Masukan nama pengguna
Malam itu, Paiman duduk di teras rumahnya yang reyot, menikmati secangkir kopi yang baru saja diseduh oleh istrinya. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma kopi yang harum. Ia menyeruput perlahan, mencoba menikmati ketenangan setelah seharian macul di kebun tetangga.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Begitu matanya menatap panci baru yang mengkilap di atas meja, kepalanya langsung dipenuhi angka-angka cicilan.
"Aduh... Kenapa ada panci, ngapain istriku beli paci baru?! Panci yang lama kan masih layak pakai meski udah peyot," gumamnya sambil menghela napas panjang.
Ia menyeruput kopinya lagi, berharap kafein bisa sedikit mengurangi beban pikirannya. Tapi yang ada malah muncul beban cicilan yang menambah.
"Mas... "
Teriakan itu membuyarkan lamunan Paiman." Iya dek?"
"Kenapa sih setelah menikah aku gak pernah diajak jalan-jalan lagi, kayak dulu waktu kita masih pacaran?"
'Jalan-jalan duit dari mana, orang cicilan bulanan saja semakin nambah,' gerutu Paiman.
"Mas, malah bengong? Itu tadi aku kredit panci, soalnya panci kita yang kamarin uda bocor."
Paiman menghela napas.
"Oya, kenapa mas kok kita gak pernah jalan-jalan seperti masih pacaran?"
Paiman kembali menghela napas sambil memikirkan cara untuk mengelabui istrinya. "Coba diingat-ingat dek, dulu menikah karena apa?"
Istrinya mengerutkan dahi, "Yaaa karena kita jodoh, makanya kita menikah!!
"Nah itu tau, pepatah kan bilang, kalau jodoh tidak akan ke mana-mana."
Tamat.