Flash
Disukai
1
Dilihat
16,053
Berkhayal
Drama

Sudah lama aku mengenalnya. Seorang laki-laki yang memiliki hidung mancung dan mata yang bulat dengan tatapan tajam. Siapapun wanita yang menatap nya sepertinya akan jatuh hati padanya, termasuk aku. Dia adalah Ziko.

Aku mengenalnya saat hari pertama ospek di fakultas. Dia adalah senior dan sekaligus panitia untuk acara ospek. Laki-laki itu tidak mencolok dan punya jabatan seperti senior-senior yang lain, tapi keberadaannya cukup membuat pandanganku berpusat padanya. Terpesona. Mungkin itu kata kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini.

“Apa aku bisa memilikinya?” Pertanyaan itu lantas muncul di kepalaku.

Ospek telah selesai, kini aku sudah menjalani hari hari sebagai mahasiswa normal pada umumnya tanpa harus mengikuti aturan ospek yang ada. Seiring berjalannya waktu, informasi tentang Ziko semakin banyak kudapat. Pria mancung itu ternyata adalah seorang ketua klub musik di fakultas ini, aku mengetahuinya karena aku melihat di meja pendaftaran klub musik kala itu. Kepercayaan diriku pun semakin menciut dibuatnya. Apakah bisa seorang perempuan culun yang hanya hobi menulis sepertiku bersama dengan seorang pemusik yang pastinya banyak penggemarnya?

Lamunanku saat itu seketika buyar di saat ada seorang pria yang menyapaku. Setelah kusadari, itu adalah Ziko. Pemuda yang selama ini hanya bisa kupandangi dari jauh tiba-tiba menyapaku? Seketika jantungku berdegup kencang, seolah ingin keluar dari tempatnya. Badanku seketika dingin, ditambah dengan keluarnya keringat dari celah pori-pori kulitku. 

“Hei Gina, are you ok?” Tanya pria itu kepadaku.

“Ehh anu, i'm ok, Del. Eh, Mas. Eh, Kak.” Saking gugupnya, aku bahkan tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa.

“Ha ha ha, santai aja. Gue nggak bakal apa-apain lo, kok. Udah panggil nama aja, gue santai kok orangnya,” ucapnya sambil menertawakan tingkah gugupku.

Duh, please jangan ketawa, nyawa gue udah tinggal dikit. Nanti gue beneran pingsan denger lo ketawa. Batinku.

“Eh, iya, Kak. Ada apa, ya?” tanyaku padanya.

“Lo katanya jago nulis, ya? Gue butuh lo nih,” tanya Ziko singkat.

“Ehh, nggak, Kak. Kata siapa?” aku mencoba menepis kata jago darinya karena takut tulisanku tidak sebagus yang dia bayangkan. Di sisi lain, hatiku semakin berbunga karena pertanyaannya. Kenapa dia bisa tau aku suka menulis? Apakah dia juga mencari informasi tentangku?

“Udah, jangan bohong. Gue butuh bantuan lo buat nulis lagu biar bisa dibawain waktu festival nanti. Beres pertemuan hari ini kita obrolin, ya, sekalian cari makan,” jelasnya singkat tentang tujuannya menemuiku.

“Oh, oke deh, Kak.”

Oh, Tuhan bisakah aku bernapas sebentar? Kenapa dari tadi semua perbuatan dia membuat seluruh tubuhku kaku dan jantungku berdegup sangat kencang? Apakah ini awal obrolan agar nanti dia menjadi milikku seperti yang kuimpikan selama ini? Ah, aku terlalu banyak berkhayal.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)