Flash
Disukai
1
Dilihat
16,100
Kehilangan
Drama

Kehilangan yang saat itu baru saja kurasakan tidak sebesar kehilangannya. Untuk pertama kalinya, aku mencoba mendongakkan kepala, mengatakan padanya bahwa kami usai. Ketika dia akhirnya memilih untuk tidak mengabaikan semua pesanku, tidak peduli dengan rentetan panggilanku, dan tidak lagi percaya bahwa aku masih cinta dia.

Kemudian kami bertemu di sebuah kafe kecil, di mana biasanya hanya ada kami. Iya, kafe itu tidak laku karena tempatnya yang begitu sempit dan akses yang sulit. Nyatanya, kamu menemukan kafe itu tahun lalu, seperti kami menemukan diri masing-masing dalam sulitnya hidup. Di kafe itu, akhirnya aku menyelesaikan semuanya. Tidak lagi menundukkan kepala, mengiyakan semua yang dia katakan. Aku memberanikan diriku untuk sebuah kehilangan yang sangat kusayangkan.

Kehilangan itu cukup berat, karena semuanya selesai bukan karena aku berhenti mencintainya. Yang bisa aku lakukan adalah keluar dari kafe kecil itu tanpa menyentuh sedikitpun menu yang kami pesan. Menu terakhir yang kami pesan di sana. Menempuh siang terik Jalan Margonda sendirian dengan perasaaan yang kacau.

Apa ini tepat? Apa aku siap kehilangan dia? Apapun yang membuatku ragu, kuusahakan untuk meninggalkannya beriringan dengan jejak yang tertinggal di depan deretan ruko yang ada. Tak ada gunanya mempertanyakan itu lagi. Rasa muak karena selalu diabaikan membuatku mencoba menguatkan hati. Kehilangan dia lebih baik daripada menyia-nyiakan waktu bersama orang yang tidak lagi mencintaiku.

“Dia udah nggak sholat lagi,” ucap temannya padaku beberapa hari yang lalu.

Seketika aku merasa bahwa dia hanya beribadah ketika bersamaku. Setelah kami berpisah, dia kehilangan itu. Bukankah itu lebih besar dari kehilanganku? 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)