Cerpen
Disukai
5
Dilihat
15,592
KEPERAWANAN
Drama

Dari sebuah perdebatan dengan seorang teman yang menyebalkan.


Perutku mendadak mual kala mendengarkan tawanya.

Dari tadi dia terus berkicau tentang sesuatu yang tak sepantasnya dia banggakan. Dia bercerita tentang keperawanan pacarnya yang tadi malam berhasil dia dapatkan. Juga tentang jumlah keperawanan gadis-gadis yang telah dia dapatkan.

Dia bilang sudah empat gadis yang dia dapatkan keperawanannya. Dan semua gadis itu pernah menjadi pacarnya.

Aku Cuma diam sambil menatapnya dengan ekspresi sinis. Tapi dia cuek saja sambil terus berkicau tentang keindahan tubuh pacarnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Apakah pacar-pacarnya itu tahu bahwa sebenarnya dirinya hanyalah sebuah objek untuk laki-laki brengsek ini? Objek pelampiasan dari sebuah nafsu. Juga objek pembicaraan dan kebanggaan dari laki-laki seperti dia.

Banyak kaum wanita yang tak mengetahui bahwasanya kaum lelaki itu memiliki mulut yang tajam seperti mereka. Atau malah lebih julid dari wanita. Sebagian dari kami akan dengan bangga menceritakan apa yang telah mereka lakukan pada pacar mereka. Bahkan sebagian dari kami akan merasa sangat bangga bila mendapatkan sebuah keperawanan dan menceritakannya pada yang lain.

Seperti temanku ini.

Aku merasa kasihan dengan pacarnya. Juga dengan gadis-gadis yang telah begitu bodoh memberikan apa yang seharusnya mereka jaga. Tahukah pacar temanku itu bahwa kini dia menjadi bahan pembicaran? Namanya bisa tercemar dan merebak diantara teman-teman pacarnya sebagai seorang gadis yang sudah tidak perawan lagi. Bahkan dengan gampangnya dia akan dijuluki”perek” walaupun baru sekali melakukannya.

Apasih arti keperawanan bagi gadis-gadis jaman sekarang? Apakah mereka masih menempatkan keperawanan mereka sebagai suatu kehormatan yang harus mereka jaga? Ataukah mereka menganggap bahwa keperawanan mereka itu ibarat sebuah objek? Objek dari pembuktian cinta. Objek dari nafsu mereka. Ataukah objek untuk mendapatkan sesuatu dengan cara mudah dan cepat?

Aku benar-benar tak mengerti. Mungkin sebagian dari kalian juga tak mengerti.

Terlalu banyak gadis-gadis jaman sekarang yang dengan gampang dan sukarela memberikan keperawanan mereka demi membuktikan cinta. Bagiku itu bukan cinta. Itu nafsu. Ketika cinta dijadikan alasan maka semua yang dilakukan akan dijadikan pembenaran. Ketika cinta dijadikan alasan, ciuman dijadikan pembuktian kasih sayang. Sentuhan diartikan sebagai suatu keterikatan batin hingga berubah menjadi rabaan diseluruh tubuh. Dan melakukan zina dijadikan alasan pembuktian dari penyatuan dua hati. Astagfirullah…

Bagiku pria atau wanita sama saja. Kedua-duanya memiliki nafsu dalam diri mereka. Pria memiliki 1 titik nafsu pada diri mereka. Wanita memiliki 99 titik nafsu diseluruh tubuh mereka. Pria akan langsung menuju pada satu titik nafsu mereka yang susah untuk mereka tahan. Tapi bagi wanita mereka akan mencari alasan di 99 titik nafsunya untuk melakukan itu. Wanita seolah ingin mendapatkan kekuatan, kepercayaan dan keyakinan terlebih dahulu dari kata-kata manis penuh rayuan gombal dari mulut lelaki yang mereka cintai.

Karena itulah aku mengatakan kalau wanita-wanita itu sebenarnya juga menginginkannya. Maaf jika pernyataan ku ini menyinggung hati mereka. Karena jika mereka hanya menginginkan cinta tanpa ada nafsu maka mereka akan dengan tegas menolak walau pada pacar mereka sendiri. Mereka akan sadar bahwa sebenarnya pacar mereka hanya menginginkan tubuh mereka dengan menjadikan cinta sebagai alasan. Dan mereka akan meninggalkan kekasih mereka itu karena mereka sadar seperti apa bejatnya pacar mereka sebenarnya.

Sulit untuk mencari wanita yang benar-benar belum tersentuh tangan lelaki di jaman ini. Kalau menurut teman-temanku, tak akan mungkin menemukan wanita seperti itu. Mungkin hanya anak bayi yang masih suci, kata mereka. Bahkan anak-anak yang masih duduk disekolah dasarpun sudah berpacaran dan berjalan dengan bergandengan tangan.

Apakah semua ini bagian dari perubahan jaman? Kalau menurutku tidak. Jaman tak pernah berubah. Dari dulu hingga sekarang tak akan pernah berubah. Dari dulu matahari tetap terbit disebelah timur dan tenggelam disebelah barat. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Air laut juga tetap terasa asin. Yang berubah hanyalah peradaban dan prilaku penghuni dunia. Dulu, memakai pakaian yang memperlihatkan aurat tabu hukumnya. Seorang gadis yang berpakaian terbuka dibeberapa area sensitive mereka akan dicap sebagai bukan gadis baik-baik.

Tapi lihatlah saat ini. Banyak dari para wanita yang dengan bangga mengenakan celana pendek yang memperlihatkan paha mereka. Memperlihatkan belahan dada mereka. Bahkan jika mereka mengenakan jilbab, mereka memadukannya dengan busana ketat yang menampilkan lekuk tubuh mereka.

Ironis memang. Dan kita akan dengan gampangnya mengatakan bahwa semua itu berasal dari budaya barat. Tapi tidak menurutku. Karena setahuku cara berbusana bangsawan eropa tempo dulu sangat menutupi seluruh bagian tubuh mereka. Jika dizaman dulu cara wanita berbusana terkesan berlebihan dalam menggunakan bahan maka dizaman sekarang malah kekurangan bahan hingga memperlihatkan bagian paha, dada dan punggung belakang wanita.

Bagiku semua itu hanya alasan kemajuan dalam berbusana. Dengan mengusung modernitas dalam berpakaian, mereka melakukan perubahan dalam berbusana agar terkesan praktis, simple, trendy dan sexy! Mereka tak lagi menggunakan adab kesopanan dan kelayakan dalam menutupi tubuh mereka.

Dengan alasan masa kini, kemajuan dalam berbusana hingga menampilkan beberapa bagian yang seharusnya mereka tutupi menjadi sesuatu yang wajar dan lumrah. Bahkan gaya berbusana yang menutupi seluruh tubuh tanpa menyisakan bentuk tubuh dianggap jadul dan ketinggalan jaman.

Tapi semua itu kembali kepada persepsi masing-masing.Dan aku tak punya hak untuk men-judge orang lain. Aku hanya bisa menelaah dan mengambil pelajaran saja dari apa yang terjadi saat ini. Juga karena aku tak punya hak sedikitpun akan hidup orang lain.

Pikiranku terhenti saat mendengar suara hape berdering. Hape temanku.

Dia mengangkat handponenya. Lalu didepanku dia menjawab panggilan itu dengan sengaja mengeraskan suaranya. Aku hanya bisa mendengar kata “Honey, sayang, I love you dan lain sebagainya” keluar dari mulutnya.

Aku tersenyum sinis. Begitu gampangnya mulut mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya menuntut sebuah pertanggungjawaban. Dan rayuan manis beserta bujuk rayu yang keluar dari mulut lelaki akan dengan gampang terucapkan dari bibir seorang penggombal. Tapi anehnya sebagian dari kaum hawa akan senang dan bahagia mendengarnya. Bahkan mereka menganggap perlu mendengarkan ucapan “sayangku, cintaku, dan bla-bla…” keluar dari mulut lelaki yang mereka cintai sebagai keyakinan untuk hati mereka bahwa merekalah wanita satu-satunya yang dicintai.

Temanku menutup pembicaraannya. Lalu dia berkata padaku bahwa pacarnya memintanya untuk datang kekamar kos tempat pacarnya tinggal. Dengan ringan dan gampangnya dia bilang kalau pacarnya kangen padanya dan ingin mengulangi kehangatan tadi malam. Dia bilang pacarnya sudah merasa “ketagihan” dan “ingin itu” lagi.

Aku benar-benar mual mendengarnya. Mungkin dia sengaja membuat-buat cerita seperti itu untuk menunjukkan kebanggaan pada dirinya. Mungkin dia sengaja mengarang semua cerita ini agar aku iri padanya.

Tapi jika apa yang dia ceritakan itu benar, aku benar-benar sedih. Bagiku wanita seperti itu sama sekali tak memiliki harga diri dan kehormatan. Wanita seperti itu hanyalah sebuah objek.

Bagiku sangat mulia bagi seorang wanita yang bisa menjaga kehormatannya. Bukan hanya sebuah keperawanan yang ada pada mereka, tapi juga seluruh tubuh mereka dari jarahan tangan-tangan penuh nafsu.

Bagiku seorang janda yang bercerai, wanita-wanita malang korban perkosaan dan wanita-wanita muda korban pergaulan yang salah lebih mulia bila mereka bisa menjaga diri mereka meski tak lagi memiliki sebuah keperawanan. Bahkan seorang mantan pelacur akan lebih mulia bila terus berjuang mendapatkan kembali kehormatan mereka dengan meninggalkan segala nista dan nafsu dunia.

Tapi tidak untuk wanita yang sengaja menjadikan diri mereka objek. Objek pembuktian cinta. Objek nafsu. Dan objek untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah dan cepat. Mereka sengaja membiarkan diri mereka masuk lebih dalam tanpa ada niat untuk mempertahankan dan meletakkan kehormatan mereka setinggi-tingginya. Bahkan mereka dengan gampang mengatakan “sudah terlanjur kotor, jadi sekalian aja kotor beneran”. Mereka sengaja membiarkan diri mereka menjadi objek nafsu dunia.

Astaghfirullah!

“Bilamana seorang wanita itu mengerjakan sholat lima waktu dan berpuasa pada bulan ramadhan serta menjaga kehormatan dan mentaati suaminya, maka dia akan masuk syurga Tuhannya.”

Temanku pamit padaku dengan senyumnya yang benar benar terlihat menjijikkan dimataku. Aku benar-benar tak mengerti. Dizaman ini, zaman dimana emansipasi, moderenitas, kemajuan peradaban dan kebutuhan hidup seolah menjadi sebuah kebutuhan, dimanakah wanita meletakkan keperawanan mereka? Apakah sebagai sebuah kehormatan? Ataukah hanya akan menjadi sebuah objek?

Tapi aku tak berhak untuk menghakimi. Aku hanya bisa memberi nasehat pada para wanita untuk berhati-hati terhadap mulut para pria. Karena mulut para pria bisa jadi julid, nyinyir dan sadis seperti mulut wanita. Bahkan bisa lebih jahat lagi...



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)