshi sambil menertawakan Chiko yang lipsync lagu “Perlahan Tenang” dari The Paps.
“Ih.. jadi malu banget nih. Tapi gua gak ngerti sih. cerita komik lu tuh buat gua berpikir apakah sosok si Andrea, gadis tomboy yang eksentrik itu seperti kelakuan gua ya. Pas gua baca aja, gua ngerasa banget gitu, apa si Yoshi ceritain gua ya, lewat webtoon-nya? kadang juga Chiko bilang kalo elu itu kayak secret admirer gua di real life. Gua jadi semakin GR, apalagi pas ceritanya si Nobby suka ama cewek yang feminim. Nah itulah gua nyoba banget, sampe-sampe belajar dari wikihow buat jadi cewek feminim, terus paling effort banget tuh pas gua belajar make up di YouTube. Gua sampe beli make up dan belajar pas waktu senggang as volunteer. Tapi jujur deh ama gua dan jangan jawab untuk nyenengin gua, pas elu liat gua tadi, gimana menurut elu?” jelas Chika dan meminta pendapat Yoshi. Sedangkan Chiko menutup wajahnya dengan bantal sambil tertawa.
“Wah ternyata ini adalah ulah si Nobby, parah banget sih. But, thanks juga jadi pembaca setia gua, I appreciate it. Menurut gua looks elu tadi amaze banget. Seriously, pas gua di dalem mobil, gua sempet nanya ke Fiska kalo itu beneran elu atau siapa gitu. Pangling gua, ternyata sahabat gua bisa queen banget dan bisa missqueen baget. Multirole banget ya.” ucap Yoshi sambil meledek Chika yang terlihat malu.
“Gua aja liat kakak gua ngerasa harusnya gua juga harus lebih care ama look gua. Apalagi pas ngeliat dia make up sendirian, gua nggak nyangka aja gua tumbuh dewasa bareng ama dia yang tomboy tiba-tiba berubah feminim banget. To be honest, gua sempet sedih bahkan gua nangis men, liat Chika yang berbeda. Soalnya tomboy di kampus sampe di lingkungan volunteer dia masih tomboy banget. Eh pas tadi di kamar, gua sad banget dan kaget. Apa gua ama Chika beneran udah tumbuh dewasa banget ya? Oh ya men, pas speak tadi aja, gua tuh pengen nangis liat Chika yang ternyata akan ninggalin gua setelah sekian lama bareng dan berpetualang. Gua pengen meluk elu dan Chika tadi, tapi gua harus gentle soalnya gua diliatin ama doi,” ucap Chiko yang bercerita panjang sambil menitikan air mata memandangi kakaknya.
“Eddehhh… adik gua. Speechless gua ama lu Ko. Eh emang iya ada Mauren tadi, kok aku gak ngeliat sih. Terus kok dia gak speak sih tadi di stage. Ah gak seru banget, gua pengen DM dia deh.” sambung Chika penasaran dan mengambil ponsel di totebagnya sambil mencari-cari twit Mauren Anastasya. Mauren adalah pacar Chiko, alumnus UGM yang juga akan bergabung dengan Monash University bersama dengan Chiko.
Mauren dan Chiko dipertemukan pada suatu pameran seni Art Jakarta 2018 hingga menjalin hubungan hingga kini. Chiko akan mengambil studi masternya di bidang Urban Design dan Mauren di bidang Public Health. Dan oleh karena itu Yoshi berkeinginan melanjutkan studi di Monash University.
“By the way, elu emang yakin mau gabung juga ke MU setelah selesai di UPH Yo? menurut gua sih jangan ya, soalnya gua pengen traveling ke banyak tempat apalagi kalo disana ada sahabat gua,” ucap Chiko.
“Lah, kalo gitu aku harus nyari lokasi lain lagi dong,” ucap Yoshi melirik kearah Chika.
“Apa lu? tapi bagusnya elu ke Jerman aja deh biar bisa ketemu ama aku yang. Selain itu, elu bisa tinggal dulu di rumah bokap nyokap,” ucap Chika sambil menyarankan idenya.
“Emmm, bagus sih. Tapi belakangan ini gua sih lagi ngulik-ngulik kampus di Rusia. Menurut elu gimana yang, Ko?” sambung Yoshi.
“Nah, lokasi yang tepat tuh Yo. Kalo elu di negaranya pak Putin, kan gua bisa kesana tuh liat ciway-ciway Rusia yang keturunan Basekhirs. Ya kan mana tahu bisa jadi suami mereka,” ucap Chiko.
“Elu mah gitu, emang ga kasian ama Mauren. Elu juga yang, kalo elu jadi kuliah di Rusia elu mesti jaga jarak deh ama cewek disana, apalagi kalo mereka tau kamu itu baik hati, bisa-bisa aku kalah saing terus aku terlupakan.” ucap Chika sedikit memelas.
“Yah, kan ini cuma plan, takdir kan gak tau. Yah mungkin aja aku ke Berlin atau ke Kolombia.” ucap Yoshi.
Obrolan semakin menarik saat Chika dan Chiko menceritakan mereka akan berkarir dimana dan mengkhayalkan masa depan mereka bertiga. Memiliki keluarga dan bertemu selayaknya reunian antar sahabat mungkin terdengar dan terlihat sangat emosional menurut Chika. Yoshi pun tak ingin kalah dari Chika dan Chiko, mereka mengisi malam itu dengan khayalan mereka di rooftop dan keitiman persahabatan.
Akhirnya pagi menjelang, Chika, om Ferdi dan tante Riska sudah bersiap untuk ke Bandara. Chiko pun sudah mengemasi barang-barangnya yang akan dibawa ke Mali. Mereka meninggalkan rumah tinggal Chika dan Chiko tumbuh hingga dewasa dan berangkat ke tempat asing di benua lainnya. Sementara Yoshi, yang duduk di sebelah Chiko yang menyetir memperlihatkan suasana sedih menyelimuti seisi mobil. Perjalanan hanya diisi dengan diam membisu dan isak tangis. Yoshi yang harus merelakan sahabat-sahabatnya pergi berjuang sedangkan Chiko harus merelakan berpisah dengan keluarganya dan Yoshi. Chika menangis tersedu-sedu saat melihat dua orang fenomenal di depanya saling diam satu sama lain.
Sesampainya di Bandara, Chiko mengecup kening ayah, ibu dan kakaknya yang akan berangkat dan Yoshi memeluk om Ferdi dan tante Riska. Chika hanya menyeka air matanya sedari ia turun dari mobil. Chiko memeluk Chika dan menangis bersama seakan kakaknya nanti sulit ditemui, di ajak bercanda, bercerita seperti sebelum-sebelumnya.
Yoshi memeluk Chika dengan penuh cinta, sahabat sekaligus orang yang special harus pergi dan sangat jauh. Apalagi hanya ada rasa dan duka yang menengahi jarak mereka.
“Yang…gua pergi dulu. aku harap kamu terus berkarya dan berbuat lebih banyak, soalnya aku menitipkan semangat-semangat ku untuk mereka yang kutinggalkan di daerah terpencil dan terisolasi. Gua berharap elu, bisa nyampein ke mereka kalo gua merindukan mereka menjadi sosok yang mampu mengubah lingkungan mereka jadi lebih baik. Gua cinta banget ama elu, gua sebenarnya pengen lebih lama disini tapi si Nobby pernah bilang kalo “perginya seseorang bukan berpisahnya antara manusia dengan manusia lain tapi perginya seseorang itu karena langit menyimpulkan dan tuhan mengizinkan bahwa ada wajah dan waktu yang lebih hebat untuk ditemui sebelum kembali.” terus gua harap elu jagain si Roman biar nggak mati mengering. Gua pengen elu cepetan selesai kuliahnya lanjut master hingga doktoral. Satu lagi dimanapun elu, ingat yang diungkapin Chiko. Elu adalah bagian hidup dari kami, apapun elu.” ucap Chika yang masih menangis terisak memeluk Yoshi yang tertegun mendengarkan ucapan kekasihnya.
Chiko yang mendengar pun ikut bersedih dan menitikan air matanya. Seakan terbawa suasana, panggilan untuk seluruh penumpang pun terdengar dikumandangkan. Om Ferdi mencoba menenangkan Chika yang masih menangis dan memeluk Yoshi, Chiko yang terlihat tidak rela hanya berdiri dibelakang Yoshi seolah tak ingin kakaknya pergi.
“Yang, boleh nggak lebih lama meluknya. Gua ga bakalan bisa meluk elo lagi pas nanti pelukan ini gua lepas. Gua pengen meluk elu sejak gua jujur ama lu tentang Alvin. Eh ternyata sekarang bisa dan hanya terbatas. Boleh ya yang? please boleh ya.” ucap Chika yang masih memeluk Yoshi dan menangis sejadi-jadinya. Meski tante Riska mencoba melerai pelukan Chika. Om Ferdi yang berusaha sedari tadi pun ikut menangis melihat putrinya yang terus berbicara dan memeluk Yoshi tanpa ingin dilepaskan.
Panggilan untuk kedua kalinya, Yoshi mencoba menenangkan Chika yang hampir lemas menangis dipelukan Yoshi. Sedangkan Chiko sudah berlalu ke gate bersama ayahnya.
“Udah tante, tante duluan aja, entar Chika nyusul tan.” pinta Yoshi.
“Baiklah nak Iyo, jangan lama-lama ya nanti ketinggalan pesawat.” ucap tante Riska.
Chika yang masih memeluk Yoshi bukannya menyudahi amalah semakin memeluk Yoshi.
“Udah dong, kok volunteer tangguh ini meweknya menjadi-jadi sih. Liat gua Chik, gua akan ngedukung elu apapun itu. Gua akan komitmen buat hari ini dan seterusnya kalo elu adalah sebuah alasan untuk gua terus tumbuh dan hidup, kalo elu adalah penghujung untuk setiap langkah gua, elu tujuan gua, elu kepentingan yang gua semogakan, elu energi-energi buat gua dan yang paling berharga itu elu dan Chiko, sahabat gua.” ucap Yoshi membujuk Chika yang sedari tadi memeluknya.
“Tapi kalo aku lepas pelukan ini, elu harus janji buat nyari gua di Berlin pas elu sudah selesai di UPH. janji?” pinta Chika sembari merenggangkan pelukannya.
“Iya, insya’allah. Tapi ingat juga elu gak boleh nyia-nyiain waktu elu selama belajar. Elu mesti lebih keren dari hari ini.” ucap Yoshi menyemangati kekasihnya yang perlahan melepaskan pelukannya.
“Yang, boleh gak….” belum sempat menyelesaikan kalimatnya Yoshi mencium bibir Chika hingga membuatnya terdiam dan tak berbuat apapun.
“Sorry Chik…” ucap Yoshi terbata-bata setelah mencium Chika.
Chika yang terkejut tak berkata apapun, ia hanya kembali memeluk Yoshi dan memberikan Yoshi liontin yang ia siapkan.
“Hmmmm, lancing banget ya mulut elu nyium gua. Minimal elu dengerin gua selesai bicara dulu dong. Main nyosor aja kayak angsa. Nih ada liontin aku masukin di saku belakang jeans lu, taukan buat apa? liontin itu sepasang satu ada di gua, satunya lagi sama elu.” gerutu Chika yang masih memeluk Yoshi dan memasukan liontin ke saku jeansnya.
Setelah ia memberikan liontin itu, Chika segera menuju gate. Yoshi hanya melihat dan tak bereaksi apapun.
“Gimana udah selesai dengan nak Iyo?” tanya mamanya.
“Eleh…dikasih apa aja tu sama Yoshi? sampai-sampai matanya kayak bakso gitu.” ledek Chiko.
“Elu nanti anterin tuh Yoshi, jangan sampe dia kenapa-kenapa,”
“Idih, galak banget. Yoshi mah udah gedde’ jadi mau diapain juga lagian ga ada harganya,”
“Eitssss, nggak Yoshi tuh…. ah auk ah, elu ngejebak. Elu kabarin gua ama nyokap kalo udah di Mali, bokap juga. Satu lagi elu jangan ngadi-ngadi ama gadis-gadis Mali,” ancam Chika.
“Iye… iye… kakak gue yang feminim. Honestly, gua sedih banget elu bakalan jauh ama gua. Elu sedih nggak sih?” tanya Chiko meledek kakaknya.
“Delusi nih bocah, udah gua ama bokap nyokap on board dulu. Inget pesanan gua jangan ampe lecet,”
“Busyeeetttt…” Chiko melambaikan tangan dan kepada ayah ibunya juga kakaknya.
Beberapa menit kemudian, pesawat pun mengudara. Chiko pun mengantar Yoshi kembali ke kostannya. Di perjalanan mereka bersenda gurau sperti biasanya dan Chiko menuju rumah Mauren untuk berpamitan dengan Mauren dan keluarganya.
“Om, tante, saya mohon doa restunya, saya mau pamit dan berangkat ke Singapura lalu ke Mali malam ini. Mohon maaf tante kalo saya ada kesalahan atau kesilapan.” ucap Chiko yang menyalami orang tua Mauren.
“Iya, om dan tante juga gitu. Terus titip Mauren ya nanti di Australia. Om dan tante percayain Mauren ama kamu.” ucap om Paul.
Sementara berbincang-bincang dengan Chiko, Mauren pergi ke parkiran menemui Yoshi yang sedang menunggu sahabatnya.
“Hello, Aku Mauren, pacarnya Chiko.” sapa Mauren dan mengulurkan jabat tangan.
“Hello, gua Yoshida Khairul Akhmad. Gua tau dan Chika juga sempet cerita.” ungkap Yoshi.
“Oh gitu, kata Chiko, elu mau ngelanjutin master elu di Monash juga. Kenapa?” tanya Mauren.
“Ehhmmm, gua belum mutusin dimananya. Monash jadi pilihan terakhir sih. Rencananya mau nyoba ke Rusia. Terus kemarin malam, Chiko juga ngasih saran buat jangan di Monash, soalnya entar barengan mulu dan bagusnya misah biar semakin kuat tali antara kami.” ucap Yoshi.
“Yah, padahal pengennya ngebuat bisnis di Aussie bareng kalian. Tapi kalo elu di Rusia jadi berdua aja bisnisnya di Aussie.” ucap Mauren penuh harapan.
Mereka pun bertukar nomor telepon setelah Chiko menghampiri mereka. Yoshi dan Chiko pun segera meninggalkan rumah Mauren setelah selesai berpamitan.
“Men, elu anter gua ke kostan-nya Gino aja. Soalnya ada diskusi projek buat akhir tahun ini.” pinta Yoshi.
“Waduh… merambah ke bidangnya Pentatech ya. Support banget bre,” ucap Chiko menepuk-nepuk pundak Yoshi.
“Gak banyak yang bisa gua bantu ke mereka men. Aduh terasa canggung ngobrol ama lu pas tau elu juga ninggalin gua di Jakarta ini. Bahkan mungkin kalo ditakdirkan palingan kita bisa jumpa di benua Eropa gak di Indonesia. Serius banget, elu dan Chika dalam tiga hari yang cepat menjadi hilang keberadaan di Indonesia.” ucap Yoshi tertunduk sedih.
Di perjalanan mereka hanya membicarakan yang penting-penting saja. Beberapa menit kemudian, Yoshi tiba di parkiran kostan Gino.
“Sebenarnya gua benci banget suasana kayak diperjalanan tadi, tapi mau bagaimana bre gua ngerti banget, elu sedih banget Yo. Apalagi gua, tapi ini harus terjadi, gua cuma pengen elu dan kakak gua bersama. Yo, apapun salah gua dari dulu hingga kini gua mohon maafin gua. Mungkin saja ada perkataanku yang merusak harimu atau perbuatanku yang merusak keseimbangan elu gua minta maaf banget. Men…” belum selesai Chiko berbicara ia memeluk Yoshi dengan penuh haru.
Perpisahan yang sudah terjadwalkan oleh sang pencipta seolah memberikan peluang dan pengharapan antara keduanya untuk terus berproses. Chiko pun berpesan agar mereka tetap dan selalu menjaga komunikasi satu sama lain, ia pun menyarankan agar Yoshi melanjutkan studinya nanti di Rusia ataupun negara lainnya selain Australia. Yoshi pun yang mengerti mengiyakan saran tersebut.
Mereka pun berpisah dan mungkin hanya bisa berkomunikasi secara virtual. Chiko melaju menjauh dan Yoshi mengubah arahnya yang ingin membicarakan projek awalnya malah pulang ke kostanya. Sedih itu sangatlah wajar, dalam sehari ada dua orang yang meninggalkan Yoshi, bahkan keduanya sangat fenomenal dalam membantu proses kampus Yoshi.
Setibanya di kostan, Tommy menyambangi Yoshi yang terlihat lesu bahkan seperti putus asa.
“Coy…gimana Chika ama Chiko udah berangkat? malah gak pamit ama gua,” ucap Tommy.
“Kalo Chika udah Tom, kalo Chiko bakalan berangkat beberapa jam lagi. Wah gua butuh self-healing banget nih, Tom. So untuk dua hari kedepan kalo elu sama yang lain mau ngobrolin projek elu WA aja coy, gua juga mau nyelesaiin tugas akhir gua.” pinta Yoshi.
“Oke deh, kalo elu perlu apa-apa elu calling gua aja coy,” ucap Tommy sembari pergi.
Beberapa jam kemudian setelah tertidur pulas sebuah Voice Note masuk di chat Whatsapp Yoshi. VN tersebut dari Chiko yang berpamitan dengan Yoshi. Sejenak terlupakan olehnya namun VN-nya kembali membuat memori seperti terulas kembali dalam benak Yoshi.
Malam pun tiba dengan sejuta bintang di langit yang tertutup oleh kemilau lampu kota Jakarta cukup menjadi obat untuk kesepian yang dirasakannya. Kesunyian pun cukup terasa bahkan berbeda dari hari-hari sebelumnya, Yoshi tampak tak bergairah melakukan aktivitasnya di Webtoon. Ia hanya membalas 2-3 pesan masuk lalu menyudahi aktivitas tersebut.
Di lain keadaan, Linda berkali-kali menghubungi Yoshi dan mengiriminya banyak pesan. Namun taka ada balasan atau jawaban dari Yoshi. Mendekati pukul 3 dini hari sebuah direct message dari Chika yang mengabari bahwa ia dan orang tuanya telah sampai di Jerman. Sedangkan Chiko baru saja mengiriminya gambar on board dari Singapura ke Mali.
****