Cerpen
Disukai
0
Dilihat
15,288
KEBODOHAN
Drama

“Apakah kau sudah tidak….”

Dia menatapku.

Aku balas menatapnya tajam.

“Apakah kalian sudah….” Aku kebingungan untuk menyambung kalimatku.

“Maksudku, kalian berdua sudah melakukan….”

Tiba-tiba dia menangis. Keras. Terisak.

Astagfirullah! Aku menutup mulut mencoba menyembunyikan keterkejutanku. Jadi inilah penyebab ketakutannya hingga membuatnya nekat ingin mengakhiri hidup?

Dan dia terus saja menangis.

Ya Allah...

Mengapa bisa jadi seperti ini? Mengapa dia bisa melakukan kebodohan itu padahal aku mengenalnya sebagai seorang gadis baik-baik? Sebagai seorang gadis yang selalu mengenakan jilbab menutup aurat. Juga seorang gadis yang berasal dari keluarga baik-baik.

Tapi mengapa dia bisa terjebak melakukan itu hanya karena rasa cinta dan terlanjur sayang?

Dan pertanyaan-pertanyaanku dulu pun terjawab sudah. Keanehan-keanehan mengapa dia begitu ketakutan saat kekasihnya ingin memutuskan hubungan dengannya. Keinginannya yang tetap ingin mempertahankan hubungannya meski ku lihat kalau hubungan mereka telah berubah menjadi toxic baginya. Hingga kenekatannya yang membuatnya ingin mengakhiri hidup dengan cara seperti ini. Ternyata inilah penyebabnya.

Dia dan mantan kekasihnya itu telah melakukan sesuatu yang terlarang dalam agama!

Karena ternyata dia sudah tidak perawan lagi. Dan dia memberikannya pada mantan kekasihnya itu meski mereka belum sah menjadi suami istri. Padahal aku sudah sering memperingatkannya untuk berhati-hati dalam menyikapi cinta. Padahal dia punya latar belakang ilmu agama. Padahal dulu dia begitu menjaga hatinya. Tapi mengapa dia bisa kalah oleh perasaan takut kehilangan cinta yang belum pantas dia puja secara berlebihan?

Aku pernah menasehatinya untuk tidak berlebihan dalam menyikapi kebahagiaan. Juga kala kesedihan datang padanya. Dia selalu datang padaku untuk menceritakan betapa indahnya perasaannya kala cinta menyapa. Dia juga akan menjadikanku sebagai tempat curahan kesedihannya kala hubungannya melintasi aral dan cobaan.

Aku mengatakan padanya untuk tidak terlena bahagia karena cinta. Untuk tidak larut berduka kala cinta menemui rintangannya. Masih banyak hal lainnya yang bisa membuat kita bahagia. Masih banyak pula alasan yang bisa membuat kita menangis dan bersedih, tertawa dan bahagia. Bahawa hidup akan terasa sempit jika kita terlalu memuja cinta yang kita punya hanya untuk seorang anak manusia.

Tapi dia seolah tak mendengarkan nasehatku. Dia, seperti gadis-gadis yang sedang dilamun cinta pada umumnya, hanya ingin mendengarkan kata hati mereka yang bernyanyi indah kala bahagia. Yang hanya ingin menuruti kesedihan hatinya yang menggoreskan luka kala kecewa. Dia terus saja menyikapi cinta dihatinya secara berlebihan.

Padahal segala yang diinginkan oleh semua wanita ada pada dirinya. Wajah yang indah rupawan. Pendidikan yang berjalan baik. Kehidupan yang sempurna. Berasal dari keluarga baik-baik. Segala kebutuhannya selalu terpenuhi sejak dia lahir hingga kini bekerja tanpa harus bersusah payah. Dia punya itu.

Tapi mengapa dia malah terjebak akan cinta yang belum halal untuknya?

Bandingkan dengan mereka yang tak memiliki seperti yang dia miliki. Hampir tak ada waktu bagi mereka untuk memuja cinta. Bahwa hidup sendiri sudah sangat keras untuk mereka jalani. Berjuang mencari rezeky hanya untuk sekedar bertahan hidup. Bahkan terpaksa menjual “cinta” karena keadaan yang memaksa. Hampir dari semua wanita yang menjalani nistanya dunia yang kukenal mengatakan bahwa mereka sudah tidak percaya pada cinta. Semua lelaki membeli “Cinta” mereka dengan uang, yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka terpaksa melakukan itu. Bahkan menjual keperawanan mereka demi hidup yang tak bersahabat. Ada yang terpaksa menjualnya untuk kebutuhan sehari-hari. Ada yang terpaksa menjualnya untuk adik-adik mereka agar bisa terus sekolah. Ada yang terpaksa menjualnya demi biaya pengobatan anggota keluarga. Dan berjuta-juta alasan-alasan lainya yang jika kita mengetahuinya akan mengundang kesedihan dan keharuan.

Tapi tidak dengannya. Dia melakukan itu karena cinta buta!

Sesuatu yang menurut mereka, wanita-wanita itu, adalah hal yang nonsense, bullshit dan omong kosong belaka! Sesuatu yang mereka tak percaya tapi sangat dia puja hingga berani melakukan kebodohan itu. Aku tak tahu alasannya mengapa dia mau melakukannya walau dia tahu kalau apa yang dia lakukan itu adalah sebuah dosa besar. Aku hanya bisa menebak-nebak dan meraba-raba.

Dulu dia sering mengungkapkan kesedihannya saat berselisih dengan pacarnya. Dia terlihat seolah tak kuasa untuk mengendalikan perasaannya. Dia terlihat begitu ketakutan jika harus menghadapi kenyataan bahwa hubungan mereka telah berakhir. Dia tak ingin berpisah dengan kekasihnya apapun alasannya meski semua itu menyakitkan hatinya.

Dan itu sangat mengherankanku. Sebegitu besarnyakah cinta yang dia puja hingga dia mau menanggung rasa sakit ini sendirian? Apa yang membuatnya begitu kuat mempertahankan cintanya dan membelanya mati-matian meski itu mengundang amarah dan kekesalanku kala aku menasehatinya?

Aku tak pernah berpikir lebih dari itu. Aku hanya berpikir kalau semua ini karena cintanya yang baru pertama kali dia miliki hingga dia tak sanggup kehilangan. Karena dia belum pernah mengalami dan merasakan sakitnya bila cinta yang dipuja berakhir menyakitkan.

Dan dia tak menginginkan itu.

Saat dia mengatakan kalau kekasihnya akhirnya mengakhiri hubungan mereka, dia menangis. Memangku lihat raut kepanikan, ketakutan dan kecemasan diwajahnya. Tapi semua itu kuanggap hanyalah sebuah ketidaksiapan untuk berpisah dengan kekasihnya. Hanya sebuah ketidaksiapan hatinya untuk terluka dan kehilangan cinta. Dan ketidaksiapan dirinya menerima kenyataan kalau cintanya telah berakhir.

Tapi semuanya perlahan-lahan menimbulkan sebuah kecurigaan untukku saat melihatnya menangis tersedu-sedu kala menceritakan kalau hubungannya telah berakhir. Aku semakin bertanya-tanya, apakah hanya karena cinta dia menjadi begitu panik dan ketakutann? Karena menurutku dia memiliki segala yang diinginkan wanita lainnya. Segalanya! Dia tak akan kesulitan untuk mendapatkan sebuah cinta baru dengan pasangan yang lebih sempurna untuknya.

Tapi mengapa wanita selalu saja bisa terjebak melakukan kebodohan-kebodohan karena cinta?

Mengapa mereka tidak bisa mengendalikan hati kala bahagia dan menenangkan diri kala berduka karena cinta?

Dan jika mereka terjebak melakukan kebodohan itu, mereka akan memilih diam menyimpannya sendiri.

Mereka akan merasa sangat malu, takut, hina, jijik dan berjuta perasaan yang menakutkan mereka jika aib yang terjadi dalam kehidupan mereka diketahui oleh orang lain, bahkan oleh orang tua dan keluarga mereka sendiri. Mereka tak ingin dipersalahkan walau mereka sadar apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Mereka lebih memilih untuk diam dan menutup diri. Mereka lebih suka menyalahkan dan terus menyalahkan diri sendiri, mengapa bisa terjebak melakukan kebodohan-kebodohan karena cinta.

Seperti dia kini.

Aku menatapnya yang kini terbaring diranjang rumah sakit. Ada selang yang mengalirkan darah dari tabung infuse dilengan kanannya. Dia mencoba mengakhiri hidup dengan menyayat sendiri lengan kirinya. Beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan.

Mungkin Allah masih memberikan kesempatan untuknya bertobat setelah melakukan dua dosa besar. Zina dan bunuh diri.

Dan pandanganku kini beralih pada selembar surat undangan pernikahan yang kugenggam.

Aku mendapatkan surat undangan ini dari seorang teman yang memang ditujukan untukku. Surat undangan ini jugalah yang membuat dia gelap mata dan hati hingga nekat ingin mengakhiri hidup.

Karena disurat undangan berwarna hijau itu tertuliskan nama mantan kekasihnya dengan nama wanita lain….



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)