Flash
Disukai
3
Dilihat
4,969
Hantu koplak
Komedi

CROTTT....

Eh, salah

SROOOTTT....

Aku menyedot rokok dengan penghayatan, seperti peserta audisi menyanyi. Penuh penghayatan.

"Anjinggg," kataku tiba-tiba, karena teringat rasa kecewa karena wanita.

Saat ini duniaku sangat hancur, semua warna memudar, tak ada harapan. Kegelisahan yang hanya menyelimuti.

Mungkin rasa kecewa itulah yang mendorong keberanian sampai aku tak sadar duduk di got jembatan di pertengahan malam.

Whoss....

Sekelebat bayangan lewat di hadapanku.

Aku mencoba biasa saja.

Hihihi...

Suara ngikik itu terdengar.

Tak aku hiraukan.

Tak lama dari itu suara ngikik menjadi tangisan.

"Kalau sedih gak usah ajak-ajak, aku juga lagi sedih!" teriakku entah dengan siapa.

Suara tangis itu berubah menjadi ngikik lagi, sangat melengking, semakin mendekat.

"Ini, mbak kunti, ya?" tanyaku sambil menutup telinga dengan kedua tangan.

"Hihihiiii," katanya. Sambil terbang.

Aku kesal dengan ngikiknya, karena menutup telinga masih saja terdengar melengking menyakitkan. Bisa-bisa kalau dibiarkan bisa tuli.

Mana hati lagi sakit kronis.

Wkwkwk...

Tawa itu tidak ngikik lagi.

Aku melongo.

Tiba-tiba sosok itu mendekat turun dari pohon kayu manis yang ada di sebelahku, pakaiannya putih, wajah menyeramkan, rambut terurai ke depan dan acak-acakan dan suka ngikik dan menanggis.

"Eh, kok ketawanya wkwkwk sih?" tanyaku penasaran.

"Mencoba menghibur, Aku ngikik, aku nangis kamu juga gak takut! Jadi, aku mau mencoba hal baru, menghibur orang saja, daripada menakut nakuti. siapa tau kalau wkwkwk kamu jadi terhibur, bisa viral cerita ini," jawabnya lirih melihatku.

"Wadaw, moga aja begitu ...," jawabku, sambil melanjutkan menyerot rokok.

"Aku pamit dulu."

"Pamit? Emang aku suami kamu? Pakai pamit ama aku segala."

Dia malah ketawa.

"Ehk, emang mau ke mana?"

"Mau beli susu SGM dulu!" katanya pergi berlalu.

"Dasar hantu koplak," jawabku lagi.

Setalah sosok itu pergi ada sosok lain lagi melompat-lompat di sebelah.

Aku biarin, semakin menjadi. Membuat darah tinggi, aku jegal kakinya, sampai sosok itu tersungkur.

Aku dengan cepat menarik bajunya (kain kafan), tanpa kusadari memeluk erat dirinya yang hilang keseimbangan, tapi, aku pun ikut kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Punggung jatuh ke tanah, dan sosok itu menimpaku.

"Aduh ... sakittt!" Teriakku.

Lalu aku mendorong sosok itu sekuat tenaga, merangkak beberapa langkah, untuk berdiri.

"Kasar amat, pelanggaran lohh, main sleding aja!" Amuk sosok itu menyalahkanku.

Aku naik pitam tanpa pikir panjang, memberi bogem di wajahnya karena tidak merasa bersalah, melainkan merasa terganggu.

"Ini kan salah kamu, sliwar sliwer di depanku, jangan main-main sama jomblo!" tegurku keras.

"Ya udah, maaf!" katanya.

Kupandang dia, wajahnya menyimbolkan rasa bersalah.

"Astafirulloh," ucapku pelan.

Aku saat itu tak bisa menahan emosi, setalah menghajarnya, nafas terngengah-engah.

Hidungku menghirup udara yang dipenuhi bau kemenyan, dan bau kembang yang menyesakkan dada.

Kutenangkan diri sejenak.

"Maaf." Aku mengulurkan tangan yang tak disambutnya, mungkin sosok itu belum mau memaafkan, karena aku yang terlalu keterlaluan.

Penuh tanya dalam pikiran saat melihat sekujur tubuhnya, jangan-jangan sosok ini juga lagi sedih, karena bau kembang dan kemenyan. Belum lagi bajunya tidak pernah dicuci membuatnya pesimis untuk ke rumah calon mertuanya.

Muncul rasa ibaku terhadapnya, kuambil parfum di dalam saku celanaku, dan menyemprotkan ke sosok itu. Tapi, masih tercium bau kembang dan kemyan.

Aku berniat untuk membawa baju sosok itu ke laundry. Namun, sayang sosok itu hilang, padahal aku berniat menebus salah ini yang telah menjadikan sosok itu pelampiasan, dan menebus kesalahan dengan membantunya terlihat tidak kumel, lusuh, dan wangi.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)