Masukan nama pengguna
Putri…
Dalam balutan busana muslim yang menutupi lekuk tubuh
Tersipu malu kala mata berpandangan
Tersenyum manis kala ku sapa
Menunduk melirik dengan pipi merona
Salah tingkah namun penuh pesona
Tapi cukup bagiku
Sudah cukup untukku
Karena itulah putri
Wanita muslimah dambaan hati
Yang tak pernah mengucapkan kata-kata yang menggetarkan jiwa
Tapi tetap bisa kulihat cinta
Dari sinar matanya
Dari lembut senyumnya
Dari gerak tubuhnya
Putri
Apakah salah jika cinta ini tumbuh dihati?
Berdosakah bila kini kau hadir menjadi bunga mimpi?
Menyebut namamu seolah zikir untukku
Memilikimu seakan ibadah bagiku
Dan bahagia bersamamu menjadi doa harapanku
Putri….
Wanita muslimah penuh pesona
Seraut wajah dibalik jilbab dengan keindahan tiada tara
Aku bahagia…Karena kini pencarianku berakhir sudah
Tapi aku takut untuk mengakui
Akankah kau kan menjadi milikku nanti?
Dan biarkanlah bibir ini bergetar bersama dadaku yang terus berdebar kala menyebut namamu...
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mau berfikir.” Ar Rum 21
Kasih dan sayang. Rasa itulah yang kini aku rasakan sejak mengenalnya. Rasa yang membuat hidupku kini terasa sangat indah bersama bunga mimpi yang hadir hampir disetiap tidur malamku.
Dan itu terus datang menemaniku.
Aku mengenalnya sebagai seorang gadis muda yang baik dan ramah pada siapa saja. Tak pernah sekalipun aku melihatnya bermuka masam apalagi marah. Sebuah senyum selalu terukir dibibirnya. Tapi dia tetap bisa menjaga akhlak dan prilakunya. Dia bisa menjaga dirinya dari semua perhatian yang dia dapatkan, terutama dari para lelaki yang tentu saja sangat tertarik padanya. Dia bisa membatasi dirinya menerima segala perhatian para lelaki tanpa pernah menyakiti hati mereka.
Sungguh, aku kagum padanya.
Aku termasuk salah satu diantara para lelaki itu. Kala pertama kali melihatnya aku merasa ada debaran halus didadaku. Jujur, sebagai lelaki, wajahnya yang tersembunyi dibalik jilbablah yang membuatku pertama kali tertarik padanya. Wajah cantik nan lembut berkulit putih itu sangat indah dipandang mata.
Tapi itu saja tak cukup untuk bisa membuatku jatuh hati. Sudah terlalu banyak aku menemukan gadis-gadis cantik yang mengenakan jilbab. Namun tak satupun yang bisa menggetarkan hatiku.
Tapi dia berbeda. Sangat berbeda.
Dia selalu mengenakan busana muslimah yang menutupi lekuk tubuhnya. Tak pernah sekalipun aku melihatnya mengenakan busana yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Tak pernah sekalipun aku melihatnya mengenakan celana jeans. Dia selalu menjaga akhlak dan prilaku yang baik. Dia juga menjaga busana dan tubuhnya dengan baik pula. Sesuatu yang semakin sulit kutemukan saat ini. Pada gadis-gadis seusianya dizaman kini.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat kasih sayang.” Al Hujarat 10
“Mereka diliputi kehinaan dimana saja, kecuali jika mereka berpegang teguh akan tali (agama) Allah dan tali (hubungan) dengan manusia.” Al Imran 112
Kasih dan sayang.
Kasih dan sayang.
Kasih dan sayang...
Kembali kalimat itu menjadi penghuni hatiku. Berulang-ulang kali. Mungkinkah rahmat kasih sayang itu yang kini ku miliki? Ataukah rasa kasih sayang itu telah berubah menjadi sebuah cinta untukku?
Aku tak tahu. Aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta pada lawan jenis. Aku tak bisa mengartikan perasaanku sendiri. Aku tak tahu.
Mungkinkah saat ini aku jatuh cinta padanya? Karena kini dirinya selalu hadir disetiap hariku. Namanya terus terucapkan dibibir ibarat zikir untukku. Keinginan untuk memilikinya seperti sebuah kewajiban ibadah dihari-hariku. Dan hidup bahagia dengannya kini menjadi doa harapanku.
“Kasihilah apa yang ada dibumi, nanti akan mengasihi kamu apa yang ada dilangit.”
Lama aku mencoba mencari apa arti cinta dalam agamaku. Dan ternyata jawaban itu kutemukan dalam dirinya. Aku selalu melihat cinta yang terpancar dari dirinya. Aku melihat cinta dari sinar matanya yang selalu menjaga dan memelihara pandangannya. Aku melihat cinta dari lembut senyumnya yang selalu terukir kala bertemu mengucapkan salam dan menyapa ramah pada siapa saja. Dan aku bisa melihat cinta dari gerak tubuhnya yang lembut, anggun dan tenang tanpa pernah menggoda siapa saja dengan bahasa tubuhnya. Aku bisa melihatnya.
Tapi aku menyadari bahwa semua itu bukanlah cinta dunia. Semua itu hanyalah cinta karena Allah semata.
Karena dia sudah memiliki ilmu dan pengetahuan agama dan menyadari bahwa tak ada cinta yang lebih indah selain cinta karena Allah Ta'ala. Dan semua cinta yang terpancar dari dirinya hanyalah wujud dari keimanannya saja.
“Karena tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” HR. Bukhari dan muslim.
Aku memejamkan mataku. Apakah aku telah gila? Apakah mungkin aku benar-benar telah jatuh cinta. Tapi cintaku tak seindah cinta yang dia miliki. Cintaku masih terikat akan keinginan, perasaan dan nafsu untuk memiliki saja. Aku belum memiliki kemampuan untuk mengubah cintaku menjadi lebih indah karena Allah semata.
Aku belum mampu.
Mungkin karena aku belum memiliki ilmu yang cukup dan pengetahuan agama yang baik yang bisa menjadi dasar dari cintaku. Aku belum memiliki pedoman agama yang bisa menjadi dasar dari segala kehidupanku didunia.
Rasulullah bersabda “Takutlah kamu kepda Allah dan berhati-hatilah didalam urusan wanita. Karena sesungguhnya mereka itu berada dibawah tanggung jawabmu, bernaung dibawah kekuasaanmu. Kamu jadikan mereka itu sebagai istri berdasarkan amanat Allah dan untukmu dihalalkan kehormatan dirinya (bergaul dengan mereka) berlandaskan kalimat Allah.”
Aku menghembuskan nafas. Dimalam yang semakin larut ini aku masih saja memikirkan dia. Mungkin sudah saatnya aku belajar untuk menjalankan ilmu yang sudah kudapatkan sebelum aku mendekatinya. Sebaiknya aku belajar untuk meyakinkan hati ini terlebih dahulu bahwa cinta yang kumiliki adalah cinta karena Allah semata. Dan jika aku telah yakin bahwa aku telah memiliki kesempurnaan sebuah cinta karena Allah taala, saat itu jualah aku akan datang dengan membawa cintaku yang akan kupersembahkan untuknya. Saat itulah aku berani mempertanggung jawabkan cintaku untuknya dengan menyebutkan nama Allah sebagai saksinya. Saat itulah sebuah kalimat qobiltu akan ku lafaskan sebagai sebuah arti menerima amanat dengan rasa penuh tanggung jawab.
Dan cinta itu akhirnya menjadi milikku sempurna...
Putri….
Jika menyebut namamu seolah zikir untukku
Memilikimu seakan ibadah bagiku
Dan bahagia bersamamu menjadi doa harapanku
Maka biarkanlah Allah yang menjadi saksiku
Karena hanya dialah yang memiliki hati ini
Biarkanlah dia yang memelihara cinta ini
Agar sempurna ku miliki
Nanti….
Karena jika memang kau ditakdirkan untukku
Kau pasti ku kan miliki….
Kau tahu, itu PUTRI?