Cerpen
Disukai
30
Dilihat
18,503
PERAWAN TUA
Drama

Menikah.

Seterdesak itukah untuk wanita? Sewajib itukah sunnah rasul pada seorang wanita yang telah aqil baliq untuk segera menikah demi melindungi kehormatannya? Layakkah mengorbankan kehormatan, melakukan zina baik itu zina kecil maupun zina besar bagi pembuktian cinta demi mendapatkan sebuah legalitas pernikahan? Hinakah seorang wanita bila mempertahankan prinsip, aqidah, iman dan kehormatan hingga umur tak lagi muda, rupa tak lagi menawan dan tubuh tak lagi indah demi mempertahankan sebuah keperawanan?

Aku seorang wanita yang sudah memasuki usia kepala tiga. Sebagian besar wanita seusiaku mungkin sudah menikah dan memiliki anak. Mungkin satu. Mungkin dua. Mungkin juga lebih. Tapi tidak untukku karena aku belum menikah. Dan aku masih perawan.

Ada beberapa hal didunia ini yang menjadi rahasia illahi. Umur, rezeky dan jodoh adalah contohnya. Tak ada yang bisa menebak. Tak ada yang bisa menduga sekuat apapun kita berusaha, sekeras apapun kita berdoa dan sedalam apapun keinginan kita, jika DIA belum mengizinkannya, tak mungkin kita memilikinya.

Itulah yang aku alami. Keinginan untuk menikah dan memiliki sebuah keluarga begitu kuat didada untuk melengkapkan kehidupanku didunia dan menyempurnakan ibadahku. Memiliki seorang pendamping yang akan menemaniku, melindungiku dan melengkapi kekuranganku dalam senang maupun susah. Juga menikmati hubungan intim antara seorang lelaki dan wanita pasti pernah ku angankan. Tapi hingga umurku berkepala tiga, aku tak jua menikah.

Aku bukannya sengaja menutup diri. Aku bukannya terlalu memilih. Aku juga pernah punya kekasih. Tapi lelaki yang pernah dekat denganku memiliki penilaian yang mengecewakanku. Mereka memanfaatkkan perasaan akan cinta demi mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang seharusnya haram namun terasa wajar dan lumrah dilakukan dijaman ini. Mereka merayu, memujuk bahkan mendesak wanita agar mau melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama, etika dan adat hanya demi sebuah pembuktian cinta.

Itulah yang aku hadapi. Lelaki yang pernah dekat denganku berusaha membuatku mau melakukan itu. Mereka memaksaku melakukan zina-zina kecil yang berusaha aku hindari. Mereka memanfaatkan perasaanku pada mereka berupa cinta yang haram untuk dimanja. Seolah ingin menunjukkan betapa sayangnya mereka padaku, mereka mulai merayu dengan kata-kata indah yang memabukkan hati dan perasaan. Dan seakan ingin membuktikan apa cinta itu sebenarnya mereka berusaha menyentuhku, merangkulku, memelukku bahkan menciumku.

Tapi aku menolaknya. Sedari awal aku mengatakan pada mereka bahwa aku akan berusaha untuk menjaga hati dan perasaanku dari zina khayalan akan kata-kata yang memabukkan. Aku akan menjaga auratku agar tak disentuh dan dinikmati sebelum semuanya menjadi halal untukku. Aku akan terus memegang prinsipku walau mereka terus mendesak bahkan mengancam akan memutuskanku. Mereka boleh mendapatkan apa yang mereka inginkan di diriku jika mereka telah menghalalkan ku.

Dan aku rela dan ikhlas berpisah dengan mereka karena aku semakin mengerti dan menyadari seperti apa mereka sebenarnya.

Mereka melakukan itu. Mereka meninggalkanku dengan alasan sudah tak ada lagi kecocokan. Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan kalau aku dan prinsipku kolot! Dijaman ini, jaman dimana wanita lebih banyak dari lelaki, mereka memanfaatkan itu untuk menikmati wanita-wanita yang memiliki keinginan yang sama denganku namun tak memiliki prinsip yang serupa. Mereka mengatakan padaku kalau masih banyak wanita-wanita muda yang jauh menggairahkan dariku yang mau menikmati asmara dan cinta. Masih banyak wanita-wanita muda yang memuja cinta dan menyikapi kasih sayang dalam perbuatan-perbuatan yang menurut mereka indah dan memabukkan. Sentuhan, rabaan, rangkulan dan ciuman akan mudah mereka dapatkan dari wanita-wanita yang membutuhkan cinta bak udara untuk bernafas. Menikmati zina dalam apapun wujudnya seperti candu yang meresap didalam darah. Semuanya begitu menggoda. Begitu menggairahkan. Begitu memabukkan…

Itulah alasan mengapa aku ikhlas berpisah dari mereka. Aku akan dengan tegas menolak keinginan-keinginan seperti itu. Aku akan sangat marah saat mereka berkata kalau ingin “test drive” dahulu denganku sebelum menikahiku. Aku tak ingin melanggar prinsip dan menyalahi agamaku!

Dan kosekwensi dari sikapku kini adalah aku tak jua menikah mesti aku pernah dekat dengan beberapa lelaki. Tapi beberapa lelaki itu ternyata memiliki keinginan yang sama.

Betapa sulitnya menjaga aurat hati dan aurat tubuh dijaman ini. Tapi lebih sulit lagi menemukan lelaki baik-baik diantara sedikitnya jumlah lelaki berbanding wanita. Ada wanita-wanita yang memiliki segala kelebihan daripada diriku yang mengantri ingin dipersunting. Tapi tak sedikit dari lelaki yang semula terlihat baik ternyata berubah kala tergoda dan hanyut dalam keindahan dunia. Dan wanita-wanita yang begitu memuja cinta bagaimanapun wujudnya akan dengan rela memberikan apa saja yang diinginkan pasangannya yang menyembunyikan kemunafikan mereka dibalik agama. Membuat para wanita mau melakukan zina asal dinikahi agar terhindar dari sebutan perawan tua.

Sehina itukah sebutan itu? Apakah seorang perawan tua lebih hina daripada seorang wanita yang menikah karena terlanjur hamil diluar nikah?

Hingga akhirnya sebutan perawan tua menjadi sesuatu yang memalukan dan terdengar aib untuk wanita. Masyarakat kita akan dengan gampang mencela mengatakan gadis tak laku tanpa pernah mau memahami bahwa tak ada satu wanitapun yang ingin hidup sendiri tanpa pendamping. Bahwa tak ada satu ayatpun dalam firman Allah yang menyebutkan bahwa wanita yang tak menikah itu hina dan diharamkan syurga ke atasnya.

Dan betapa beruntungnya kaum adam karena mereka mendapatkan janji Allah bagi yang mampu menjaga kehormatan dirinya. Untuk mereka Allah menjanjikan bidadari-bidadari yang cantik menyejukkan mata yang berkilau bak permata dan belum tersentuh tangan manusia. Bidadari-bidadari yang masih suci yang menjaga pandangan mereka dari hal-hal yang dilarang agama. Juga gadis-gadis sebaya yang menggairahkan yang siap dipetik kapan saja lelaki inginkan kala disurga. Allah menjanjikan itu dalam firmannya.

Tapi tidak untuk wanita. Tak ada firman Allah untuk wanita yang mampu menjaga kehormatanya berupa bidadara-bidadara disurga. Berupa pangeran-pangeran tampan yang akan memanjakan wanita kelak disurga. Tak ada itu. Yang ada hanyalah perintah Allah untuk wanita agar menjaga kehormatannya, menutupi auratnya, membatasi pergaulannya agar terhindar dari fitnah dan mendapatkan balasan syurga. Tak ada tambahan yang lain, apalagi para bidadara atau pangeran.

Aku menghela nafas pendek sambil tersenyum tipis.

Aku hanya diam menatapnya, lelaki yang belakangan ini dekat denganku karena diperkenalkan oleh ibuku yang merasa risau dan resah melihatku tak jua menikah. Kerisauan dan keresahan yang kurasakan terkadang sangat berlebihan memikirkan jodohku yang masih menjadi rahasia Illahi.

Aku hanya bisa tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala pelan kala dia mengatakan kalau ternyata kami tak memiliki kecocokan.

Aku mengerti. Sangat mengerti.

Padahal dia seorang duda yang bercerai dengan istrinya. Meski dia terlihat seperti orang alim dan mengerti agama, tapi ternyata dia masih bermain dengan perasaan dan nafsunya untuk merasakan sesuatu yang belum halal dirasakan.

Dia menyembunyikan kemunafikannya dibalik ilmu agama yang dia miliki!

Tapi tak ada kekecewaan dalam hatiku. Tak ada lagi kesedihan karena kembali gagal mendapatkan kebahagiaan dalam bentuk pernikahan. Aku sudah lelah menangis meratapi diri. Aku sudah letih menangis meratap pada Tuhan mengapa dia memberikan cobaan seperti ini padaku. Aku hanya bisa bertanya-tanya apakah Dia melakukan ini hanya untuk menguji seberapa tebal keimananku dan seberapa teguh prinsipku.

Aku hanya ingin mencoba pasrah menjalani takdir hidupku yang hingga saat ini masih menjadi rahasia Illahi…


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (5)